Para ilmuwan telah mengetahui alasan sinar matahari ketika membakar kulit terasa menyakitkan.
Para peneliti dari Duke University, Rockefeller University, University of California, San Francisco, dan Howard Hughes Medical Institute menemukan molekul yang disebut TRPV4 menjadi alasan sakit ketika kulit terbakar.
"TRPV4 sebagai terget penelitian baru untuk mencari solusi mencegah dan mengobati kulit terbakar akibat molekul ini dan kerusakan akibat sinar matahari yang mungkin kronis seperti kanker kulit atau penuaan," kata Professor of Dermatology and Surgery di UCSF, Martin Steinhoff dikutip Huffingtonpost, Minggu (11/8/2013).
TRPV4 ditemukan dalam lapisan kulit terluar (epidermis). Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal Proceeding of the National Academy of Sciences yang didasarkan pada penelitian sel manusia dan tikus.
Penelitian ini melibatkan dua tikus, yang pertama direkayasa dengan menghilangkan TRPV4 dan tikus kedua normal.
Kedua tikus ini terkena radiasi ultraviolet B, tikus normal mengalami warna merah pada kulitnya dan tikus yang direkayasa mengalami kerusakan jaringan namun kecil.
Dan di bagian lain dari studi ini, peneliti mengambil senyawa TRPV4 dan dilarutkan ke dalam desinfektan kulit, dan kemudian dimasukkan pada tikus.
Ketika mereka terkena sinar ultraviolet, tikus tampaknya harus dilindungi sampai batas tertentu dari rasa sakit dan efek merusak dari sengatan matahari.
"Saya pikir kita harus berhati-hati karena kami ingin mengetahui cara apa untuk menghambat TRPV4 berkembang," kata Professor of Neurology and Neurobiology di Duke University School of Medicine, Wolfgang Liedtke, MD, Ph.D.
Setelah masalah ini ditangani, para peneliti merasa perlu beradaptasi dengan TRPV4 untuk membuatnya cocok di daerah tropis. Menurut peneliti sebaiknya gunakan sunblock untuk menghindari paparan Ultra Violet. (Mia/Igw)
Para peneliti dari Duke University, Rockefeller University, University of California, San Francisco, dan Howard Hughes Medical Institute menemukan molekul yang disebut TRPV4 menjadi alasan sakit ketika kulit terbakar.
"TRPV4 sebagai terget penelitian baru untuk mencari solusi mencegah dan mengobati kulit terbakar akibat molekul ini dan kerusakan akibat sinar matahari yang mungkin kronis seperti kanker kulit atau penuaan," kata Professor of Dermatology and Surgery di UCSF, Martin Steinhoff dikutip Huffingtonpost, Minggu (11/8/2013).
TRPV4 ditemukan dalam lapisan kulit terluar (epidermis). Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal Proceeding of the National Academy of Sciences yang didasarkan pada penelitian sel manusia dan tikus.
Penelitian ini melibatkan dua tikus, yang pertama direkayasa dengan menghilangkan TRPV4 dan tikus kedua normal.
Kedua tikus ini terkena radiasi ultraviolet B, tikus normal mengalami warna merah pada kulitnya dan tikus yang direkayasa mengalami kerusakan jaringan namun kecil.
Dan di bagian lain dari studi ini, peneliti mengambil senyawa TRPV4 dan dilarutkan ke dalam desinfektan kulit, dan kemudian dimasukkan pada tikus.
Ketika mereka terkena sinar ultraviolet, tikus tampaknya harus dilindungi sampai batas tertentu dari rasa sakit dan efek merusak dari sengatan matahari.
"Saya pikir kita harus berhati-hati karena kami ingin mengetahui cara apa untuk menghambat TRPV4 berkembang," kata Professor of Neurology and Neurobiology di Duke University School of Medicine, Wolfgang Liedtke, MD, Ph.D.
Setelah masalah ini ditangani, para peneliti merasa perlu beradaptasi dengan TRPV4 untuk membuatnya cocok di daerah tropis. Menurut peneliti sebaiknya gunakan sunblock untuk menghindari paparan Ultra Violet. (Mia/Igw)