Pakar Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Mun’im Idries meninggal dunia, Jumat, akibat penyakit yang dideritanya, yakni kompilkasi diabetes, jantung koroner dan pankreas.
Berdasarkan data dari dokter yang menanganinya dr. Priyambodho Sp. An di Jakarta, Mun’im menderita diabetes selama 10 tahun, jantung koroner (coronary arterial disease) selama tiga tahun dan keganasan pankreas selama tiga hari.
Karena penyakit yang dideritanya, Mun’im dibawa ke instalasi gawat darurat pada Sabtu (7/9), kemudian dipindahkan ke ruang rawat di Gedung A dan selanjutnya dipindahkan ke Gedung ICU pada Selasa (24/9) karena sempat kritis setelan menjalani operasi.
"Namun, beliau menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (27/8) dini hari pada pukul 2.30 WIB di usianya yang menginjak 66 tahun, empat bulan dan dua hari," katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (27/9/2013).
Almarhum akan dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo setelah dishalati di Masjid Arief Rahman Hakim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.
Di mata Kepolisian Negara Republik Ahli bedah forensik Mun’im Idries, Indonesia (Polri), merupakan sosok yang berjasa besar bagi bidang reserse dan kriminal kepolisian.
"Beliau adalah sosok ahli bedah forensik yang membantu upaya pengungkapan kasus pembunuhan, perampokan atau penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie.
Menurut Ronny, Mabes Polri sangat kehilangan Mun’im Idries yang telah banyak berjasa dan berkontribusi bagi bidang Reserse dan Kriminal (Reskrim) terutama di tingkat penyidikan.
"Beliau banyak mendidik ahli forensik, dan kami selalu mengenang jasa beliau. Apalagi ia selalu membantu dalam upaya penyidikan di lingkungan Polri khususnya yang menyangkut nyawa," katanya.
Segenap jajaran Mabes Polri menyatakan rasa belasungkawa yang mendalam dan berdoa agar mendiang mendapat tempat layak, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran, katanya lagi.
(Abd)
Berdasarkan data dari dokter yang menanganinya dr. Priyambodho Sp. An di Jakarta, Mun’im menderita diabetes selama 10 tahun, jantung koroner (coronary arterial disease) selama tiga tahun dan keganasan pankreas selama tiga hari.
Karena penyakit yang dideritanya, Mun’im dibawa ke instalasi gawat darurat pada Sabtu (7/9), kemudian dipindahkan ke ruang rawat di Gedung A dan selanjutnya dipindahkan ke Gedung ICU pada Selasa (24/9) karena sempat kritis setelan menjalani operasi.
"Namun, beliau menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (27/8) dini hari pada pukul 2.30 WIB di usianya yang menginjak 66 tahun, empat bulan dan dua hari," katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (27/9/2013).
Almarhum akan dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo setelah dishalati di Masjid Arief Rahman Hakim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.
Di mata Kepolisian Negara Republik Ahli bedah forensik Mun’im Idries, Indonesia (Polri), merupakan sosok yang berjasa besar bagi bidang reserse dan kriminal kepolisian.
"Beliau adalah sosok ahli bedah forensik yang membantu upaya pengungkapan kasus pembunuhan, perampokan atau penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie.
Menurut Ronny, Mabes Polri sangat kehilangan Mun’im Idries yang telah banyak berjasa dan berkontribusi bagi bidang Reserse dan Kriminal (Reskrim) terutama di tingkat penyidikan.
"Beliau banyak mendidik ahli forensik, dan kami selalu mengenang jasa beliau. Apalagi ia selalu membantu dalam upaya penyidikan di lingkungan Polri khususnya yang menyangkut nyawa," katanya.
Segenap jajaran Mabes Polri menyatakan rasa belasungkawa yang mendalam dan berdoa agar mendiang mendapat tempat layak, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran, katanya lagi.
(Abd)