`Cabe-cabean` Tumpah Ruah di BKT

Meu nonton gaya para gadis Cabe-cabean? Coba tengok di Banjir Kanal Timur atau Taman Mini Indonesia Indah

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 19 Des 2013, 14:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2013, 14:00 WIB
cabe-cabean-131219c.jpg
Cabe-cabean yang saat ini tengah menjadi fenomena di kalangan remaja putri belia di Indonesia, memang cukup memprihatinkan. Bayangkan, ketika malam mulai larut dan cuaca mulai dingin, para gadis belia ini dengan cueknya  berkeliaran hanya mengenakan baju tipis, dan bahkan tak berlengan.

Setidaknya, gambaran tersebut terlihat jelas ketika menginjakkan kaki  di Banjir Kanal Timur (BKT), yang terletak di kawasan Jakarta Timur.

Ketika tim Health Liputan6.com bertandang ke BKT, pada Rabu (18/12/2013) malam, terlihat jelas bagaimana para gadis belia ini dalam bergaul. Mengenakan baju super tipis, celana super pendek, beberapa di antaranya ada yang mengenakan celana panjang, dan sebatang rokok di tangan, para gadis belia sibuk berkeliaran di kawasan BKT dengan menunggang sepeda motor matic.

"Yah, si Cabe-cabean mulai berkeliaran," celetuk Fatimah, wanita berusia sekitar 35 tahun yang kerap menjajakan dagangannya di kawasan BKT.

Saat berbincang bersama kami, Fatimah menuturkan bahwa Cabe-cabean itu akan memenuhi kawasan BKT sekitar pukul 21:00 WIB. Dan ketika malam semakin larut, semakin banyak pula cabe-cabean berdatangan ke BKT.

"Ini sih tergolong sepi, Mas. Soalnya ini malam Kamis, dan gerimis. Coba kalau malam Minggu, lebih rame lagi," kata Fatimah sembari membuatkan kopi panas pesananan kami.

Kawasan BKT yang dipenuhi para pedagang dengan tenda yang sengaja dipasang, membuat para Cabe-cabean lebih memilih nongkrong dan bercengkrama di dalamnya. Ditambah pula, kondisi BKT yang dilanda gerimis.

Dari pantauan tim, setidaknya dari satu tenda yang dipasang oleh para pedagang itu, berisikan 4 sampai 5 orang Cabe-cabean. Rata-rata, para gadis belia itu hanya duduk sambil merokok, berbincang, dan mengonsumsi makanan serta minuman yang dipesannya.

Terhitung, ada 5 tenda dari para pedagang itu yang dipadati oleh para Cabe-cabean itu.

Sewaktu kami memesan Siomay di `warung` milik Pak Arief, terdapat 5 orang Cabe-cabean tengah bercengkrama bersama 3 orang laki-laki  yang usianya tak jauh beda dari gadis belia itu.

Sejauh pemantauan, dua di antara remaja laki-laki itu memilih duduk diapit oleh dua orang Cabe-cabean dan meletakkan kedua tangannya di masing-masing pundak gadis belia itu. Entah apa yang diobrolkan, yang jelas tampak rona bahagia terpancar dari wajah Cabe-cabean itu.

Ternyata, Cabe-cabean yang tumpah ruah di BKT membuat gadis belia lainnya risih. Sebab, para gadis yang bukan masuk kategori Cabe-cabean, sering dianggap sama oleh para remaja laki-laki yang memenuhi kawasan tersebut.

Contohnya yang dialami Putri (18 tahun). Bersama sang kekasih, Putri memang seringkali ke BKT hanya untuk duduk dan menikmati malam bersama pujaan hatinya. Putri mengaku, kalau dirinya bukanlah gadis belia yang disebut dengan Cabe-cabean.

Namun, Putri kerap dipandang sama oleh para remaja laki-laki yang berkeliaran di kawasan BKT.

"Ngapain lo ngelihatin gue begitu. Lo pikir gue cabe-cabean. Sorry!," kata Putri meneriakin remaja laki-laki yang melintas di depannya sambil melihat ke arah Putri.

Dan yang lebih membuat Putri geram, ketika dua orang Cabe-cabean melintas di depannya, dan menatap aneh ke Putri yang malam itu duduk bersama kami dan Bu Fatimah.

"Yeeee.. gue dipikir Cabe-cabean tuh sama dia," kata Putri lagi.

Ketika melihat garis panjang pada jam tangan mengarah pada angka 10 dan jarum pendek mengarah pada angka 5, kawasan BKT masih saja ramai oleh para Cabe-cabean ini. Tak tampak tanda-tanda dari gadis belia yang ada di warung-warung itu beranjak untuk pergi meninggalkan kawasan tersebut.

Di Kawasan TMII pun ada Cabe-cabean


Setelah cukup lama berada di kawasan BKT, tim memutuskan beralih ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai lokasi pantauan berikutnya.

Tiba sekitar pukul 23:15 WIB, awalnya tim tak melihat seorang Cabe-cabean pun memadati kawasan yang ada di TMII itu. Lokasi pantauan malam itu adalah warung-warung yang berada di depan gerbang utama TMII, Jakarta Timur.

Mobil yang kami kendarai coba untuk merendahkan lajunya dan memutar kawasan TMII. 10 menit berlalu, tak terlihat juga tanda-tanda adanya Cabe-cabean di kawasan itu. Sampai pada akhirnya, ketika mobil memilih berhenti di salah satu tempat dan tim turun dari mobil untuk mengisi perut, terlihat satu orang gadis belia mengenakan baju tak berlengan keluar dari salah satu tenda warung yang ada di lokasi itu sembari ditemani seorang pria berusia muda.

Awalnya kami ragu, apakah itu Cabe-cabean atau tidak? Namun, keraguan kami hilangkan ketika melihat gadis berpenampilan serupa, masuk ke dalam tenda tersebut, ditemani oleh seorang pria juga.

Tak lama berselang, tim pun melihat dua orang gadis belia berboncengan menggunakan sepeda motor matic. Pakaian keduanya, tak beda jauh dari ciri-ciri para Cabe-cabean itu. Namun sayangnya, tim tak tahu ke mana dua orang abege itu pergi. Sebab, motor yang dikendarainya berbelok ke arah pintu masuk TMII.

Setelah hampir 1,5 jam berada di kawasan TMII,  atau sekitar pukul 01:30 WIB, kami melihat dua orang gadis belia duduk di atas motor matik dan asyik bercengkrama bersama segerombolan remaja laki-laki persis di depan salah satu hotel yang ada di kawasan itu.

Satu orang gadis belia kisaran usia 15 tahun, yang hanya mengenakan celana super pendek dan baju You Can See, asyik menghisap rokok yang ada di tangannya. Sedangkan temannya, memilih duduk di belakangnya, sambil memeluk erat tubuhnya.

Sekitar pukul 01:45 WIB, kedua orang gadis belia yang diperkirakan itu adalah Cabe-cabean memilih pulang diantar segerombolan remaja laki-laki yang dari awal nongkrong bersamanya.

"Cabe-cabeannya pulang, deh. Percuma sih mereka di sini, beli dagangan saya juga enggak," kata pedagang jagung bakar kepada kami.

Menurut penuturannya yang ditimpali dua orang remaja laki-laki yang menjadi pembelinya, sangat susah membedakan mana yang Cabe-cabean dan mana pula yang sudah tergolong pelacur.

Ketika kami bertanya apakah dua orang gadis belia yang baru meninggalkan lokasi itu Cabe-cabean atau tidak, mereka hanya menjawab, "Kayaknya sih, Cabe-cabean. Pemain baru itu," kata salah seorang remaja laki-laki itu.
Saat ini, Cabe-cabean menjadi fenomena yang sedang melanda para remaja perempuan beranjak dewasa (ABG) di kota-kota besar. Sebelumnya, istilah untuk para remaja tanggung ini adalah `alay` dan `jablay`.

Cabean-cabean sendiri merujuk pada remaja perempuan yang kebanyakan masih duduk di bangku SMP dan SMA, yang memang senang keluar malam dan tak memiliki tujuan yang jelas.

(Adt/Abd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya