Anggota parlemen di Oregon, Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang yang sedikit aneh dengan mengizinkan wanita yang baru melahirkan membawa pulang plasentanya serta memakannya.
Dengan aturan tersebut, kaum ibu di Oregon bisa meninggalkan rumah sakit dengan membawa bayi dan plasenta, yang melindungi bayinya selama 9 bulan.
Seperti dikutip BussinessInsider, Rabu (15/1/2014), berbagai budaya telah lama menghormati organ yang tugas utamanya menyediakan makanan dan oksigen ke janin, sementara yang lain percaya bahwa plasenta harus dikuburkan dengan layak. Contohnya saja Navajo, salah satu suku asli di Amerika, yang mengubur plasenta sebagai seremonial.
"Bahkan banyak perempuan yang ingin membawa pulang plasenta untuk berbagai alasan budaya," kata Alissa Keny-Guyer, salah seorang penyokong RUU itu.
Sementara beberapa ibu mungkin menyimpan plasenta untuk tradisi, dan ada yang ingin memakannya dengan praktik yang disebut dengan maternal placentophagy.
Saat ini semakin banyak perempuan yang memakan plasenta sebagai suplemen gizi. Dalam sebuah wawancara tahun 2013 di Glamour Magazine, bintang Mad Man January Jones menyarankan ibu baru memakan plasenta untuk menghindari depresi postpartum.
Jones menjelaskan, plasenta mengandung prostaglandin (yang membuat rahim berkontraksi), dan hormon oksitosin yang mengurangi stres.
Pendukung placentophagy juga makan organ mamalia nonmanusia setelah melahirkan.
Para pendukung makan plasenta sering merujuk pada penelitian pada 1954 yang menemukan 181 dari 210 perempuan produksi ASInya meningkat setelah makan plasenta.
Dan pada survei Ecology of Food and Nutrition pada 2013 menunjukkan, 189 perempuan merasakan manfaat positif dari makan organ tersebut dan yang lebih penting, mereka akan makan plasenta lagi setelah kelahiran di masa depan.
Sejumlah situs mendukung tren ini, dengan memosting resep plasenta panggang, plasenta pasta, dan smoothie plasenta. Bahkan ada peralatan untuk mengeringkan plasenta, menggiling, serta menjadikannya kapsul.
Mark Kristal, seorang ilmuwan di bidang saraf perilaku dan ahli placentophagia di University of Buffalo, menyimpulkan praktik itu harus memberikan keuntungan biologis fundamental untuk mamalia tapi sifat keuntungan ini tetap menjadi misteri.
Plasenta mengandung nutrisi dan hormon yang disampaikan ibu ke anak, tetapi tidak ada studi klinis untuk mendukung manfaat atau bahaya makan plasenta.
Dan tampaknya rumah sakit Oregon melihat cara lain ketika banyak keluarga yang ingin membawa pulang plasenta. Dan dengan aturan tersebut negara ingin mempersilakan praktik tersebut.
(Mel/*)
Baca Juga:
Plasenta Ibu Baru Melahirkan Kini Bisa Diminum
Plasenta Previa Penyebab Pendarahan di Kehamilan Muda
Wanita Hamil, Batasi Asupan Kopi, Ini Bahaya Kafein!
Dengan aturan tersebut, kaum ibu di Oregon bisa meninggalkan rumah sakit dengan membawa bayi dan plasenta, yang melindungi bayinya selama 9 bulan.
Seperti dikutip BussinessInsider, Rabu (15/1/2014), berbagai budaya telah lama menghormati organ yang tugas utamanya menyediakan makanan dan oksigen ke janin, sementara yang lain percaya bahwa plasenta harus dikuburkan dengan layak. Contohnya saja Navajo, salah satu suku asli di Amerika, yang mengubur plasenta sebagai seremonial.
"Bahkan banyak perempuan yang ingin membawa pulang plasenta untuk berbagai alasan budaya," kata Alissa Keny-Guyer, salah seorang penyokong RUU itu.
Sementara beberapa ibu mungkin menyimpan plasenta untuk tradisi, dan ada yang ingin memakannya dengan praktik yang disebut dengan maternal placentophagy.
Saat ini semakin banyak perempuan yang memakan plasenta sebagai suplemen gizi. Dalam sebuah wawancara tahun 2013 di Glamour Magazine, bintang Mad Man January Jones menyarankan ibu baru memakan plasenta untuk menghindari depresi postpartum.
Jones menjelaskan, plasenta mengandung prostaglandin (yang membuat rahim berkontraksi), dan hormon oksitosin yang mengurangi stres.
Pendukung placentophagy juga makan organ mamalia nonmanusia setelah melahirkan.
Para pendukung makan plasenta sering merujuk pada penelitian pada 1954 yang menemukan 181 dari 210 perempuan produksi ASInya meningkat setelah makan plasenta.
Dan pada survei Ecology of Food and Nutrition pada 2013 menunjukkan, 189 perempuan merasakan manfaat positif dari makan organ tersebut dan yang lebih penting, mereka akan makan plasenta lagi setelah kelahiran di masa depan.
Sejumlah situs mendukung tren ini, dengan memosting resep plasenta panggang, plasenta pasta, dan smoothie plasenta. Bahkan ada peralatan untuk mengeringkan plasenta, menggiling, serta menjadikannya kapsul.
Mark Kristal, seorang ilmuwan di bidang saraf perilaku dan ahli placentophagia di University of Buffalo, menyimpulkan praktik itu harus memberikan keuntungan biologis fundamental untuk mamalia tapi sifat keuntungan ini tetap menjadi misteri.
Plasenta mengandung nutrisi dan hormon yang disampaikan ibu ke anak, tetapi tidak ada studi klinis untuk mendukung manfaat atau bahaya makan plasenta.
Dan tampaknya rumah sakit Oregon melihat cara lain ketika banyak keluarga yang ingin membawa pulang plasenta. Dan dengan aturan tersebut negara ingin mempersilakan praktik tersebut.
(Mel/*)
Baca Juga:
Plasenta Ibu Baru Melahirkan Kini Bisa Diminum
Plasenta Previa Penyebab Pendarahan di Kehamilan Muda
Wanita Hamil, Batasi Asupan Kopi, Ini Bahaya Kafein!