Liputan6.com, Jakarta Ada beberapa teori yang menjadi penyebab penyakit trypophobia. Para peneliti masih terus melakukan penelitian untuk mencari penyebab trypophobia ini. Beberapa ahli percaya bahwa ciri khas DNA manusia yang pada dasarnya memang tidak menyukai struktur atau pola yang berulang menjadi salah satu alasan di balik terjadinya fobia ini.
Sedangkan pada pendapat lain mengatakan bahwa penyebab penyakit trypophobia adalah akibat naluri atau insting manusia secara alamiah akan melindungi diri dari berbagai hal yang dirasa berbahaya. Selain itu, faktor lain seperti kecurigaan dan pengalaman masa lalu juga menjadi penyebab trypophobia ini.
Advertisement
Baca Juga
Tak banyak yang diketahui mengenai faktor penyebab penyakit trypophobia ini. Mengutip dari kanal Klikdokter, mengatakan bahwa ada studi pada tahun 2017 menemukan adanya kemungkinan hubungan antara trypophobia dengan depresi serta gangguan kecemasan. Menurut para peneliti, penderita trypophobia lebih mungkin mengalami depresi atau gangguan kecemasan.
Oleh karena itu, jangan menganggap remeh penyakit trypophobia ini. Ketakutakan irasional terhadap lubang ini bisa berhubungan dengan depresi dan badan lemas. Nah, untuk mengetahui lebih luas lagi tentang penyakit trypophobia ini, Liputan6.com, Selasa (30/7/2019) telah merangkum dari berbagai sumber membahas tentang penyebab penyakit trypophobia ini.
Penyakit Trypophobia Menurut Penelitian
Mengutip dari kanal Klikdokter, terdapat sebuah studi dari Psychological Science, para ahli berpendapat bahwa trypophobia berhubungan dengan ketakutan bawah sadar akan organisme berbahaya yang memiliki pola bintik-bintik pada tubuhnya seperti beberapa ular dan kalajengking. Sebuah penelitian menemukan beberapa responden yang merasa jijik atau takut saat melihat gambar bentuk-bentuk ini.
Studi itu, para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang dengan trypophobia akan bereaksi terhadap gambar-gambar yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Merasa akan jijik ketimbang takut. Ada juga yang merasakan sensasi pada kulit, seperti gatal atau ada sesuatu yang merayap pada kulit.
Ya, pada trypophobia, penderitanya kerap akan merasakan takut atau jijik saat melihat objek yang memiliki kumpulan lubang kecil. Objek-objek yang sering memicu trypophobia ini umumnya ditemukan pada bunga lotus, spons, gelembung sabun, karang, stroberi, buah delima, dan sarang lebah.
Tak hanya takut dan jijik, penderita trypophobia kerap mengeluh ketakutan saat melihat objek berlubang seperti itu. Parahnya lagi, penderita juga akan merasa tertekan, gatal atau seolah ada seseuatu yang menyerap pada kulit, berkeringat, panik, hingga mual.
Karena itu, jangan anggap remeh trypophobia. Ketakutan irasional terhadap lubang ini bisa berhubungan dengan depresi dan badan lemas. Apabila kamu merasa memiliki trypophobia atau fobia lainnya yang mengganggu aktivitas sehari-hari, harap berkonsultasi dengan dokter agar dapat ditangani secara maksimal.
Advertisement
Trypophobia Berbahaya atau Tidak?
Trypophobia sama saja dengan fobia pada umumnya. Di mana penyakit trypophobia ini hanyalah sebuah perasaan takut yang berlebihan terhadap objek atau gambar yang memiliki banyak lubang. Hal inilah yang menyebabkan penyakit trypophobia tidak berbahaya, namun gangguan kejiwaan tentunya akan sangat berpengaruh bagi yang mengalaminya.
Hingga saat ini masih belum ada zat yang spesifik bisa mengobati penyakit trypophobia ini. Jadi hanya diri sendiri lah yang bisa melawan fobia tersebut agar sembuh.
Penyebab Penyakit Trypophobia
Trypophobia masuk kedalam fobia. Nah, fobia ini merupakan suatu gangguan kecemasan yang biasanya timbul karena pengalaman atau karena mekanisme evolusi bawaan, seperti yang mungkin mendasari ketakutan laba-laba dan ular. Biasanya ada ancaman spesifik atau umum, nyata, atau dibayangkan yang mendasari sebuah fobia.
Dalam kasus trypophobia, tidak ada ancaman yang jelas, dan pola visual yang menyebabkan fobia bisa sangat acak antara satu sama lain. Meski begitu, beberapa ilmuwan menduga bahwa reaksi ekstrem terhadap bentuk bundar acak timbul karena pola tersebut menyerupai bintik atau lingkaran yang ditemukan pada hewan beracun, termasuk ular dan gurita berkepala biru.
Lalu apa sebenarnya penyebab penyakit trypophobia? Nah, ada beberapa penelitian yang menduga bahwa penyebab penyakit trypophobia ini berasal dari rasa jijik atau ketakutan yang timbul setelah melihat gambar lingkaran. Hal ini terjadi karena insting memerintahkan mereka sebisa mungkin menghindari berlama-lama memandangi gambar aneh tersebut.
Otak yang kewalahan saat mengamati susunan bentuk yang acak dan kontras menjadi penyebab penyakit trypophobia untuk meminta asupan oksigen yang lebih banyak agar dapat memproses informasi.
Sedangkan otak kita menggunakan sekitar 20% energi tubuh, dan penggunaan energinya perlu dijaga seminimal mungkin. Asupan oksigen yang berlebihan dapat membuat gelombang otak jadi kacau, sehingga saraf-saraf otak kamu tidak bisa bekerja dengan baik. Akibatnya kamu akan merasakan sakit kepala, mual, pusing, dan cemas.
Nah, pada kasus penyakit trypophobia ini ia bekerja sebagai pertahanan diri otomatis agar kamu tidak mengalami hal-hal ini. Otak akan mengasosiasikan lubang-lubang ini dengan bahaya.
Advertisement
Penanganan yang Bisa Dilakukan untuk Penderita Trypophobia
Saat ini, trypophobia masih menjadi perdebatan para ahli, apakah layak diklasifikasikan sebagai satu jenis fobia. Meskipun demikian, penderita gangguan ini jelas perlu pertolongan dan penanganan sesegera mungkin.
Pada sebuah penelitian dikatakan bahwa belum ada penangan spesifik pada penderita trypophobia. Namun gangguan ini bisa ditolong dengan penanganan yang sudah ada bagi fobia yang umum.
Meskipun demikian, treatment tersebut juga cukup berhasil menangani masalah fobia. Beberapa metode yang bisa dilakukan biasanya mencakup self-help treatment, terapi dan pengobatan.
Salah satu terapi yang paling potensial untuk membantu penderita trypophobia ini adalah Cognitive Behavioral Theraphy atau CBT. Melalui terapi ini, penderita akan diajak untuk membicarakan ketakutannya dengan seorang terapis atau konselor. Penderita akan diminta untuk menentukan target dan mencapai tujuan tersebut.
Selain itu, perubahan pola gaya hidup bagi penderita trypophobia juga bisa diterapkan. Pada terapi ini, terapis akan memberikan bimbingan tentang olahraga yang tepat, pola makan sehat, pola tidur cukup, dan menjauhi minuman berkafein.
Tak hanya terapi, ada juga pengobatan yang bisa dilakukan secara medis. Biasanya dokter akan menangani penderita trypophobia dengan pengobatan untuk fobia pada umumnya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah rasa cemas. Untuk mengatasi gangguan kecemasan tersebut, dokter biasanya meresepkan obat antidepresan.
Perlu diketahui bahwa, pada penanganan penyakit trypophobia ini tentu saja tergantung dari tingkat keparahannya. Namun, apabila kamu mengalami beberapa gejala di atas, bersegeralah untuk mengkonsultasikan gangguan yang kamu rasakan kepada dokter atau psikiater. Jangan tunggu hingga kamu menjadi depresi karena fobia yang satu ini.