Varian Baru COVID-19 di Inggris Bisa Pengaruhi Hasil Tes PCR, Ini Kata Pakar UGM

Ini kata pakar UGM soal varian baru COVID-19 di Inggris.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 27 Des 2020, 09:40 WIB
Diterbitkan 27 Des 2020, 09:40 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta Munculnya varian baru virus Covid-19 di Inggris pada Desember ini menimbulkan kekhawatiran dunia. Varian baru virus ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S. Hingga kini, varian tersebut telah ditemukan pada 1,2 persen virus pada database GISAID, 99 persen varian tersebut dideteksi di Inggris.

Selain Inggris, varian ini juga ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sementara di Asia, varian virus ini ditemukan di Singapura, Hong Kong dan Israel. Varian baru juga ditemukan secara signifikan pada kasus Covid-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S.

Menurut Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM dr. Gunadi, SpBA, Ph.D. dalam keterangan tertulisnya di laman resmi UGM Sabtu (26/12/2020), munculnya varian baru virus ini belum terbukti dapat memengaruhi efektivitas vaksin yang sudah ada. Namun, varian baru virus ini dinilai mampu pengaruhi hasil tes PCR yang dilakukan.

Bisa pengaruhi hasil tes PCR

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Menurut Gunadi, adanya variasi virus ini bisa memengaruhi hasil tes swab PCR apabila tes PCR menggunakan gen S. Ini disebabkan varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis Covid-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S karena bisa memberikan hasil negatif palsu.

Oleh karena itu, peran surveilans genomik (whole genome sequencing) virus Corona menjadi sangat penting dalam rangka identifikasi mutasi baru, pelacakan (tracing) asal virus tersebut dan dilakukan isolasi terhadap pasien dengan mutasi tersebut sehingga penyebaran virus Corona bisa dicegah lebih lanjut.

 

Belum terbukti memengaruhi efektivitas vaksin

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Dari 9 mutasi tersebut pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S.

“RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan receptor untuk menginfeksi sel manusia,” kata Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM dr. Gunadi, SpBA, Ph.D., dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/12/2020).

Menurutnya, mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70 persen. Namun begitu, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya atau ganas.

“Demikian juga, mutasi ini belum terbukti memengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada,” katanya.

Gunadi juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terkait penularan virus ini. Namun, menurut Gunadi munculnya varian baru ini tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan.

“Masyarakat tetap harus menerapkan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya