Liputan6.com, Jakarta Belakangan, beredar video singkat tentang perjuangan seorang penderita HIV memperoleh kesuksesannya meraih S2 di Eropa. Dia bernama Scott Alfaz yang terkena HIV positif. Bertahun-tahun lari dari kenyataan, kini ia meraih kesuksesan. Bahkan kini ia tengah menekuni sebagai CEO perusahaan yang dirintisnya. Kisah itu ia bagikan di video pendek akun @scotchandsoba miliknya.
HIV memang dikenal sebagai virus yang mematikan. HIV dapat mempersempit ruang dan gerak seseorang. Seperti virus pada umumnya, HIV dapat menular ke orang lain. Begitu juga yang diderita oleh Scott Alfaz. Stigma ini berkembang di masyarakat yang secara halus meminggirkan orang dengan HIV. Bahkan ia sempat disumpahi karena HIV yang ia derita.
Stigma itulah yang ingin diubah oleh Scott Alfaz, bangkit dan menjalani hidup 10 tahun bersama HIV AIDS. Ia telah membuktikan orang dengan virus paling mematikan di dunia masih bisa menentukan hidup dan mencapai cita-cita. Berikut Liputan6.com merangkum kisah inspiratifnya dari berbagai sumber, Kamis (2/12/2021).
Advertisement
Didiagnosis HIV, Scott Alfaz Berniat Bunuh Diri
Stigma virus HIV yang berkembang di masyarakat memang selalu mengerikan. HIV dapat dengan mudah menular melalui cairan sperma, cairan vagina, hingga air susu ibu. Namun air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan HIV yang ideal. Ia berpendapat, orang dengan HIV (ODHA) tidak memungkinkan untuk menikah apalagi mendapat keturunan.
Inilah yang menyebabkan Scott Alfaz pesimis dan berniat bunuh diri. Dalam benaknya, orang dengan HIV sangat renta, sakit-sakitan dan cepat meninggal. Saking putus asanya, ia sempat berencana menabrakkan diri di depan mobil yang melaju kencang di jalan.
Advertisement
Bermula dari Pelarian, HIV jadi Alasan Melanjutkan Studi di Eropa
Sempat dilanda kegalauan, Scott Alfaz akhirnya memantapkan diri lanjut studi. Mulanya, pria lulusan S1 salah satu Universitas di Jogja ini menjadikan HIV sebagai alasan untuk lari. Namun pelarian ini justru pada kebaikan. Pada tahun 2017 ia mendapatkan beasiswa penuh S2 Hukum Kriminal Global di Groningen, Belanda.
Perjuangannya berbuah manis, tahun 2018 ia meraih gelar S2 di kampus tersebut. Stigma buruk mengenai HIV yang bakal menjadi penghambat kehidupan ternyata terpatahkan. Seorang dengan HIV masih dapat berekspresi dan meraih cita-cita setinggi mungkin.
Aktif Menyuarakan Hapus Stigma dan Diskriminasi ODHA
Tak ingin berhenti hanya sampai dirinya saja, Scott Alfaz rutin menjadi pembicara. Mengkampanyekan melawan stigma buruk mengenai orang dengan HIV Aids. Tak selamanya pengidap HIV akan selalu menjadi minoritas. HIV bukanlah menjadi sebab seseorang dikucilkan, dan mudah direndahkan.
Virus HIV yang diderita Scott tergolong dalam kategori ringan. Meskipun begitu, tetap ada kemungkinan penularan. Ia rutin mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV) dari dokter, sehingga ia masih bisa beraktivitas seperti orang lain. Kedepan, ia ingin menghapus stigma dan diskriminasi orang dengan HIV agar memperoleh hak layaknya manusia pada umumnya.
Advertisement
Menaungi Perusahaan Sebagai CEO
Tak ingin berhenti berekspresi, pria yang didiagnosis HIV pada tahun 2012 ini tengah menekuni kesibukan menjadi Chief Executive Officer (CEO). Ia merintis perusahaan bernama hayVee, sebuah aplikasi untuk para penderita HIV, bernama hayVee. Aplikasi kesehatan ia buat sejak Februari 2019 tersebut telah memiliki staff dan karyawan yang membersamainya.
@scotchandsoba Apa mimpi kalian yang belom tercapai sampe hari ini? #JanganKendorJagaImun #YWY3WeRockTheWorld #ScottAlfaz #ODHIV #fyp
♬ Di sound ini banyak orang2 kuat - MILKAAAA