Liputan6.com, Jakarta - Memahami arti muhasabah adalah melakukan evaluasi atau koreksi yang berhubungan dengan diri sendiri. Muhasabah adalah berkaitan erat dengan perbuatan, sikap, hingga kesalahan. Muhasabah menjadi wujud dari melakukan mawas diri.
Baca Juga
Advertisement
Dalam buku berjudul Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas oleh Badrul Munier Buchori, dijelaskan arti muhasabah berakar dari bahasa Arab haasaba yuhaasibu. Kata tersebut diambil dari hasiba, hasibtusy syai-a, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban yang mengandung makna jika engkau menghitungnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan ada tiga aspek penting yang perlu dijadikan muhasabah diri, yakni aspek ibadah, aspek yang berhubungan dengan duniawi (pekerjaan, usia, dan rezeki), serta kehidupan sosial.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang arti muhasabah, muhasabah menurut para ahli, aspek-aspek muhasabah, dan bahaya muhasabah, Minggu (5/6/2022).
Arti Muhasabah adalah Introspeksi Diri
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan arti muhasabah adalah introspeksi diri. Dijelaskan lebih mendalam, introspeksi yang menjadi arti muhasabah adalah berhubungan dengan perbuatan hingga kesalahan.
“Arti muhasabah adalah peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri; wawas diri,” dijelaskan.
Hal yang sama dijelaskan dalam kitab Al-Munawir oleh Ahmad Warson Munawir dijelaskan demikian pula. Arti muhasabah adalah perhitungan atau introspeksi. Dijelaskan, muhasabah adalah introspeksi, mawas, atau meneliti diri. Hal ini berarti menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari, bahkan setiap saat.
Secara etimologi, arti muhasabah berakar dari bahasa Arab haasaba yuhaasibu. Dalam buku berjudul Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas oleh Badrul Munier Buchori, dijelaskan kata tersebut diambil dari hasiba, hasibtusy syai-a, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban yang mengandung makna jika engkau menghitungnya.
"Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Imam Turmudzi)
Advertisement
Arti Muhasabah Menurut Para Ahli
Ini penjelasan para ahli tentang muhasabah diri:
- Imam Al-Ghozali
Menurut Imam Al-Ghozali, arti muhasabah adalah upaya i’tisham dan istiqomah, seperti dikutip dalam buku yang berjudul Rekonsiliasi Psikologi Sufistik dan Humanistik pengarang Abdullah Hadziq I’tisham merupakan pemeliharaan diri dengan berpegang teguh pada aturan-aturan syariat. Sedangkan istiqomah adalah keteguhan diri dalam menangkal berbagai kecenderungan negatif.
- KH. Toto Tasmoro
Arti muhasabah adalah melakukan perhitungan hubungan antara orang-orang di dunia dan akhirat atau di lingkungannya dan tindakan mereka sebagai manusia, karena manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan di kehidupannya.
- Isa Waley
Isa Waley dalam Meditasi Sufistik oleh Sudirman Tebba menjelaskan arti muhasabah adalah pemeriksaan (atau ujian) terhadap diri sendiri dan mengemukakan kaitannya yang sangat penting dengan Haris bin Asad al-Muhasibi (781-857 M) dari Bagdad.
Dia juga mengingatkan seseorang tentang ucapan sufi yang sering dikutip, yang sudah diterapkan kepada khalifah keempat yaitu Ali bin Abi Thalib, yang menyatakan bahwa orang harus memanggil dirinya untuk memperhitungkan sebelum Allah SWT mengundang orang untuk memperhitungkan.
- Al-Muhasibi
Al-Muhasibi percaya arti muhasabah adalah bahwa motivasi-motivasi manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap diri sendiri merupakan harapan-harapan dan kecemasan, dan pemeriksaan semacam itu merupakan landasan perilaku yang baik dan ketakwaan (taqwa).
- Nurbaksh
Menurut Nurbaksh yang dikutip dari buku yang berjudul Dunia Spiritual Kaum Sufi, arti muhasabah adalah pada awalnya suatu pertimbangan terhadap perhitungan antara tindakan-tindakan negatif dan positif. Pada akhirnya, ia merupakan aktualisasi kesatuan (ittihad), yang murni.
Aspek Muhasabah Diri
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan untuk dijadikan muhasabah?
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan ada tiga aspek penting yang perlu dijadikan muhasabah diri, yakni aspek ibadah, aspek yang berhubungan dengan duniawi (pekerjaan, usia, dan rezeki), serta kehidupan sosial.
Ini penjelasan tentang aspek penting yang perlu dijadikan muhasabah diri:
1. Aspek Ibadah
Ibadah adalah aspek muhasabah diri karena ini menjadi tujuan utama manusia diciptakan. Apek muhasabah diri dalam hal ibadah ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
2. Aspek Pekerjaan, Usia, dan Rezeki
Tak hanya berhubungan dengan kepentingan akhirat seperti ibadah. Pekerjaan, usia, dan rezeki adalah aspek muhasabah diri yang penting diperhatikan karena berhubungan pula dengan kehidupan duniawi.
Apek muhasabah diri dalam hal urusan duniawi ini dijelaskan dalam hadis dari Ibnu 'Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, ia bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu."
3. Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial adalah aspek muhasabah diri yang penting dan berhubungan dengan sesama manusia. Apek muhasabah diri dalam hal kehidupan sosial ini dijelaskan dalam hadis sebagai berikut:
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"
Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta benda."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umat hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman. Ia tidak pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, meminta harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan melawan orang itu.
Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya ini, diberikanlah di antara menguntungkannya si ini, si anu dan si itu. Sampai selesai istimewa telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus.” (HR Muslim no. 6522).
Advertisement
Bahaya Tidak Melakukan Muhasabah
Arti muhasabah adalah introspeksi diri, yang tujuannya menjadikan diri lebih baik daripada hari sebelumnya. Apa bahaya tidak melakukan muhasabah diri?
Kementerian Agama Sumatera Selatan menjelaskan ada empat bahaya seseorang tidak mau melakukan muhasabah diri. Ini penjelasannya:
1. Menutup Mata dari Berbagai Akibat
Bila seseorang tidak melakukan muhasabah, dia tidak peduli lagi akibat perbuatan dosa dan salah yang akan menjerumuskan diri dan keluarganya, maupun akibat yang menimpa orang lain.
2. Larut dalam Keadaan
Dampak buruk berikutnya bagi orang yang tidak melakukan muhasabah, adalah dia akan dikendalikan oleh keadaan. Akibatnya, ia tidak ada usaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Mengandalkan Ampunan Allah
Orang yang tidak melakukan muhasabah, biasanya ia hanya mengandalkan ampunan Allah tanpa mau bertaubat. Dalih bahwa Allah Maha Pengampun, dijadikan alasan pada saat berbuat yang salah, atau melakukan penyimpangan dan penyelewengan.
4. Mudah Melakukan Dosa
Orang yang tidak melakukan muhasabah akan mudah melakukan perbuatan dosa, bahkan dosa itu menjadi sikap hidup dan kepribadiannya. Meskipun ia mengaku sudah bertaubat, tetap saja kembali mengulang-ngulangi perbuatan dosa.