Psikolog Puskesmas, Tak Cuma Soal Kuratif Atasi Masalah Kesehatan Mental (2)

Psikolog Puskesmas terjun langsung ke masyarakat.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 14 Jun 2022, 17:02 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2022, 16:57 WIB
Aktivitas Psikolog Puskesmas
Aktivitas psikolog Puskesmas di Godean 1 bersama RSJ Grhasia memberi Bimbingan teknis penanganan ODGJ (Liputan6/Anugerah Ayu).

Liputan6.com, Yogyakarta Sejak pukul 9 pagi, Senin (23/5/2022), sejumlah warga mulai berkumpul di sebuah gedung pertemuan di kawasan Seyegan, Sleman. Mereka merupakan para dukuh dan kader kesehatan jiwa dari Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman. Hari itu, mereka mendapat pelatihan Bimbingan Teknis (Bimtek) terkait penanganan ODGJ oleh RSJ Grhasia dan difasilitasi oleh Puskesmas Godean 1. 

Selama pelatihan, dukuh dan kader diberi pemahaman dasar tentang kesehatan jiwa, bentuk, risiko dan bagaimana cara menghadapi orang yang mengalaminya. Mereka juga diberi pelatihan bagaimana cara megevakuasi ODGJ dan membawanya dengan selamat ke rumah sakit jiwa.

Bimtek terkait penanganan ODGJ ini merupakan bagian dari kegiatan luar gedung Psikolog Puskesmas Godean 1. Melakukan promosi dan prevensi langsung ke masyarakat merupakan salah satu bentuk upaya komunikasi risiko psikolog yang ditempatkan di Puskesmas.

"Kalau dulu kan dikenalnya psikolog itu di rumah sakit sifatnya kuratif, langsung orang datang untuk konseling masalah. Tetapi untuk Puskesmas berbeda, jadi lebih banyak preventifnya juga. Seperti bimtek penanganan ODGJ itu sifatnya untuk preventif" jelas Lilis Rosyidah, psikolog klinis di Puskesmas Godean 1, Sleman.

Penempata psikolog di Puskesmas memang bertujuan untuk melakukan upaya promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi. Yogyakarta merupakan daerah pertama di Indonesia yang menempatkan psikolog di Puskesmas, tepatnya di Kabupaten Sleman. Sistem kemudian diikuti oleh Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

Masalah kesehatan mental di DIY

Kesehatan mental
Kesehatan mental (sumber: freepik)

Pasca gempa 2006 dan erupsi Merapi 2006 dan 2010, masyarakat di Yogyakarta mulai meyadari kehadiran psikolog di Puskesmas. Jumlah permintaan konsultasi psikolog meningkat, dan angka kasus ODGJ juga mulai tergali.

Berdasarkan Riskesdas 2018, DIY menempati peringkat kedua tertinggi kasus gangguan jiwa skizofrenia/psikosis dengan prevalensi 10,4.

Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, Dinkes Sleman, Seruni Angreini Susila menuturkan penyebab gangguan jiwa di Sleman disebabkan oleh masalah kompleks. Mulai dari sosial, ekonomi, keluarga, hingga genetik. Selain itu, karakteristik orang Jawa yang selalu memendam masalah juga menjadi salah satu pengaruh yang memicu gangguan jiwa berat.

"Kompleks dari sisi budaya sosial ekonomi ada, ketidakmampuan untuk berbicara, keluarga dan lingkungan masih menganggap bahwa itu terkait dengan guna-guna, dan dulu sebelum tahun 2006, dokter dan paramedis masih berfokus pada fisik." ujar Seruni.

Di samping beragam latar belakang masalah kejiwaan, naiknya jumlah kasus ODGJ juga salah satunya karena deteksi ODGJ meningkat. Jika pada 2018 dan 2013 DIY menempati peringkat dua dan pertama dengan kasus ODGJ tertinggi, mundur pada Riskesdas tahun 2007, DIY menempati peringkat sembilan.

Pada 2007, program psikolog Puskesmas memang baru tahap perjalanan berliku memperoleh kepercayaan dari masyarakat, para nakes, dan para pemangku kepentingan. Ini membuat kasus gangguan jiwa saat itu belum tergali secara dalam.

Siam Hanifah, yang sejak 2005 menjadi psikolog Puskesmas mengungkapkan butuh waktu kira-kira 10 tahun untuk menumbuhkan kesadaran akan hadirnya psikolog di Puskesmas. Kala itu, Hani dan kawan-kawan kerap dapat penolakan baik dari masyarakat maupun sesama tenaga kesehatan.

"Kita kadang kala banyak tertolak terkait dengan stigma. Kadang mereka juga marah ketika dirujuk (ke psikolog) karena dianggap gila - terus waktu itu kita memang jadi profesi yang baru masuk di dunia kesehatan. Itu memang dari teman profesi lain belum banyak mengetahui perannya (psikolog) bisa masuk ke mana saja." kenang Hani.

Seiring berjalannya waktu, berkat adanya advokasi dan pengenalan, psikolog akhirnya mendapat tempat di sistem kesehatan Sleman dan daerah lain di DIY.

Manfaatkan rehabilitasi berbasis masyarakat

Kegiatan Psikolog Puskesmas
Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang diadakan Puskesmas Kalasan dan PR Yakkum (Liputan6/Anugerah Ayu).

Psikologi komunitas merupakan pendekatan yang diusung oleh psikolog di Puskesmas. Psikologi komunitas merujuk pada pendekatan psikolog langsung pada masyarakat. Di Puskesmas, psikolog tidak hanya duduk menunggu pasien, tapi aktif terjun berinteraksi dengan masyarakat.

Salah satu upaya yang dijalankan dalam psikologi komunitas adalah dengan memanfatkan konsep rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM). Pusat Rehabilitasi Yakkum (PR Yakkum) merupakan salah satu pihak yang turut berkolaborasi bersama psikolog Puskesmas untuk menjalankan kegiatan rehabilitasi terhadap ODGJ yang saat ini juga dikenal dengan Orang Dengan Disabilitas Psikososial (ODDP).

Upaya rehabilitasi ini dilakukan untuk mencegah ODGJ kembali relaps (kambuh) setelah dinyatakan pulih. Bagi kebanyakan ODGJ yang sudah pulih dan pulang, relaps bisa terjadi ketika keluarga dan lingkungan tidak mendukung kehadirannya. Ini sebabnya, penting dilakukan rehabilitasi berbasis masyarakat.

Puskesmas Godean 1 Sleman termasuk Puskesmas yang sukses bekerja sama dengan PR Yakkum dalam hal rehabilitasi. Sejak 2017, psikolog Puskesmas dan PR Yakkum membangun sebuah sistem rehabilitasi untuk membuat para ODGJ bisa lebih berdaya lagi. Setelah ODGJ dirasa sudah mulai berdaya, mereka dan keluarga akan diberi stimulan untuk modal usaha.

"Stepnya kan awalnya mereka cuma di dalam rumah, kemudian kami edukasi, kami home visit, kemudian nanti bisa keluar rumah, terus kami dampingi lagi sampai benar-benar bisa kembali lagi ke masyarakat." ujar Bena selaku community organizer PR Yakkum untuk wilayah dampingan Godean, Kamis(18/5/2022).

Selain Puskesmas Godean 1, Puskesmas Kalasan Sleman juga termasuk Puskesmas yang juga dibersamai oleh PR Yakkum dalam hal rehabilitasi. Sejak akhir 2021, Puskesmas Kalasan dan PR Yakkum memulai program "Open the gate". Proyek ini dibentuk dengan melakukan pendampingan dan membangun sistem RBM di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Bina Laras serta Kalurahan Purwomartani bagi ODGJ.

"Proyek ini akan melakukan pendampingan sistem balai rehabilitasi bagi ODGJ menjadi sistem balai yang terbuka dengan rehabilitasi berbasis masyarakat, artinya masyarakat juga akan dilibatkan dan dbekali terkait kesehatan jiwa" ujar Amy, Project Coordinator PR Yakkum yang mendampingi kerjasama di Puskesmas Kalasan.

Salah satu bentuk psikologi komunitas yang dilakukan oleh psikolog Puskesmas adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Ini yang juga dilakukan oleh Puskesmas Kalasan dan PR Yakkum Pada Kamis(12/5/2022). Dalam TAK ini, ODGJ yang sudah pulih dikumpulkan dan diberi terapi untuk mengembalikan keterampilannya. Terapi ini juga melibatkan kader kesehatan jiwa yang mendampingi para ODGJ dan keluarganya.

"Kegiatan seperti ini sangat penting untuk memberi perhatian, semangat, memberi support biar pikirannya tenang." ujar Sriyatun (64), kader kesehatan jiwa di Kalasan yang kala itu turut mendampingi TAK.

Jalin kepanjangan tangan lewat kader

Kegiatan psikolog Puskesmas
Aktivitas psikolog Puskesmas di Godean 1 bersama RSJ Grhasia memberi Bimbingan teknis penanganan ODGJ (Liputan6/Anugerah Ayu).

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan The Indonesian Journal of Public Health pada Maret 2022 tentang peran psikologi dalam program promosi kesehatan jiwa di Puskesmas, psikolog berperan dalam program promosi kesehatan jiwa seperti komunikasi, pemberian informasi, dan edukasi.

Salah satu upaya promosi sekaligus prevensi adalah membangun kaderisasi. Dengan mengusung psikologi komunitas, psikolog di Puskesmas membangun kepanjangan tangan dengan para kader kesehatan jiwa. Di sini, kader dibekali informasi dan edukasi kesehatan mental. Kader kemudian menjadi salah satu agen komunikasi risiko kesehatan jiwa di masyarakat.

Sebagai kepanjangan tangan, kader merupakan sosok yang sangat membantu ODGJ di daerahnya untuk mendapat akses kesehatan. Misalnya, untuk pasien ODGJ yang kesulitan mengambil obat, kader akan membantu mengambilkannya ke Puskesmas.

Ini seperti yang sudah dilakukan oleh para kader di wilayah Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Kader jiwa di Gedongtengen disebut dengan Kader Tulus (Tangguh, Ulet, Luas hati, dan Sehat Jiwa).

"Kalau dulu, obatnya harus ke (RSJ) Grhasia, sekarang bisa diambil di Puskesmas. Dan ini kader untuk mempermudah layanan itu, ada servis jemput bola, kader nanti yang konsultasi ke dokter dan mengambilkan. Demi pasien-pasien ODGJ termudahkan." ujar Sigit yang tergabung dalam Kader Tulus ketika ditemui di Puskesmas Gedongtengen, Selasa(31/5/2022).

Kader bertugas mendata kasus ODGJ dan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), mendampingi pasien dan keluarga, serta memberi edukasi terkait kesehatan jiwa.

“Kita melaporkan kalau ada kasus di wilayah, termasuk ketika ada kasus ODMK, jadi mungkin ada warga yang sekiranya dia punya perilaku yang emosinya lebih tinggi dan kemudian membahayakan orang lain, langsung kita lapor ke psikolog, nah nanti ada validasi.” Jelas Ari yang juga Kader Tulus.

Contoh penggerakan kader kesehatan jiwa juga terlihat di Puskesmas Gondomanan. Kader kesehatan jiwa di Gondomanan terbagi dalam tiga tim: merah, kuning, dan hijau. Tim merah untuk menangani ODGJ yang relaps, tim kuning bertugas mendampingi ODGJ yang baru saja pulih dan kembali ke rumah, dan tim hijau bertugas mempromosikan kesehatan jiwa.

Tak hanya orang dewasa, programmer kesehatan jiwa berkolaborasi dengan psikolog Puskesmas juga menyasar remaja dengan inovasi Kader Remaja Kesehatan Jiwa (KAREJA). Kader jiwa juga tidak hanya berfokus pada penanganan ODGJ. Di Gondomanan bahkan ada program Pendamping Keluarga Berduka (PEKA), di mana para kader mendampingi keluarga yang sedang berduka.

"Jadi memang di sini kita kuatkan di RBM, di mana nanti akan banyak peran masyarakat di sini, terutama para kader, kita memang optimalkan di situ." ujar Prima Aditama, Programmer Kejiwaan di Puskesmas Gondomanan Senin(30/5/2022).

Bantu ODGJ kembali berdaya

Aktivitas Psikolog Puskesmas
Aktivitas psikolog Puskesmas Gedongtengen mengunjungi pasien ODGJ berat di rumahnya (sumber: Puskesmas Gedongtengen).

Upaya rehabilitasi yang dilakukan psikolog bersama tim, membantu para ODGJ untuk bisa kembali dan diterima masyarakat. Brury (42), merupakan penyintas ODGJ di Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta merasakan betul bagaimana ia didampingi Puskesmas hingga pulih.

Usai pulang dari RSJ Grhasia, kondisi Brury terus dipantau oleh Puskesmas. Ketika dirasa akan terjadi relaps, Puskesmas memberi pendampingan sampai kembali pulih.

"Tiap waktu saya sakit (relaps), saya dikasih informasi untuk gimana lebih baiknya lagi, lalu diberikan solusi supaya lebih baik lagi dari yang kemarin." cerita Brury, Senin(30/5/2022).

Pulihnya Brury juga berkat dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Di sini, peran psikolog Puskesmas memberi edukasi pada keluarga dan lingkungan untuk bisa menerima dan mendukung Brury dalam menjalani kesehariannya.

Upaya ini dilakukan dengan menerapkan program Gerakan Lima Meter Tetangga Peduli Skizofrenia yang diinisiasi oleh Prima, programmer keswa Gondomanan. Gerakan ini dilakukan dengan mengedukasi warga yang rumahnya berjarak 5 meter dari rumah pasien. Baik sisi depan, belakang, kanan, atau kiri. Kini, Brury bekerja sebagai Linmas di kawasan Gondomanan dan diterima tanpa stigma. Brury kemudian juga ikut merangkul para ODGJ lainnya yang masih dalam tahap pengobatan.

"Diikutsertakan juga dalam kegiatan yang ada hubungannya dalam kesehatan jiwa, akhirnya Mas Brury merasa berguna juga. Sehingga ikut juga merangkul." ujar Rini, koordinator kader kesehatan jiwa di wilayah Gondomanan.

Hal serupa juga dirasakan oleh Puji (42), penyintas ODGJ di wilayah Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Sebelum mendapat pendampingan dari Puskesmas, Puji sama sekali tak mau keluar rumah dan enggan berbicara. Terkadang, ada ledakan emosi dan bisikan di telinganya.

Kader Tulus kemudian menyarankan agar Puji dibawa ke Puskesmas. Akhirnya, Puji kini bisa beraktivitas kembali di masyarakat. Puji bahkan sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari.

"Saya senang karena bu Gi (psikolog Puskesmas Gedongtengen) ramah sama saya, sering ditanyakan gimana kabar keluarganya, sama aktivitas sehari-hari." ujar Puji yang punya hobi berkebun ini.

Psikolog di Puskesmas juga turut memberi penanganan langsung ketika ada ODGJ yang relaps. Hal ini yang pernah dirasakan oleh Dani (46). Ia mendapatkan penanganan cepat dari Puskesmas ketika sedang kambuh.

"Puskesmas sangat membantu saya yang pernah kumat, terus ditangani jadi nggak merepotkan tetangga, Alhamdulilah sekarang sudah sembuh." ujar Dani yang saat ini berjualan nasi di pasar Beringharjo.

Sempat terhambat saat pandemi

Aktivitas Psikolog Puskesmas
Tim Keswa Puskesmas Gedongtengen memfasilitasi vaksinasi disabilitas dan ODGJ dengan melakukan kunjungan rumah, psikolog klinis sebagai penanggung jawab program. (sumber: Puskesmas Gedongtengen).

Pandemi COVID-19 menyedot perhatian layanan kesehatan, salah satunya kesehatan jiwa. Saat pandemi, Puskesmas membatasi kunjungan. Akhirnya, pelayanan kesehatan jiwa beralih ke daring.

Takutnya masyarakat untuk pergi ke Puskesmas juga menurunkan angka kunjungan ke poli psikologi. Di Sleman misalnya, angka kunjungan psikolog di Puskesmas mengalami penurunan. Di tahun 2020, kunjungan ke poli psikolog ada 44.092 pasien. Jumlah ini terus menurun di tahun 2021 sampai angka 30.134 pasien. Padahal, di tahun 2018, kunjungan pasien bisa sampai 66.596 dan 2019 meningkat hingga 79.093 kunjungan.

Meski kunjungan berkurang, ternyata angka gangguan jiwa meningkat, baik yang ringan maupun berat. Pada 2020 dan 2021 jumlah ODGJ berat di Sleman mencapai 2938 dan 2969 kasus. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2018 dan 2019 dengan angka 1233 dan 2523 kasus.

"Untuk pandemi kemarin kasus kesehatan mental memang mengalami peningkatan terutama yang gangguan mental ringan. Mungkin karena terdampak tidak bisa sosial aktivitas, kemudian kehilangan pekerjaan." ujar Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, Dinkes Sleman, Seruni Angreini Susila.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi psikolog Puskesmas. Tenaga psikolog yang hanya satu di Puskesmas menyebabkan tim kesehatan jiwa cukup kewalahan. Ini membuat sejumlah sasaran ODGJ tidak bisa dijangkau secara keseluruhan. Selama pandemi, para psikolog juga diterjunkan langsung untuk memantau sekaligus memberi penanganan terhadap masyarakat. Kondisi makin miris ketika tenaga psikolog dan Puskesmas terpapar COVID-19. Akhirnya, pelayanan yang diberikan menjadi kurang maksimal.

Salah satu yang dilakukan Puskesmas adalah memberi terapi injeksi long acting untuk ODGJ yang masih perlu pengobatan. Penanganan ini salah satunya dilakukan oleh Puskesmas Kraton, Kota Yogyakarta. Penyuntikan dilakukan oleh perawat dengan pengawasan dokter. Sementara psikolog bertugas memberi edukasi ke keluarga.

"Psikolog sebagai psikolog komunitas memberi edukasi pada keluarga, tetangga, mensuport kader untuk mengkomunikasikan risiko kesehatan mental, dan mengedukasi tentang terapi yang lebih efektif selama pandemi." terang Mawaddah Dwi, psikolog di Puskesmas Kraton.

Di Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta, psikolog juga turut sebagai tim vaksinasi "GeSiD Bergerak" yang ditujukan pada ODGJ dan disabilitas.

"Kami data dan datangi langsung ODGJ ke rumahnya dan melakukan vaksinasi." ujar Giyati, psikolog Puskesmas Gedongtengen.

Meski sudah berupaya, masih juga sejumlah ODGJ yang belum mendapat vaksinasi. Ini karena masih adanya ketidakpercayaan ODGJ tentang vaksinasi. Giyati bercerita ada satu ODGJ yang berhasil dibujuk untuk vaksin. Namun, keesokan harinya ia berubah pikiran karena dipengaruhi oleh anak-anak usil yang bilang bahwa vaksin akan menyebabkan kematian.

"Akhirnya sampai sekarang belum bisa divaksin" sesal Giyati.

Hal ini menunjukkan masih minimnya komunikasi risiko terkait pentingnya vaksinasi terutama bagi orang yang rentan. Banyak psikolog yang kemudian membuka akun Instagram untuk melakukan upaya promosi dan prevensi. Meski tidak maksimal, psikolog Puskesmas terus berupaya agar masyarakat tetap mendapat edukasi tentang kesehatan mental. Ini karena psikolog tetap membutuhkan kolaborasi bersama pihak lainnya.

Kisah-kisah di atas merupakan contoh praktik komunikasi risiko yang dilakukan oleh para psikolog Puskesmas. Belum semua Puskesmas di Yogyakarta maupun daerah lain menjalankan praktik ini, terutama di masa pandemi. Masih banyak PR yang dimiliki, bukan hanya psikolog, tapi juga semua pihak yang terlibat di dalamnya. Kasus ODGJ yang meningkat, stigma yang masih kuat, dan rendahnya kesadaran akan kesehatan mental menjadi jalan terjal psikolog Puskesmas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya