HIV adalah Human Immunodeficiency Virus, Ini Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

HIV adalah penyakit menular yang tidak bisa disembuhkan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 15 Nov 2022, 10:31 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 10:31 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS 3
Ilustrasi HIV/AIDS (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah penyakit serius yang menyerang sistem imun. Seseorang yang terdiagnosa HIV, akan lebih rentan terhadap serangan berbagai penyakit ringan hingga ganas seperti tumor. HIV adalah bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI menjelaskan HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, mereka menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Seseorang yang di dalam darahnya ada virus HIV bisa tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan.

HIV adalah virus yang termasuk dalam family retrovirus. HIV akan merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Ketika sel CD4 semakin banyak yang hancur, maka daya tahan tubuh akan semakin melemah.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang HIV, gejala HIV, penyebab HIV, penularan HIV, dan pengobatan HIV, Selasa (15/11/2022).

HIV adalah Human Immunodeficiency Virus

Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto oleh Anna Shvets dari Pexels)

HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah penyakit serius yang menyerang sistem imun. HIV menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Politeknik Kesehatan Denpasar menjelaskan HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family retroviridae, subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Ini virus yang terdiri dari dua grup, yakni HIV-1 dan HIV-2. Diantara keduanya, HIV-1 yang paling banyak menimbulkan kelainan dan paling ganas di seluruh dunia.

Dijelaskan lebih mendalam, infeksi HIV adalah membuat seseorang sangat rentan terhadap berbagai jenis peradangan. Mulai dari tuberkulosis, kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak, dan kanker. HIV sudah bisa ditangani dengan memperlambat laju virus, akan tetapi penyakit ini sebenarnya belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV adalah penyakit yang akan menetap seumur hidup penderitanya. Itu artinya, virus ini akan selalu berada di dalam tubuh penderita meski mereka sudah melakukan pengobatan. Belum bisa disembuhkan, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan infeksi HIV dan mampu meningkatkan harapan hidup penderitanya.

Bagaimana gejala HIV? Gejala HIV memang bisa mempermudah HIV dideteksi lebih dini, tetapi bukan berarti seseorang dengan gejala HIV pasti menderita HIV. Tes HIV sangat diperlukan untuk memastikan seseorang benar-benar menderita HIV.

Ini gejala awal HIV yang dijelaskan oleh Health Line:

- Demam

- Panas dingin

- Pembengkakan kelenjar getah bening

- Sakit dan nyeri umum

- Ruam kulit

- Sakit tenggorokan

- Sakit kepala

- Mual

- Sakit perut

Ini gejala non-spesifik HIV:

- Ruam kulit

- Infeksi jamur mulut atau vagina berulang

- Radang paru-paru

- Herpes zoster

- Sakit kepala dan sakit dan nyeri lainnya

- Pembengkakan kelenjar getah bening

- Demam berulang

- Keringat malam

- Kelelahan

- Mual

- Muntah

- Diare

- Penurunan berat badan

Penyebab HIV atau Penularan HIV

Ilustrasi penyakit HIV AIDS
Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

HIV adalah bukan jenis virus yang mudah ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya. Persebaran atau penularan HIV yang menjadi penyebab HIV bisa terjadi dengan beberapa cara.

Mayo Clinic menjelaskan Infeksi HIV adalah bisa terjadi ketika ada darah, air mani, dan cairan vagina dengan virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang. Penularan HIV dilaporkan tidak berada dalam air mata dan keringat.

Lalu apa saja penyebab HIV atau bagaimana penularan HIV terjadi?

Politeknik Kesehatan Denpasar mengutip dari Widoyono (2011) menjelaskan ada empat penyebab HIV atau penularan HIV bisa terjadi. Ini penjelasan penyebab HIV tersebut:

1. Ibu Hamil

- Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)

- Angka transmisi mencapai 20-50%

- Angka transmisi melalui asi ASI dilaporkan lebih dari sepertiga

- Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI adalah 11-29%

- Laporan pada ibu menyusui

Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalian), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui.

- Bayi normal dengan Ibu HIV bisa memperoleh antibody HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.

2. Jarum Suntik

- Prevalensi 5-10%

- Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat

3. Transfuse Darah

- Resiko penularan sebesar 90%

- Prevalensi 3-5%

4. Hubungan Seksual

- Prevalensi 70-80%

- Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim

- Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir- akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan pengaman saat berhubungan intim.

Kemenkes RI menegaskan HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. Hubungan seksual sangat beresiko tinggi menularkan virus HIV, tetapi ada pasangan seksual penderita HIV yang tidak tertular virus HIV, mereka bisa disebut pasangan serodiskordant.

ODHA serodiskordant adalah jalinan hubungan pasangan ODHA (suami atau istri) dengan status salah satu dari pasangan terinfeksi HIV (HIV positif) dan pasangan lainnya tidak terinfeksi HIV (HIV negative). Pasangan serodiskordant mempunyai harapan untuk dapat hidup normal layaknya pasangan lainnya yang tidak menderita HIV. Tujuannya ingin memiliki keturunan dan memenuhi kebutuhan biologis.

Meski demikian, dalam forum tanya jawab, Dr. Robert J. Franscino dari The Roberts James Franscino Aids Foundation melansir dari The Body, dijelaskan pasangan yang sama-sama terinfeksi HIV harus memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual. Tujuannya mencegah infeksi ganda (dual infection) atau infeksi ulang (re-infection) antarpasangan.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya