Liputan6.com, Jakarta Secara astronomis, bumi mengalami perubahan selama empat hari dalam satu tahun. Dua hari di antaranya disebut sebagai fenomena solstis, dan dua hari lainnya disebut fenomena ekuinoks.
Fenomena solstis matahari terjadi dua hari dalam satu tahun, yakni satu hari pada bulan Juni, dan satu hari di bulan Desember. Demikian seperti dikutip dari The Franklin Institute. Solstis disebut juga sebagai titik balik matahari. Itu adalah peristiwa di mana salah satu kutub di bumi mendapatkan sinar matahari dengan intensitas maksimum.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, solstis terjadi dua kali dalam setahun, yakni sehari pada bulan Juni dan sehari pada bulan Desember. Pada bulan Desember, belahan Bumi bagian selatan terpapar sinar matahari dengan intensitas maksimum.
Dengan kata lain, saat fenomena solstis Desember terjadi, kita yang berada di sebelah selatan ekuator akan merasakan tingkat terpanas dari sinar matahari yang pernah kita rasakan dalam setahun.
Lalu bagaimana fenomena solstis bisa terjadi? Berikut penjelasan lengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (21/12/2022).
Bagaimana solstis terjadi?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, solstis terjadi dua kali dalam setahun, yang pertama adalah solstis Juni, dan yang kedua adalah solstis Desember.
Seperti dikutip dari National Geographic Education, Solstis Juni terjadi sekitar tanggal 20-22 Juni. Sedangkan solstis Desember terjadi sekitar tanggal 20-23 Desember. Solstis terjadi akibat dari kemiringan sumbu Bumi sebesar 23,5° saat mengorbit matahari.
Dikutip dari Earthsky, Bumi tidak berotasi pada sumbu yang tegak. Bumi berotasi pada sumbu yang memiliki kemiringan 23,5°. Kemiringan inilah yang membuat belahan Bumi bagian utara dan selatan secara bergantian menerima intensitas sinar matahari besar.
Misalnya, ketika belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin, makan bumi bagian selatan mengalami musim panas, inilah yang terjadi setiap bulan Desember.
Hal tersebut terjadi karena Itu karena Belahan Bumi Utara bersandar paling jauh dari matahari selama setahun di sekitar waktu ini.
Advertisement
Solstis Desember
Solstis Desember adalah fenomena di mana posisi belahan Bumi Selatan mendapatkan intensitas sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan belahan Bumi Selatan. Saat Solstis Desember terjadi, belahan Bumi Utara mengalami musim dingin, sedangkan belahan Bumi Selatan mengalami musim panas. Di samping itu, belahan Bumi Selatan juga akan mengalami siang hari yang lebih lama hingga lebih dari 12 jam.
Sementara itu, semua lokasi di utara khatulistiwa mengalami siang hari yang lebih pendek, yakni kurang dari 12 jam. Bagi orang yang tinggal di belahan Bumi Utara akan selalu mengalami siang hari yang lebih pendek setiap terjadi fenomena solstis. Setelah fenomena solstis Desember, siang akan semakin panjang, dan malam akan semakin pendek. Solstis Desember terjadi antara 20-23 Desember.
Solstis Juni
Solstis Juni adalah fenomena di mana posisi belahan Bumi Utara mendapatkan intensitas sinar matahari yang lebih banyak daripada belahan Bumi Selatan. Jika dilihat dari Bumi, matahari tampak seperti berada di bagian Bumi paling utara ketika terjadi solstis Juni.
Saat Solstis Juni terjadi, belahan Bumi Selatan mengalami musim dingin, sedangkan belahan Bumi Utara mengalami musim panas. Di samping itu, belahan Bumi Utara juga akan mengalami siang hari yang lebih lama hingga lebih dari 12 jam. Solstis Desember terjadi antara 20-22 Juni.
Dampak Solstis Matahari
Solstis Matahari, baik yang terjadi pada bulan Juni dan Desember berpengaruh pada peningkatan suhu di satu belahan Bumi. Di samping itu, solstis Matahari juga memengaruhi panjangnya durasi siang hari dan malam hari.
Namun siapa yang menyangka jika fenomena ini juga memengaruhi manusia. Berikut adalah sejumlah dampak yang diakibatkan oleh fenomena solstis Matahari pada manusia:
1. Produksi Serotonin Menurun
Menurut Menurut The Guardian, kadar serotonin sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah paparan sinar matahari. Jadi ketika solstis matahari terjadi dan memengaruhi lamanya siang hari dan malam hari, makan itu juga akan memengaruhi produksi serotonin. Dengan kata lain, jika solstis matahari membuat siang hari menjadi lebih pendek dan malam menjadi lebih panjang, makan produksi seortonin akan menurun.
Serotonin sendiri merupakan hormon yang berperan sebagai pemberi perasaan nyaman dan senang.
2. Memengaruhi Pola Tidur
Solstis matahari juga dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Ini karena asupan vitamin D yang kurang akibat kurangnya paparan sinar matahari. Akibatnya tubuh jadi lebih mudah merasa lelah dan lesu.
Solstis matahari yang membuat siang hari menjadi lebih pendek akan memengaruhi ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur normal Anda, serta kemampuan Anda memproduksi melatonin alias hormon tidur tubuh Anda. Sederhananya, kurangnya sinar matahari pasti dapat mengurangi waktu tidur Anda.
3. Sakit Kepala
Menurut Medical Daily, jumlah kasus migrain meningkat selama solstis Desember, yakni sekitar tanggal 21 Desember, di mana belahan Bumi Utara mengalami musim dining. Perubahan suhu yang cepat dapat menyebabkan perubahan pada tubuh yang menyebabkan sakit kepala karena tegang
Â
Advertisement
Dampak Solstis Matahari
4. Tingkatkan Risiko Komplikasi Jantung
Menurut sebuah studi tahun 2010, cuaca dingin yang datang solstis matahari di musim dingin dapat meningkatkan risiko komplikasi jantung. Risiko ini semakin besar untuk orang yang sudah lanjut usia.
5. Hasrat Seksual Menurun
Solstis matahari ternyata juga memengaruhi hasrat seksual. Menurut Medical Daily, produksi testosteron selama musim dingin,. Itulah sebabnya Anda mungkin sedang tidak ingin berhubungan intim dengan pasangan.
6. Kreativitas Meningkat
Dampak solstis matahari tidak semuanya buruk. Ada juga dampak baik dari solstis matahari, yakni dapat meningkatkan kreativitas. Sebuah studi tahun 2014 menunjukkan bahwa, ketika suhu menjadi semakin dingin di sebagian belahan Bumi, dan memaksa orang-orang di sana untuk membungkus diri agar tetap hangat, di sisi lain hal itu membuat orang-orang merasa terhubung dengan orang lain, dan sebagai hasilnya, terinspirasi untuk menciptakan dan melakukan brainstorming ide-ide baru.