Bahaya Memberi Jamu Kepada Bayi Dibawah 6 Bulan, Jangan Asal Kasih

Penjelasan bahaya memberi jamu pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 18 Jan 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2023, 14:00 WIB
ilustrasi jamu
Ilustrasi/Copyright shutterstock/Elizaveta Galitckaia

Liputan6.com, Jakarta Jamu atau obat tradisional merupakan salah satu pengobatan alternatif yang sangat digandrungi oleh masyarakat.Namun perlu diingat, tidak semua obat tradisional aman dan bisa dikonsumsi oleh semua orang, terutama untuk bayi yang baru berusia beberapa bulan, dimana organ-organnya belum dapat mencerna semua yang masuk kedalam tubuhnya dengan maksimal.  

Ketidaktahuan akan bahaya memberi jamu kepada bayi ini bisa menjadi bumerang bagi kesehatan sang bayi. Sempat viral beberapa waktu lalu, ketidaktahuan akan bahaya memberi jamu kepada bayi pada usia dibawah 6 tahun ini akhirnya memakan korban. Dimana dalam unggahan seorang ibu di sebuah grup Facebook, sang ibu sempat membagikan kronologi kejadian pemberian jamu pada bayinya yang kemudian berakibat fatal.

Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa pada saat bayinya yang baru berusia 54 hari sedang sakit, orang-orang disekitarnya lebih menyarankan untuk memberi ramuan tradisional berupa perasan daun kecipir dan kencur pada bayi dan bukannya pergi ke dokter. Hal ini kemudian menjadi pemicu, sang buah hati harus mengalami sesak napas dan infeksi paru-paru hingga akhirnya meninggal dunia.

Untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya memberi jamu kepada bayi dibawah usia 6 bulan, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Rabu (18/1/2023). Penjelasan bahaya memberi jamu pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bahaya Memberi Jamu Kepada Bayi

Ilustrasi bayi
Ilustrasi bayi. (Photo by Luma Pimentel on Unsplash)

Bahaya Memberi Jamu Kepada Bayi

Dilansir dari webmd.com, banyak dokter yang merekomendasikan agar bayi tidak mengonsumsi apapun selain ASI atau susu formula setidaknya selama enam bulan pertama kehidupan, dengan vitamin dan obat-obatan sesuai kebutuhan, dan telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) turut menguatkan rekomendasi diatas, dimana ASI merupakan nutrisi pilihan pertama dan utama bagi bayi berusia 0-6 bulan. Hal ini karena bayi memiliki metabolisme yang berbeda dengan orang dewasa. Dimana mereka memiliki organ yang tumbuh dengan cepat dan memerlukan perhatian khusus.

Hal ini juga berlaku untuk jamu, dimana jamu dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang sangat mungkin mengandung logam dan bakteri. Konsumsi jamu dari tumbuh-tumbuhan yang tidak higienis dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi, bahkan hingga mengancam nyawa sang bayi. Oleh karena itu pemberian jamu harus dihindari pada bayi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics menemukan bahwa beberapa anak mengalami kejang dan infeksi setelah mengonsumsi teh tradisional atau ramuan dengan bahan-bahan herbal, anak-anak ini mengalami keracunan timbal dan keracunan merkuri dari pengobatan tradisional mereka, dan kerusakan hati akibat suplemen makanan.

Ada banyak potensi masalah kesehatan yang mungkin muncul, jika anda memutuskan untuk memberikan jamu atau teh tradisional pada bayi anda, diantaranya adalah : 

1. Bayi mungkin merespons secara berbeda dari anak yang lebih besar dan orang dewasa karena berat badannya yang kecil dan sistem pencernaan, saraf dan kekebalan yang belum matang. Respon bisa menjadi buruk dan berupa masalah kesehatan.

2. Keracunan, tumbuhan yang digunakan dalam jamu tradisional dapat terkontaminasi dengan logam berat atau bakteri. Beberapa olahan tradisional, misalnya olahan Ayurveda, mengandung timbal, merkuri dan arsenik yang berbahaya bagi bayi.

3. Memberikan minuman tradisopnal kepada anak kecil juga dapat menyebabkan reaksi alergi. Misalnya, chamomile bereaksi silang dengan anggota keluarga krisan lainnya.

Penggunaan produk herbal atau jamu pada anak-anak menjadi perhatian karena hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai manfaat dan risiko produk ini untuk kesehatan anak. Ini menciptakan masalah serius dalam perawatan anak-anak, dan menunjukkan bahaya pemberian jamu kepada bayi.


Saran Untuk Orang Tua

Saran Untuk Orang Tua

Praktisi kesehatan dapat mempertimbangkan beberapa poin praktis, dan ketika orang tua datang untuk berkonsultasi tentang jamu. Hal pertama yang harus dijelaskan kepada orang tua adalah menyadari bahwa semua jamu tidak aman. Orang tua harus diberitahu tentang potensi risiko atau efek samping dari penggunaan produk herbal atau jamu dalam jangka panjang. 

Orang tua juga  harus memahami bahwa yang alami tidak sama dengan yang aman. Tren penggunaan produk herbal tradisional atau jamu yang terus meningkat merupakan tantangan besar bagi sistem kesehatan, anak-anak dan keluarga. Oleh karena itu penting untuk mencari informasi tentang bahaya dari pemberian jamu pada anak dibawah usia 6 bulan.

Selain itu orang tua juga harus mempertimbangkan bahwa sebagian besar obat-obatan herbal belum menjalani uji klinis yang ketat. Akibatnya, masih ada kurangnya informasi berbasis bukti tentang kemanjuran dan keamanan produk herbal pada anak-anak, yang kemudian menyebabkan gangguan kesehatan lain.

JIka anak dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan menjalani pengobatan medis, maka orangtua juga bisa terlebih dahulu berkonsultasi kepada profesional kesehatan tentang penggunaan obat herbal yang benar pada anak-anak, untuk membantu dalam keputusan terapi herbal dan memantau efek samping dan interaksi tubuh anak terhadap pengobatan herbal yang diberikan. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya