Bell's Palsy Adalah Gangguan Saraf Wajah, Kenali Gejala, Faktor Risiko, dan Pengobatannya

Bell's Palsy adalah kondisi di mana terdapat gangguan saraf di sekitar wajah, yang mengakibatkan perubahan bentuk di salah satu sisi wajah.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 22 Mar 2023, 10:05 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2023, 10:05 WIB
Terlihat Mirip, Bell's Palsy Sering Disangka Stroke
Bell's palsy merupakan kondisi kerusakan yang menyebabkan kelumpuhan wajah di satu sisi, kerusakan disebabkan oleh trauma pada saraf wajah.

Liputan6.com, Jakarta Bell's Palsy adalah kondisi di mana terdapat gangguan saraf di sekitar wajah, yang mengakibatkan perubahan bentuk di salah satu sisi wajah. Bell's Palsy adalah suatu kondisi yang juga disebut sebagai perot.

Bell's Palsy adalah kondisi yang disebabkan oleh peradangan dan peradangan saraf yang mengontrol otot pada salah satu sisi wajah. Orang yang mengalami Bell's Palsy biasanya akan mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang melibatkan otot wajah, seperti berkumur, minum, makan, dan berbicara.

Bell's Palsy adalah gangguan saraf yang tidak berbahaya. Penderita Bell's Palsy biasanya akan dapat pulih dengan sempurna jika ditangani dengan cepat dan tepat. Akan tetapi, jika terlambat mendapatkan penanganan, kondisi ini bisa mengakibatkan kelemahan pada otot wajah secara permanen.

Bell's Palsy adalah kondisi yang sering dianggap sebagai stroke. Padahal Bell's Palsy adalah kondisi yang jauh berbeda jika dilihat dari gejala. Untuk lebih memahami apa itu Bell's Palsy, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (22/3/2023).

Penyebab Bell's Palsy

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bell's Palsy adalah kondisi di mana di salah satu sisi wajah mengalami perubahan bentuk yang dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan untuk berkumur, makan, minum, dan berbicara.

Perubahan bentuk wajah tersebut akibat saraf yang mengendalikan otot di sekitar wajah mengalami peradangan. Peradangan tersebut menyebabkan sarat terhimpit sebagian atau seluruhnya sehingga otot yang tersambung dengan saraf juga berhenti bekerja. Kondisi inilah yang membuat otot wajah lumpuh.

Belum pasti apa yang menjadi penyebab peradangan pada saraf yang mengendalikan otot wajah. Akan tetapi terdapat dugaan bahwa Bell's Palsy adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus seperti Virus herpes simplex, Virus varicella zoster, dan Cytomegalovirus.

Selain infeksi virus, ada beberapa penyakit lain yang diduga dapat memicu bell’s palsy, yaitu infeksi telinga tengah, sarkoidosis, tumor pada kelenjar ludah, hipertensi (tekanan darah tinggi), atau diabetes.

Penyebab Bell's Palsy

Penyakit Bell's Palsy
Bell's Palsy / Sumber: Wikimedia

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bell's Palsy adalah kondisi di mana di salah satu sisi wajah mengalami perubahan bentuk yang dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan untuk berkumur, makan, minum, dan berbicara.

Perubahan bentuk wajah tersebut akibat saraf yang mengendalikan otot di sekitar wajah mengalami peradangan. Peradangan tersebut menyebabkan sarat terhimpit sebagian atau seluruhnya sehingga otot yang tersambung dengan saraf juga berhenti bekerja. Kondisi inilah yang membuat otot wajah lumpuh.

Belum pasti apa yang menjadi penyebab peradangan pada saraf yang mengendalikan otot wajah. Akan tetapi terdapat dugaan bahwa Bell's Palsy adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus seperti Virus herpes simplex, Virus varicella zoster, dan Cytomegalovirus.

Selain infeksi virus, ada beberapa penyakit lain yang diduga dapat memicu bell’s palsy, yaitu infeksi telinga tengah, sarkoidosis, tumor pada kelenjar ludah, hipertensi (tekanan darah tinggi), atau diabetes.

Gejala Bell's Palsy

Bell's Palsy
Bell's Palsy

Bell's Palsy adalah kondisi yang sering dianggap sebagai stroke karena sama-sama menimbulkan gejala lumpuh. adahal, gejala bell’s palsy hanya terbatas di otot wajah dan sebagian besar penderitanya dapat pulih sepenuhnya dalam waktu 6 (enam) bulan.

Yang membedakan Bell's Palsy dengan stroke dapat dikenali dari gejala-gejala yang timbul. Adapun gejala Bell's Palsy adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan bentuk wajah.
  2. Salah satu sisi wajah tampak melorot.
  3. Sulit tersenyum
  4. Sulit menutup mata
  5. Rasa nyeri di sekitar rahang dan belakang telinga pada sisi yang mengalami kelumpuhan.
  6. Pusing
  7. Menurunnya kemampuan mengecap rasa.
  8. Mata berair
  9. Kelopak mata berkedut.
  10. Ngeces
  11. Telinga berdenging atau tinnitus.
  12. Lebih sensitif terhadap suara.

Faktor Risiko

Penyakit Bell's Palsy
Bell's Palsy / Sumber: Wikimedia

Bell's Palsy adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Bell's Palsy. Adapun faktor yang dapat meningkatkan terjadinya Bell's Palsy adalah sebagai berikut:

  1. Berusia 15-60 tahun.
  2. Menderita penyakit autoimun, seperti myasthenia gravis.
  3. Sedang hamil, terutama pada trimester ketiga.
  4. Menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), seperti flu.
  5. Memiliki anggota keluarga yang menderita Bell’s palsy.
  6. Menderita obesitas
  7. Menderita infeksi virus, seperti COVID-19.
  8. Mendapatkan vaksinasi untuk COVID-19.
  9. Menderita diabetes
  10. Menderita tekanan darah tinggi
  11. Menderita dislipidemia, yaitu kondisi ketika kadar lemak dalam darah meningkat.
  12. Terpapar udara dingin.
  13. Terpapar radiasi
  14. Mengalami pre-eklamsia yang parah.

Perawatan Bell’s Palsy

Pengobatan Bell's Palsy
Ilustrasi Pengobatan Bell's Palsy Credit: pexels.com/Ariana

Jika kondisi Bell’s Palsy maka perlu dilakukan penanganan dengan segera agar kondisi kelumpuhan ini tidak menjadi permanen dan bisa pulih dengan sempurna. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan pada kondisi wajah pasien dan akan meminta pasien melakukan beberapa gerakan, seperti menutup mata, mengangkat alis, atau mengernyitkan kening untuk mendeteksi kelumpuhan saraf wajah.

Guna memastikan penyebabnya, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan, seperti:

  1. Elektromiografi (EMG), untuk mendeteksi adanya kerusakan saraf.
  2. MRI dan CT scan, untuk memastikan tidak ada kelainan pada otak.
  3. Tes darah, untuk mengetahui adanya penyakit lain yang memicu terjadinya bell’s palsy, seperti diabetes atau penyakit Lyme.

Ketika sudah dipastikan bahwa kondisi tersebut merupakan kondisi Bell’s Palsy, makan dokter biasanya akan meresepkan obat yang dapat meredakan gejalanya. Selain itu, selama masa pemulihan pasien disarankan untuk melakukan terapi dengan cara sebagai berikut:

  1. Mengompres air hangat setiap pagi dan sore selama 15 menit pada wajah
  2. Tidak diperbolehkan tidur di lantai
  3. Saat tidur, gunakan penutup mata pada otot mata yang lemah
  4. Jangn menggunakan kipas angin yang langsung menerpa wajah
  5. Pakai kacamata untuk melindungi mata
  6. Gunakan helm tertutup dan pakailah masker
  7. Bell’s palsy tidak bisa dicegah. Namun, Anda dapat menurunkan risiko terjadinya kondisi ini dengan melakukan upaya-upaya berikut :
  8. Mengontrol penyakit yang dapat menyebabkan bell’s palsy, seperti diabetes dan hipertensi.
  9. Menghindari paparan udara dingin yang berlebihan.
  10. Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya