Liputan6.com, Jakarta Organisasi Islam di Indonesia sendiri lebih dari satu. Hal ini karena masyarakat yang memeluk agama Islam di Indonesia sekitar 231 juta penduduk. Dengan jumlah penganut yang besar tersebut, tidak pelak lagi secara sosial dan politik kekuatan massa ini menjadi potensi yang sangat diperhitungkan.
Umat Islam banyak yang memilih untuk bernaung dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan dengan jumlah besar di Indonesia. Keberadaan organisasi Islam di Indonesia sejatinya tidak bisa lepas dari perannya para ulama Islam.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas mengenai daftar organisasi Islam di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (31/7/2023).
Advertisement
1. Nahdlatul Ulama atau NU
Nahdlatul Ulama atau NU ini telah berdiri sejak tanggal 31 Januari 1926 yang bertempat di kota Surabaya. NU ini memiliki tujuan untuk membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan akidah Asy'ariyah dan fiqih Mazhab Syafi'i) dan kepentingan ekonomi anggotanya. Sehingga pandangan keagamaannya tidak jauh dari kata tradisionalis, karena mentoleransi budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
NU sendiri didirikan oleh Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di Jawa Timur. NU berdiri sebagai organisasi ulama Muslim Asy'ari, yang bertentangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), dan munculnya gerakan Salafi dari organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Indonesia yang sama sekali menolak adat istiadat setempat yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu dan Budha Jawa pra-Islam.Â
Dengan perkembangan jaman, organisasi Islam di Indonesia ini juga ikut berkembang. Meski begitu, wilayah dakwah dan pengikutnya masih Jawa Timur, hal ini membuat NU masih menggunakan bahasa Jawa dalam khotbahnya, di samping bahasa Arab pada tahun 1928.
Menurut data yang dihimpun dari Kemenag, tahun 2021 jumlah anggota berkisar sekitar lebih dari 95 juta pendudul. Hal ini menjadikannya sebagai organisasi Islam terbsar di dunia. NU juga merupakan badan amal yang mengelola pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit serta mengorganisir masyarakat untuk membantu peningkatan kualitas hidup umat Islam.
NU sendiri merupakan organisasi Islam di Indonesia yang mengindentifikasi Al-Qur'an, Sunnah, dan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris sebagai sumber pemikirannya. Dalam praktiknya, NU mengaitkan pendekatan ini dengan para pemikir sebelumnya, seperti Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi di bidang teologi.
Di bidang fiqih, NU mengikuti empat mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali (berbeda dengan PERTI yang hanya bermazhab Syafi'i) tetapi dalam praktiknya jama'ah NU mayoritas dan cenderung bermazhab Syafi'i.
Advertisement
2. Muhammadiyah
Organisasi Islam di Indonesia yang paling banyak pengikutnya adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan di Kota Yogyakarta sebagai gerakan sosial-keagamaan reformis, yang menganjurkan dibukanya keran ijtihad sebagai bentuk penyesuaian detail hukum Islam dengan perkembangan zaman.
Menurut data yang dihimpun dari Kemenag, tahun 2019 Muhammadiyah memiliki lebih dari 60 juta anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Meskipun para pemimpin dan anggota Muhammadiyah sering terlibat aktif dalam membentuk politik di Indonesia, Muhammadiyah bukanlah sebuah partai politik.
Penyebaran paham Muhammadiyah awalnya hanya dilakukan wilayah Kraton Yogyakarta yang dicetuskan oleh sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta.
Setelah itu pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan, pengaruh Muhammadiyah kemudian tersebar di wilayah Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Kemudian, pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.
Sama seperti NU, Muhammadiyah sendiri juga menekankan otoritas al-Qur'an dan Hadis sebagai hukum Islam tertinggi yang berfungsi sebagai dasar yang sah dari interpretasi keyakinan agama dan praktik.
Secara teologis, Muhammadiyah menganut doktrin Salafiyah; menyerukan secara langsung kembali ke al-Qur'an dan Sunnah dan pemahaman para imam-imam Salaf (generasi awal), termasuk eponim dari empat Mazhab Sunni. Ini menganjurkan pemurnian iman dari berbagai adat istiadat setempat yang mereka anggap sebagai bentuk takhayul, sesat, dan syirik. Muhammadiyah secara langsung menelusuri warisan keilmuannya pada ajaran Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935 M / 1354 H), Muhammad bin 'Abdul Wahhab (w. 1792 / 1206 H), dan para teolog abad pertengahan seperti Ahmad Ibnu Taimiyyah (w. 1328 M / 728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 1350 / 751 H).
3. Persatuan Islam atau PERSIS
Organisasi Islam di Indonesia yang paling banyak pengikutnya adalah PERSISI. Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Tujuan pendirian dari PERSIS adalah untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinal karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka kitab-kitab hadits yang shahih. PERSIS sendiri telah tersebar banyak di beberapa provinsi di Indonesia, mulai dari awa Barat, DKI Jakarta, Riau, dan Gorontalo.
Advertisement
4. Persatuan Umat Islam atau PUI
Organisasi Islam di Indonesia yang paling banyak pengikutnya adalah PUI. Organisasi ini berdiri pada tanggal 21 Desember 1917 di Jawa Barat. Organisasi ini merupakan gabungan dari dua organisasi massa Islam, yakni Perikatan Oemmat Islam (POI) dari Majalengka, dan Persatoean Oemmat Islam Indonesia (POII) dari Sukabumi.Â
PUI sendiri didirikan oleh tiga tokoh K.H. Abdul Halim, K.H. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin. Dalam pengamalan ibadah, PUI mengadopsi pemahaman madzhab Syafi'i rahimahullah, adapun Al-Irsyad al-Islamiyyah merujuk langsung kepada al-Qur'an dan Sunnah melalui pemahaman ulama mereka.