Liputan6.com, Jakarta Obsesi adalah salah satu perasaan yang dapat dimiliki oleh seseorang secara sadar maupun tidak. Ketika seseorang memiliki obsesi terhadap suatu hal, mereka cenderung mengalami dorongan yang tidak dapat dikendalikan untuk berfokus pada objek atau topik tertentu, meskipun hal itu mungkin tidak rasional atau tidak diinginkan.
Obsesi adalah perasaan yang dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti obsesi terhadap seseorang, gagasan, kegiatan, rasa takut, maupun objek. Misalnya, obsesi pada orang lain bisa berarti seseorang terus-menerus memikirkan atau merasa perlu untuk mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orang tersebut. Dalam posisi yang tidak sadar, obsesi sering disalah artikan sebagai cinta.Â
Obsesi juga bisa muncul dalam bentuk kekhawatiran berlebihan atau pikiran obsesif yang terus-menerus muncul tanpa henti, seperti kekhawatiran berlebihan tentang kebersihan atau ketertiban. Berikut ulasan tentang obsesi adalah kondisi atau perasaan yang sangat kuat dan berlebihan terhadap sesuatu, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (2/8/2023).
Advertisement
Mengenal Obsesi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), obsesi adalah ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran. Selain itu, obsesi juga dideskripsikan sebagai gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sulit dihilangkan. Dengan kata lain obsesi adalah kondisi yang kompleks dan berpotensi merusak, yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seseorang secara berlebihan terhadap suatu hal atau topik tertentu.Â
Obsesi dapat mempengaruhi seseorang dengan cara yang mendalam dan intensif. Pada tingkat yang lebih ringan, obsesi mungkin hanya menjadi ketertarikan yang kuat terhadap suatu hal atau gagasan tertentu. Namun, ketika obsesi menjadi lebih kuat dan berlebihan, hal tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mentalnya.
Orang yang mengalami obsesi akan merasa tidak bisa melepaskan pikiran atau perasaan terhadap objek atau topik tertentu. Pikiran obsesif ini mungkin muncul tanpa henti dan sulit dikendalikan, bahkan ketika individu tersebut menyadari bahwa pikiran tersebut tidak realistis atau tidak diinginkan. Obsesi ini dapat mencakup berbagai hal, seperti cinta atau ketertarikan yang berlebihan pada seseorang, perasaan takut yang berlebihan terhadap suatu hal, atau pikiran-pikiran tertentu yang berulang-ulang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang karena obsesi dapat menghabiskan banyak waktu dan energi. Hal ini bisa mengganggu fokus pada pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Obsesi yang kuat juga bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Obsesi juga dapat menjadi gejala dari gangguan mental tertentu, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan kecemasan, atau gangguan-kepribadian terkait. Karena itu, penting untuk memahami bahwa obsesi bukanlah hal yang bisa diatasi dengan mudah dan seringkali memerlukan bantuan profesional. Terapi atau konseling dengan terapis yang terlatih dapat membantu individu untuk mengatasi obsesi, mengelola perasaan, dan membangun strategi untuk menghadapinya.
Advertisement
Perbedaan Obsesi dan Cinta
Obsesi dan cinta memiliki kesamaan karena keduanya melibatkan perasaan yang kuat terhadap seseorang atau suatu objek. Namun, dibalik kesamaan tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Cinta adalah perasaan yang melibatkan emosi positif yang sehat. Saat jatuh cinta, seseorang merasakan kasih sayang, kebahagiaan, dan kedamaian di hatinya karena memiliki perasaan mendalam terhadap orang yang dicintainya.Â
Cinta juga mencakup keinginan untuk memberi dan menerima, saling mendukung, serta memahami dan menghormati pasangan. Dalam hubungan cinta yang sehat, seseorang akan tumbuh bersama pasangannya dan memberikan kebebasan pada pasangan untuk meraih impian mereka.
Sedangkan, obsesi adalah perasaan yang tidak sehat dan berlebihan terhadap seseorang atau objek tertentu. Orang yang terobsesi cenderung memiliki kecenderungan untuk memikirkan dan memfokuskan perhatian secara berlebihan pada objek cintanya.Â
Obsesi dapat menyebabkan rasa cemas dan stres jika tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan. Selain itu, obsesi bisa membuat seseorang ingin menguasai atau memiliki orang yang menjadi objek cintanya. Orang yang terobsesi mungkin akan melakukan berbagai tindakan berulang kali, bahkan tidak segan melanggar privasi atau batas pribadi objek cintanya.
Dalam hubungan yang melibatkan perasaan obsesi, perasaan yang muncul seringkali berpusat pada bayangan yang diciptakan dalam benak si pelaku. Sehingga ketika kenyataannya tidak sesuai dengan bayangan, orang yang terobsesi bisa merasa kecewa dan sulit menerima kenyataan.
Perbedaan lainnya adalah bagaimana cinta dan obsesi mempengaruhi pasangan. Dalam cinta yang sehat, seseorang menghormati dan menghargai privasi serta keputusan pasangannya. Mereka saling mendukung dan bersedia menerima pasangan apa adanya. Namun, dalam obsesi, seseorang cenderung tidak menerima penolakan dan bisa berperilaku berlebihan untuk memuaskan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan atau keinginan objek cintanya.
Ciri-ciri Obsesi
Seperti sudah disinggung sebelumnya, perasaan obsesi bisa saja terjadi pada seseorang tanpa disadari. Berikut ciri-ciri obsesi yang dapat membantu identivikasi perasaan obsesi.
1. Sikap Posesif Ekstrem
Orang yang terobsesi cenderung menunjukkan sikap posesif yang berlebihan terhadap pasangan atau objek obsesinya. Mereka takut kehilangan orang yang mereka obsesikan dan akan berpikiran negatif serta berusaha mempertahankan hubungan dengan cara yang salah. Perilaku posesif semakin meningkat saat terjadi perselisihan atau masalah dalam hubungan.
2. Sangat Mengontrol
Seseorang yang terobsesi akan cenderung sangat mengendalikan pasangannya. Mereka merasa benar dan menganggap diri mereka sebagai satu-satunya yang berhak mengambil keputusan dalam berbagai hal. Pasangan juga akan merasa tertekan karena harus memenuhi semua permintaan dan tuntutan dari orang yang terobsesi.
3. Memantau Perilaku Pasangan Setiap Waktu
Obsesi membuat seseorang ingin selalu memantau dan mengawasi perilaku pasangan. Mereka bahkan bisa meminta password media sosial pasangan untuk memantau kegiatan dan aktivitasnya 24 jam penuh.
4. Perubahan Perilaku
Obsesi dapat merubah perilaku seseorang secara drastis. Mereka akan menghabiskan waktu untuk hal yang menjadi obsesinya, dan saat terobsesi dengan pasangan, perilaku mereka bisa berubah dengan cepat dan tak terduga. Mereka bisa menjadi sangat baik dan perhatian, namun dalam sekejap berubah menjadi cemburu yang berlebihan jika pasangannya dianggap mengganggu.
5. Gangguan Emosional
orang yang mengalami obsesi juga cenderung merasa cemas yang kuat, selalu memiliki pikiran yang tak henti-hentinya muncul di otak, dan kesulitan dalam mengendalikan pikiran atau perasaannya. Gangguan emosional, seperti stres, cemas, dan depresi, juga sering terjadi pada orang yang memiliki obsesi, dan mereka sering kesulitan menikmati hal-hal yang biasanya mereka nikmati dalam kehidupan sehari-hari.
Â
Advertisement