Contoh Puisi Pendek dari Berbagai Penulis, Pahami Juga Unsur-unsurnya

Contoh puisi pendek umumnya digunakan untuk mempelajari salah satu ragam sastra.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 19 Sep 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2023, 12:30 WIB
Ilustrasi menulis, puisi
Ilustrasi menulis, puisi, sejarah. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi dijelaskan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga dideskripsikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Contoh puisi pendek umumnya digunakan untuk mempelajari salah satu ragam sastra. Sama seperti bentuk sastra lainnya, puisi juga dibangaun yang terbangun oleh unsur-unsur seperti, Diksi atau pilihan kata yang menciptakan makna dan keindahan dalam puisi. Majas merupakan unsur puisi berupa gaya bahasa atau kiasan yang juga digunakan untuk memberikan makna tambahan dalam puisi.

Citraan juga bagian dari unsur puisi yang menggunakan bahasa untuk menciptakan gambaran imajinatif yang terkait dengan indra manusia. Terakhir ada rima atau pengulangan bunyi akhir suku kata atau kata pada larik atau baris puisi untuk menciptakan pola atau ritme. Semua unsur-unsur ini dapat dengan mudah ditemukan pada contoh puisi pendek.

Contoh puisi pendek sudah banyak ditulis oleh para sastrawan ternama Indonesia. Berikut contoh puisi pendek dari berbagai penulis dengan bermacam-macam tema, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (19/9/2023).

Sitor Situmorang

Sitor
Sitor Situmorang di saat muda (Foto: Istimewa)

MALAM LEBARAN

Bulan

di atas kuburan

1955

 

PENDARATAN MALAM

Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar

(Bila fajar bawa berita kayu apung istirahat mereka)

Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar

 

SAJAK

Kenapa takkan percaya pada Tuhan?

Sama sedihnya dengan sajak

 

Bersama kita ia tak berpegangan

Kecuali dalam duka tam au beranjak

 

Bila kita mati

Iapun didera sepi

Penyair dalam diri meruntas rantai

Tahu sekali lepas ‘kan turut hancur

Pisau tikam ke hulu mati

Bukan untuk membela diri ̶  telah lulur

 

Goenawan Mohamad

20150813-46 Tokoh Nasional Dapat Tanda Kehormatan dari Jokowi-Jakarta
Presiden Jokowi (kanan) memberikan tanda kehormatan Bintang Budaya Paramadharma kepada sastrawan dan budayawan, Goenawan Mohamad di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

SURAT CINTA

Bukankah surat cinta ini ditulis

Ditulis ke arah siapa saja

Seperti hujan yang jatuh ritmis

Menyentuh arah siapa saja

Bukankah surat cinta ini berkisah

Berkisah melintas lembar bumi yang fana

Seperti misalnya gurun yang lelah

Dilepas embun dan cahaya

 

CERITA UNTUK MITA

Di tromol itu kulihat permen dan bintang-bintang

dan gambar seorang perempuan pirang.

Ia memperkenalkan: “Aku dari sebuah masa kecil.

Kau kukenal dalam kenangan.”

 

Sebenarnya aku tak banyak punya kenangan

tapi malu untuk ditertawakan

“O, ya, siapa ya nyonya, kapan datang dari Belanda?

Ia tertawa: “Salah, aku merk manisan Amerika.”

1976

 

Z

Di bawah bulan Marly

dan pohon musim panas

Ada seribu kereta-api

menjemputmu pada batas

 

Mengapa mustahil mimpi

mengapa waktu memintas

Seketika berakhir berahi

begitu bergegas

 

Lalu jatuh daun murbei

dan air mata panas

Lalu jatuh daun murbei

dan engkau terlepas

1971

Joko Pinurbo

Ulang Tahun Hari Ini: Indah Nevertari dan 2 Artis Lainnya
Joko Pinurbo. (Sumber foto: Whiteboardjournal.com)

SEMOGA RINDU 

Semoga rindu tak kunjung sembuh

Supaya kata tetap berdenyut

Malam tetap gelisah dan basah

(Jokpin, 2019).

 

PADA MATANYA 

Pada matanya

Aku melihat kerlap-kerlip

Cahaya lampu kota kecil

Seperti bisikan hati

Yang lembut memanggil

(Jokpin, 2012)

 

MISAL

Misal Aku datang ke rumahmu

Dan kamu sedang khusyuk berdoa

Akankah kau keluar dari doamu

Dan membukakan pintu untuk

Ku?

(Jokpin, 2016).

 

Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono
Penyari Sapardi Djoko Damono. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

SAJAK KECIL TENTANG CINTA

Mencintai angin harus menjadi siut

Mencintai air harus menjadi ricik

Mencintai gunung harus menjadi terjal

 

Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak

Mencintai-Mu harus menjelma aku

 

AKULAH SI TELAGA

akulah si telaga:

berlayarlah di atasnya;

berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil

 

yang menggerakkan bunga-bunga padma;

berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

perahumu biar aku yang menjaganya.(1982)

 

Chairil Anwar

Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah penyair asal Indonesia

PENGHIDUPAN

Lautan maha dalam

Mukul dentur selama

Nguji tenaga pematang kita

Mukul dentur selama

Hingga hancur remuk redam Kurnia Bahagia

Kecil setumpuk

Sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk.

 

NISAN

Untuk nenekanda,

Bukan kematian benar menusuk kalbu

Keridlaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas debu

Dan duka maha tuan bertakhta.

 

Menjadi Manusia dengan Sastra
Menjadi Manusia dengan Sastra Bersama Seno Gumira Ajidarma dan Budi Darma

Seno Gumira Ajidarma

HARI INI SEPERTI JUGA KEMARIN

hari ini seperti juga kemarin

tak lagi terbandingkan, antara nasib antara sepi

kemudian rawan, jatuh di bumi

lantas seperti kemarin-kemarin : matahari pagi

 

SAJAK MALAM

setelah usai,

dentang jam dinding duabelas kali

 

CATATAN

si bocah berjongkok dan menangis

memandang buih lautan : akukah kau cari?

suara-suara samodra menggoda manja

si bocah menangis semakin keras

dan senja mengendap, matahari berbisik

: akulah ibumu

 

DUA GADIS CILIK

dua gadis cilik

mati terlindas di dekat pasar

sedikit darah terciprat

pada celana kuli yang tak punya anak

Taufik Ismail

[Bintang] Taufik Ismail
Taufik Ismail (via kahfiekamaru.blogspot.com)

PERSETUJUAN

Momentum telah dicapai. Kita

Dalam estafet amat panjang

Menyebar benih ini di bumi

Telah sama berteguh hati

Adikku Kappi, engkau sangat muda

Mari kita berpacu dengan sejarah

Dan kini engkau di muka

 

DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN 

Inilah peperangan

Tanpa jenderal, tanpa senapan

Pada hari-hari yang mendung

Bahkan tanpa harapan

Di sinilah keberanian diuji

Kebenaran dicoba dihancurkan

Pada hari-hari berkabung

Di depan menghadang ribuan lawan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya