Biografi Taufik Ismail, Karya dan Penghargaan yang Pernah Didapat

Taufik Ismail merupakan seorang sastrawan senior Indonesia yang dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 28 Jun 2023, 13:10 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 13:10 WIB
Biografi Taufik Ismail, Karya dan Penghargaan yang Pernah Didapat
Taufik Ismail (via kahfiekamaru.blogspot.com)

Liputan6.com, Jakarta Taufik Ismail merupakan seorang sastrawan senior Indonesia yang dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan. Sang penyair ini lahir pada 25 Juni 1935 di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan.

Dikutip dari Ensiklopedia Kemdikbud, ayah Taufik Ismail adalah seorang ulama Muhammadiyah terkemuka, K.H. Abdul Gaffar Ismail, dan ibunya, Tinur Muhammad Nur. Dengan latar belakang keluarga seperti itulah Taufiq dikenal sebagai penyair yang bernafaskan keagamaan. Selain itu, Taufiq juga seorang kolumnis, dan berulang kali menulis lirik lagu untuk kelompok Bimbo.

Bukan hanya dikenal masyarakat Indonesia sebagai sastrawan, Taufik Ismail juga dikenal sebagai penulis lirik lagu. Ia juga menuliskan lirik lagu untuk Chrisye yang berjudul Ketika Tangan dan Kaki Bicara.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai biografi Taufik Ismail beserta karya dan penghargaannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/6/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Biografi Taufik Ismail

Biografi Taufik Ismail, Karya dan Penghargaan yang Pernah Didapat
Budayawan Taufik Ismail membaca puisi jelang pembacaan Deklarasi Bangkit untuk Keadilan di Kampus UI, Depok, Jumat (27/1). Aktivis Alumni UI menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi Indonesia saat ini. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Mengutip dari Ensiklopedia Kemdikbud, Taufik Ismail merupakan seorang sastrawan senior Indonesia yang lahir pada 25 Juni 1935 di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan. Ia hidup dilingkungan keluarga guru dan wartawan,  karena pengaruh lingkungannya tersebut, profesi sebagai guru dan wartawan pun juga pernah dilakoninya. 

Semasa kecil, Taufik Ismail menghabiskan masa SD di Yogyakarta, kemudian masa SMP kembali ke Bukittingi. Setelah itu, ia melanjutkan SMA di Bogor, dan dengan pilihan sendiri Taufik memilih jurusan kedokteran hewan di bangku kuliah karena ia ingin memiliki bisnis peternakan untuk menafkahi cita-cita kesusastraannya.

Meskipun berhasil menamatkan kuliahnya, akan tetapi Taufik gagal untuk memiliki sebuah usaha ternak yang pernah ia rencanakan. Pendidikan singkat lain yang Taufik Ismail tempuh adalah American Field Service International School, International Writing Program di University of Iowa, dan di Faculty of Languange and Literature, Mesir.

Sejak kecil ia suka membaca dan memiliki ciri-cita sebagai sastrawan ketika masih SMA. Sajak pertamanya bahkan berhasil dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Sampai saat ini, Taufik telah menghasilkan puluhan sajak dan puisi, serta beberapa karya terjemahan. Karya-karya Taufik pun telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, misalnya Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis.

Sebagai penyair, Taufik telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Jerih payahnya dalam dunia sastra telah menjadikannya penerima berbagai penghargaan, baik dari luar maupun dari dalam negeri.

Tak hanya merambah dunia sastra, Taufik Ismail juga mengepakkan sayapnya dalam dunia musik. Taufik juga mahir menciptakan lagu. Ia bersama Bimbo, Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap menjalin kerjasama di bidang musik tahun 1974. Sudah ada beberapa lagu yang liriknya ditulis oleh Taufik Ismail.


Karya Taufik Ismail

Biografi Taufik Ismail, Karya dan Penghargaan yang Pernah Didapat
Budayawan, Taufik Ismail menunjukkan buku yang ditulisnya pada silaturahmi persatuan purnawirawan TNI-AD serta Ormas di Jakarta, Jumat (13/5/2016). Acara dihadiri sejumlah tokoh danmembahas bahaya laten PKI. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Berikut ini karya yang pernah ditulis oleh Taufik Ismail, baik berupa karya tulis maupun puisi.

1. Karya tulis

  • Tirani, penerbit Birpen KAMI Pusat (1966)
  • Benteng, Penerbit Litera ( 1966)
  • Buku Tamu Musium Perjuangan, penerbit Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
  • Sajak Ladang Jagung, Penerbit Pustaka Jaya (1974)
  • Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Penerbit Aries Lima (1976)
  • Puisi-puisi Langit, Penerbit Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
  • Tirani dan Benteng, Penerbit Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
  • Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Penerbit Mizan (1995)
  • Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-50), Penerbit Yayasan Ananda (1995)
  • Seulawah: Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), penerbit Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
  • Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Penerbit Yayasan Ananda (1998)
  • Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), penerbit Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
  • Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, penerbit Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)

2. Puisi

  • “Benteng” (1966),
  • “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” (1966),
  • “Mencari Sebuah Mesjid” (Jeddah, 1988),
  • “Kembalikan Indonesia Padaku” (Paris, 1971),
  • “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” (1998).
  • “Dengan Puisi, Aku…” (1966)
  • “Doa” (1966)“Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” (1966)
  • “06:30” (1965)
  • “Pengkhianatan Itu Terjadi Pada Tanggal” (1966)
  • “Malam Sabtu” (1966)
  • “Rendez - C Vous” (1966)
  • “Bendera Laskar” (1966)
  • “La Strada, Atau Jalan Terpanggang Ini” (1966)
  • “Silhuet” (1965)
  • “Bukit Biru, Bukit Kelu” (1965)
  • “Persetujuan” (1966)
  • “Bagaimana Kalau” (1966)
  • “Dari Catatan Seorang Demonstran”
  • “Yayasan Ananda, Jakarta,” (1993)
  • “Refleksi Seorang Pejuang Tua” (1966)
  • “Oda Bagi Seorang Sopir Truk” (1966)
  • “Takut 66, Takut 98” (1998)
  • “Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis” (1998)
  • “Ketika Burung Merpati Sore Melayang”
  • “Yang Selalu Terapung Di Atas Gelombang” (1998)
  • “Syair Empat Kartu Di Tangan” (1988)
  • “Bayi Lahir Bulan Mei” (1998)
  • “Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040, Menjawab Pertanyaan Cucumu” (1998)
  • “Presiden Boleh Pergi, Presiden Boleh Datang”
  • “Sembilan Burung Camar Tuan Yusuf”
  • “Cape Town, 26 April 1993.”
  • “Adakah Suara Cemara” (1973)
  • “Kopi Menyiram Hutan” (1988)

Penghargaan yang Didapat Taufik Ismail

Sebagai penyair senior Indonesia, Taufik Ismail sering mendapatkan penghargaan baik dari dalam negeri hingga luar negeri. Ia pernah mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994).

Selain itu, sudah dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993). Kemudian pada tahun 2003, Taufik Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya