Liputan6.com, Jakarta Tarekat Naqsabandiyah adalah salah satu dari banyak tarekat dalam tradisi tasawuf Islam. Tarekat ini dinamakan demikian karena berasal dari nama pendirinya, yaitu Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi.
Baca Juga
Advertisement
Seperti tarekat-tarekat tasawuf lainnya, Tarekat Naqsabandiyah juga menekankan praktik zikir sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka meyakini bahwa dengan melakukan dzikir secara teratur, seseorang dapat mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Dalam Tarekat Naqsabandiyah, seorang murid memiliki seorang pemimpin spiritual yang disebut murshid. Murshid berperan sebagai guru spiritual yang membimbing muridnya dalam perjalanan spiritualnya dan membantu mereka memahami ajaran-ajaran tasawuf.
Tarekat Naqsabandiyah mengajarkan pentingnya ketaatan kepada hukum Islam dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka meyakini bahwa ketaatan kepada ajaran Islam adalah pondasi dari perjalanan spiritual yang benar.
Tarekat ini dikenal karena pendekatannya yang praktis terhadap tasawuf. Mereka menekankan pentingnya menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik, bekerja keras, dan menjalankan kewajiban agama dengan benar sebagai bagian dari perjalanan spiritual.
Untuk memahami lebih dalam mengenai Tarekat Naqsabandiyah, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (9/10/2023).
Sejarah Singkat Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah adalah salah satu tarekat utama dalam tradisi tasawuf Islam, yang memiliki akar yang dalam dan sejarah yang panjang. Sejarah tarekat ini dimulai pada abad ke-12, dengan pengaruh dari tokoh-tokoh seperti Yusuf Hamdani dan Abdul Khaliq Ghajdawani. Mereka adalah pemimpin spiritual awal yang menekankan praktik-praktik tasawuf, khususnya dalam hal meditasi dan doa yang hening.
Pada abad ke-14, tarekat ini diberi nama Naqsabandiyah setelah Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi, yang dianggap sebagai pendiri atau pemimpin awalnya. Nama "Naqsabandiyah" memiliki beberapa makna yang mencerminkan aspek kreatif dan transformasi dalam praktik tasawuf.
Selama perkembangannya, Tarekat Naqsabandiyah bercabang menjadi beberapa sub-tarekat yang masing-masing mengikuti pemimpin spiritual yang berbeda. Ini mencerminkan dinamika dan keragaman dalam pendekatan spiritual yang diikuti oleh para pengikut tarekat ini.
Tarekat Naqsabandiyah dikenal sebagai salah satu tarekat Sufi yang agung dalam Islam Sunni. Mereka menekankan pentingnya praktik zikir, meditasi, dan pematuhan terhadap ajaran Islam sebagai cara untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan mendekatkan diri kepada Allah. Sejarahnya mencerminkan peran penting tarekat dalam mendidik dan membimbing individu dalam perjalanan mereka menuju kedekatan spiritual dan pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam.
Advertisement
Inti Ajaran dari Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah, sebagai salah satu tarekat tasawuf dalam Islam, memiliki sejumlah ajaran pokok yang menjadi prinsip-prinsip utama yang diikuti oleh para pengikutnya. Berikut adalah penjelasan tentang ajaran-ajaran pokok dalam Tarekat Naqsabandiyah:
- Tobat: Tobat atau pertobatan adalah salah satu ajaran utama dalam tarekat ini. Ini mencakup pengakuan dosa, penyesalan yang tulus, dan niat untuk memperbaiki diri dan kembali kepada Allah SWT.
- Uzlah (Pengasingan Diri): Pengasingan diri dari keramaian manusia adalah praktik yang dianjurkan dalam tarekat ini. Ini membantu individu untuk fokus pada ibadah dan perjalanan spiritual mereka dengan lebih mendalam.
- Zuhud (Ketidakmaterialisan): Konsep zuhud mengajarkan untuk tidak terlalu terikat pada kekayaan dunia dan materi. Para pengikut tarekat ini diajarkan untuk hidup sederhana dan tidak terlalu mengikuti nafsu duniawi.
- Takwa: Takwa adalah ketakutan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ini mencakup pematuhan terhadap ajaran-ajaran Islam dan menjalani kehidupan yang penuh kesadaran tentang Allah.
- Qana'ah (Menerima Kehendak Allah): Qana'ah berarti menerima keputusan Allah dengan hati yang lapang. Ini mencakup sikap rela terhadap apa yang Allah tetapkan dalam hidup seseorang.
- Taslim (Berserah Diri): Taslim adalah prinsip untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Ini mencakup pengakuan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah, dan individu harus menerima dengan tulus.
Selain enam pokok ajaran ini, tarekat ini juga mengenal "Rukun Enam," yang mencakup aspek-aspek seperti ilmu, penyantun, kesabaran, rela terhadap takdir Allah, ikhlas, dan berakhlak baik.
Selanjutnya, terdapat juga enam ketentuan yang menjadi pegangan, termasuk makrifat kepada Allah, yakin, sikap murah hati, kejujuran, rasa syukur kepada Allah, dan tafakur atau introspeksi diri.
Enam kewajiban yang harus dikerjakan dalam tarekat ini mencakup praktik-praktik seperti zikir kepada Allah, meninggalkan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama, menjauhi perhiasan dunia, mempraktikkan ajaran Islam dengan penuh dedikasi, berbuat baik kepada makhluk Allah, dan berusaha melakukan perbuatan baik serta meninggalkan yang jahat.
Penting untuk dicatat bahwa salah satu aspek yang sangat penting dalam Tarekat Naqsabandiyah adalah praktik zikir, yang dapat dilakukan secara individu atau dalam jamaah. Zikir dilakukan dengan menyebut nama Allah atau kalimat tauhid, dan tujuannya adalah mencapai kesadaran langsung tentang Allah SWT serta kedekatan spiritual yang lebih dalam.
Tokoh-Tokoh Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah, sebagai salah satu tarekat utama dalam tasawuf Islam, memiliki sejumlah tokoh dan guru yang memainkan peran penting dalam perkembangannya. Berikut adalah beberapa tokoh terkemuka dalam sejarah Tarekat Naqsabandiyah:
1. Yusuf Hamdani
Yusuf Hamdani adalah salah satu tokoh awal yang memengaruhi pengembangan Tarekat Naqsabandiyah. Dia adalah guru dari Abdul Khaliq Ghajadwani dan dikenal karena menekankan praktik-praktik tasawuf, terutama dalam hal meditasi dan doa yang hening.
2. Abdul Khaliq Ghajadwani
Abdul Khaliq Ghajadwani adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Tarekat Naqsabandiyah. Dia dikenal sebagai penyelenggara praktik tasawuf yang mendalam dan dikenal karena memberikan penekanan pada doa yang benar-benar hening.
3. Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi
Nama "Naqsabandiyah" diambil dari nama Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi, yang dianggap sebagai pendiri atau pemimpin awal tarekat ini pada abad ke-14. Namanya memiliki beberapa makna yang mencerminkan aspek kreatif dalam praktik tasawuf.
4. Imam Rabbani (Shaykh Ahmad Sirhindi)
Imam Rabbani, juga dikenal sebagai Shaykh Ahmad Sirhindi, adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam Tarekat Naqsabandiyah. Dia memainkan peran penting dalam mengembangkan tarekat ini dan dikenal karena pemikiran spiritual dan tulisannya yang mendalam.
5. Syamsuddin Mazhar
Syamsuddin Mazhar adalah seorang guru terkemuka dalam tarekat ini dan menjadi penerus Imam Rabbani. Dia memimpin Tarekat Naqsabandiyah dengan gaya yang disebut "Mujaddadiyya."
6. Khalid al-Baghdadi
Khalid al-Baghdadi adalah seorang pemimpin tarekat yang penting dalam perkembangan Tarekat Naqsabandiyah. Dia menjadi pemimpin setelah Syamsuddin Mazhar dan membawa tarekat ini ke wilayah Mesir.
7. Mawlana Khalid
Mawlana Khalid adalah seorang tokoh terkemuka dalam tarekat ini dan memiliki cabang sub-tarekat yang dinamakan "Naqsabandiyah-Kholidiyah."
Setiap tokoh ini memiliki kontribusi penting dalam perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsabandiyah. Mereka adalah guru-guru spiritual yang memandu pengikut mereka dalam perjalanan spiritual menuju Allah SWT dan pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam.
Advertisement