Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Banyak Faktor, Simak Penjelasan Selengkapnya

Runtuhnya Majapahit disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perang saudara akibat perebutan kekuasaan, yang mengindikasikan lemahnya pemerintahan.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 20 Okt 2023, 10:40 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 10:40 WIB
Candi Rimbi, Situs Majapahit yang Terlupakan
Menurut sejarah candi Rimbi ini merupakan pintu gerbang masuk ke pusat kerajaan Majapahit.

Liputan6.com, Jakarta Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, yang kekuasaannya meliputi wilayah luas dari Jawa hingga sekitarnya. Namun, setelah lebih dari 200 tahun berdiri, kerajaan Majapahit mengalami runtuh.

Runtuhnya Majapahit disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perang saudara akibat perebutan kekuasaan, yang mengindikasikan lemahnya pemerintahan. Runtuhnya Majapahit juga membuka jalan bagi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.

Selain itu, runtuhnya Kerajaan Majapahit disebabkan oleh faktor lain, seperti kepemimpinan yang tidak cukup baik, yang menandakan lemahnya pemerintahan yang terus berkonflik. Penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit inilah yang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara makin berkembang.

Intinya, runtuhnya Kerajaan Majapahit disebabkan oleh banyak faktor. Berikut 7 penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat(20/10/2023).


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Kematian Gadjah Mada

Kematian Gajah Mada pada tahun 1364 memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan Majapahit. Gajah Mada adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh di Majapahit, dan ia dikenal sebagai panglima perang dan mahapatih yang mampu membawa kerajaan tersebut ke puncak kejayaannya. Salah satu tindakan terkenalnya adalah Sumpah Palapa, yang berjanji untuk tidak merasakan bumbu yang lezat sebelum berhasil menyatukan seluruh kerajaan di Nusantara di bawah pemerintahan Majapahit, termasuk wilayah seperti Pahang, Palembang, dan Temasik.

Namun, setelah kematian Gajah Mada pada tahun 1364, kerajaan Majapahit mengalami perubahan yang signifikan. Kehilangan seorang pemimpin yang kuat seperti Gajah Mada mengakibatkan keruntuhan politik di pusat pemerintahan Majapahit. Penerusnya tidak mampu mengisi peran Gajah Mada dengan baik, dan kehilangan ini mengakibatkan kelemahan dalam kepemimpinan. Perubahan politik dan ketidakstabilan mulai merajalela di kerajaan, dan pusat kekuasaan yang tadinya kuat dan terpusat mulai melemah.

Dengan melemahnya pemerintahan pusat dan ketidakstabilan politik, kerajaan Majapahit akhirnya mengalami kemerosotan yang mendalam. Faktor-faktor lain, seperti perang saudara dan perebutan kekuasaan, juga berkontribusi pada runtuhnya Majapahit. Keseluruhan, kematian Gajah Mada dan perubahan politik yang terjadi setelahnya menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Majapahit, yang pada masa kejayaannya pernah menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Kematian Hayam Wuruk

Situs Pra Majapahit di Tol Malang Pandaan Menghadap Gunung Semeru
Penggalian situs peninggalan pra Majapahit yang ditemukan di lokasi proyek Tol Malang - Pandaan (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Kematian Hayam Wuruk memainkan peran penting dalam runtuhnya kerajaan Majapahit. Pada masa pemerintahannya yang dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kejayaan dengan berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Era ini dikenal sebagai masa keemasan Majapahit, dan pemerintahan Hayam Wuruk menjadi salah satu yang paling terkenal dalam sejarah kerajaan ini.

Namun, 25 tahun setelah kematian Gajah Mada, Hayam Wuruk meninggal, dan ini menjadi titik awal terjadinya perubahan besar yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Majapahit. Kematian Hayam Wuruk menciptakan ketidakpastian dalam suksesi kekuasaan. Tahta kemudian diwariskan pada menantunya, Wikramawardhana.

Perebutan tahta dan kepincangan politik segera muncul selama pemerintahan Wikramawardhana. Beberapa bangsawan dan penguasa lokal mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini untuk meningkatkan kekuasaan mereka sendiri, yang menyebabkan perpecahan di dalam kerajaan Majapahit. Konflik-konflik ini melemahkan pemerintahan pusat dan mengakibatkan hilangnya otoritas Majapahit atas wilayah-wilayah di Nusantara yang sebelumnya telah dikuasai. Ini menciptakan kekacauan politik dan ketidakstabilan yang berdampak pada keruntuhan kerajaan Majapahit.

Dengan hilangnya otoritas pusat, berbagai wilayah di Nusantara mulai memisahkan diri dan mendirikan kerajaan-kerajaan yang lebih kecil. Dalam konteks ini, kematian Hayam Wuruk tidak hanya mengakhiri masa pemerintahannya yang makmur, tetapi juga mengawali periode penurunan dan perpecahan yang berujung pada runtuhnya kerajaan Majapahit.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Perang Saudara

Candi Sumberawan, Bukti Kebhinekaan Zaman Majapahit
Candi Sumberawan merupakan satu–satunya stupa yang berhasil ditemukan di Jawa Timur. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Perang saudara yang dikenal sebagai perang Paregreg memainkan peran penting dalam runtuhnya kerajaan Majapahit. Penyebab runtuhnya kerajaan ini terkait dengan konflik suksesi setelah kematian Hayam Wuruk, penguasa yang sangat dihormati selama masa kejayaan Majapahit. Perang saudara ini memuncak akibat persaingan antara dua pewaris yang sah menurut berbagai perspektif.

Saat Hayam Wuruk masih hidup, ia telah menunjuk Wikramawardhana sebagai pewaris tahta, sesuai dengan wasiatnya. Meski demikian, Hayam Wuruk juga telah meninggalkan wasiat lain untuk Bhre Wirabhumi, putranya dari seorang selir, yang menyatakan bahwa Wirabhumi harus ditempatkan di sebelah timur Jawa.

Setelah kematian Hayam Wuruk, konflik meletus antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Wikramawardhana berpegang pada wasiat yang menyebutkan dia sebagai pewaris sah, sementara Wirabhumi merasa bahwa dia, sebagai putra kandung Hayam Wuruk, memiliki hak yang kuat atas tahta tersebut. Ini memicu perang saudara, yang merupakan salah satu konflik internal yang memicu keruntuhan Majapahit.

Perang ini berakhir dengan kematian Bhre Wirabhumi, tetapi konflik internal di kerajaan terus berlanjut. Kekacauan politik ini membuat kerajaan terpecah-belah, dan berbagai penguasa lokal dan bangsawan mulai mengambil alih kekuasaan di wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali Majapahit. Akibatnya, kerajaan melemah secara keseluruhan, dan otoritas pusat semakin terkikis.

Konflik suksesi dan perang saudara menjadi salah satu faktor utama yang mengguncang kerajaan Majapahit. Kekacauan politik ini merusak stabilitas dan mengawali periode penurunan yang akhirnya menyebabkan runtuhnya kerajaan Majapahit sebagai kekuatan politik yang dominan di wilayah Nusantara.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Berdirinya Kerajaan Demak

Mengintip 'Benda Peninggalan' di Masjid Walisongo
Memasuki bagian dalam, terdapat makam raja-raja kesultanan Demak, Raden Patah dan Pati Unus (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Berdirinya Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah memiliki peran penting dalam runtuhnya Kerajaan Majapahit. Raden Patah sendiri merupakan putra dari Raja Majapahit, Kertabumi, dengan seorang perempuan berdarah Tionghoa bernama Siu Ban Ci. Raden Patah memiliki hubungan darah dengan keluarga kerajaan Majapahit, dan itu memberinya klaim atas tahta Majapahit.

Seiring dengan berdirinya Kerajaan Demak dan menjadi semakin kuat, mereka berhasil mengambil alih kendali dua pelabuhan utama di Jawa, yaitu pelabuhan Japara dan Gerisik. Hal ini memberikan Kerajaan Demak kendali atas lalu lintas perdagangan yang sangat penting di wilayah tersebut. Dua pelabuhan ini adalah pusat perdagangan yang strategis, dan mengendalikannya berarti mengendalikan aliran ekonomi di wilayah tersebut.

Selain kendali atas pelabuhan, Kerajaan Demak juga dapat menguasai kawasan dataran penanaman padi yang luas di sekitar pelabuhan-pelabuhan tersebut. Dengan demikian, Demak memiliki akses terhadap sumber daya pangan yang krusial, seperti beras, untuk mendukung pertumbuhan dan stabilitas kerajaannya.

Salah satu aspek penting yang menyertai berdirinya Kerajaan Demak adalah penyebaran agama Islam di Jawa. Raden Patah memeluk agama Islam, dan Demak menjadi salah satu kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Perubahan agama ini tidak hanya memiliki implikasi keagamaan, tetapi juga berpengaruh pada hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di kawasan tersebut. Ini mungkin mengakibatkan pergeseran aliansi dan hubungan politik yang memengaruhi Majapahit.

Kemunculan Kerajaan Demak sebagai salah satu kekuatan, terutama setelah mengambil alih pelabuhan-pelabuhan strategis, serta dukungan yang semakin kuat untuk agama Islam, menyebabkan Majapahit semakin terhimpit. Majapahit menemukan dirinya kesulitan mempertahankan wilayah dan pengaruhnya, sementara Demak dan kekuasaan Islam di Jawa semakin berkembang.

Akibat semua faktor di atas, Kerajaan Demak menggantikan Majapahit sebagai penguasa dominan di pulau Jawa. Runtuhnya Majapahit adalah hasil dari perubahan politik, ekonomi, dan agama yang menguntungkan Demak dan meredupkan kekuasaan Majapahit.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Munculnya Kesultanan Melaka

Raja Terakhir Kesultanan Melaka Diabadikan Sebagai Nama Masjid Agung Batam II
Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah akan menjadi salah satu ikon Kota Batam dan bakal menjadi daya tarik bagi wisata religi.

Selain Kerajaan Demak, Kesultanan Melakan juga menjadi salah satu faktor yang mendorong keruntuhan Kerajaan Majapahit. Ini karena Paramiswara, raja Melaka pertama, adalah seorang pangeran yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit. Dia merupakan anak dari Sang Aji, dan telah memutuskan hubungan dengan Majapahit untuk memerintah sendiri. Kepergiannya dan pendirian Kesultanan Melaka menciptakan rivalitas antara Melaka dan Majapahit.

Kesultanan Melaka berkembang menjadi pusat perdagangan yang sangat penting di selat Melaka. Keberhasilan Melaka dalam perdagangan dan navigasi maritim membuatnya menjadi tujuan utama bagi pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk India, Cina, dan Timur Tengah. Selat Melaka menjadi lalu lintas perdagangan yang ramai, menggantikan peran perdagangan di bawah pengaruh Majapahit.

Dengan Melaka yang menjadi pusat perdagangan utama di wilayah tersebut, perdagangan di bawah pengaruh Majapahit mengalami kemunduran. Pelabuhan yang sebelumnya dikelola oleh Majapahit tidak lagi diminati oleh para pedagang, karena Melaka menawarkan keuntungan dan fasilitas perdagangan yang lebih baik. Kemunduran dalam perdagangan internasional dan penurunan pengaruh ekonomi berdampak langsung pada ekonomi Majapahit. Majapahit yang sebelumnya merupakan kerajaan perdagangan terkemuka di Nusantara, sekarang mengalami penurunan dalam hal penghasilan dan kekayaan.

Kesultanan Melaka bukan hanya mengambil alih perdagangan yang sebelumnya menjadi domain Majapahit, tetapi juga menjadi pesaing kuat. Prestise Melaka sebagai pusat perdagangan yang berkembang secara pesat menarik perhatian pedagang, pelaut, dan penguasa dari berbagai wilayah. Dampak dari munculnya Kesultanan Melaka pada dinamika politik regional adalah pergeseran kekuasaan dari Majapahit ke Melaka. Majapahit sebelumnya memiliki dominasi politik, tetapi sekarang harus bersaing dengan Melaka dan kerajaan-kerajaan lainnya yang muncul sebagai pemain utama dalam politik regional.

Akibatnya, Kesultanan Melaka menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam runtuhnya Kerajaan Majapahit. Kehilangan dominasi perdagangan internasional dan kekuasaan politik yang berkurang menjadi peran penting dalam menandai kemunduran Majapahit sebagai kekuatan besar di Nusantara.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Serangan Kerajaan Demak

Situs Pra Majapahit di Proyek Tol Malang – Pandaan, Pondasi Dinding atau Candi ?
Ekskavasi struktur batu bata peninggalan masa pra Majapahit di Malang, Jawa Timur, yang ditemukan di proyek Tol Malang - Pandaan (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Runtuhnya Kerajaan Majapahit adalah sebuah episod penting dalam sejarah Nusantara. Salah satu faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Majapahit adalah serangan dari Kerajaan Demak. Pada akhir masa pemerintahan Majapahit, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan perang saudara, yang melemahkan pemerintahan pusat.

Kelemahan ini memungkinkan Kerajaan Demak, di bawah pimpinan Patih Udara dan kemudian Sultan Trenggana, untuk melancarkan serangan terhadap Majapahit. Serangan ini tidak hanya menunjukkan ketidakstabilan di Majapahit, tetapi juga menggambarkan ambisi besar Demak untuk menguasai wilayah ini.

Serangan pertama oleh Patih Udara pada tahun 1518 adalah tanda awal kerapuhan Majapahit, dan serangan Sultan Trenggana pada tahun 1527 akhirnya mengakhiri kekuasaan Majapahit. Setelah penaklukan ini, Demak di bawah Raden Patah mengakui dirinya sebagai penerus Majapahit.

Ini adalah momen simbolis yang menandai akhir dari kekuasaan Majapahit yang pernah begitu dominan di Nusantara. Keruntuhan Majapahit memungkinkan berdirinya Kesultanan Demak dan kemudian penerus-penerusnya, yang mengukuhkan keberadaan Islam sebagai agama yang dominan di pulau Jawa dan wilayah sekitarnya. Serangan Demak adalah salah satu faktor utama yang mengubah perjalanan sejarah di wilayah tersebut.


Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Faktor Agama

FOTO: Jejak Syiar Islam di Masjid Agung Demak
Bedug berada dalam Masjid Agung Demak di Bintoro, Demak, Jawa Tengah, pada akhir Maret 2022. Bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Munculnya agama Islam di Pulau Jawa memainkan peran penting dalam keruntuhan Kerajaan Majapahit. Islam mulai mendapat pengaruh dan berkembang di pulau ini setelah kedatangan armada Muslim dari Tiongkok di bawah pimpinan Laksamana Cheng-Ho. Kedatangan ini membawa agama Islam ke wilayah tersebut, dan ini memicu perubahan dalam komposisi agama di Pulau Jawa.

Dalam periode ini, komunitas Muslim Tionghoa mulai berkembang di beberapa kota seperti Demak dan Semarang, sementara komunitas Arab juga tumbuh, terutama di Ampel, Surabaya. Perkembangan agama Islam di Pulau Jawa juga dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan yang semakin meningkat di wilayah tersebut. Para pedagang Muslim yang aktif di daerah ini memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat.

Perkembangan ini memengaruhi pengaruh Majapahit secara signifikan. Agama Islam tidak hanya membawa perubahan agama, tetapi juga membentuk identitas sosial, politik, dan ekonomi baru di pulau ini. Berdirinya Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam menjadi tanda penting dalam perubahan ini dan menyebabkan penurunan kekuasaan Majapahit. Akibatnya, Kerajaan Majapahit semakin terpuruk dan akhirnya runtuh, memberikan jalan bagi berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang lebih kecil di Pulau Jawa. Hal ini menandai salah satu tahap penting dalam perkembangan agama dan sejarah di Nusantara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya