Liputan6.com, Jakarta Hari Sumpah Pemuda diperingati pada tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Peringatan Hari Sumpah Pemuda ini merupakan momen penting bagi rakyat Indonesia sebagai pengingat bagi para pemuda dan pemudi ketika meraih kemerdekaan dari penjajahan.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Semarak Hari Sumpah Pemuda dapat dirayakan dengan berbagai acara dan kegiatan-kegiatan lain, salah satunya mengadakan lomba membuat ataupun membaca puisi Sumpah Pemuda di sekolah maupun di desa.
Ada banyak contoh teks puisi Sumpah Pemuda yang bisa anda jadikan referensi. Mulai yang dibuat sendiri hingga yang dikutip dari penyair terkenal seperti WS Rendra hingga Chairil Anwar. Bagi anda yang mungkin bingung dan mencari inspirasi puisi Sumpah Pemuda, bisa simak artikel ini.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai teks puisi Sumpah Pemuda yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (26/10/2023).
1. Puisi Karya Dewi Dee Lestari – Sumpah Abadi
Sumpah Abadi
Ketika pemuda bersumpahSumpah yang bukan hanya untuk dirinya, melainkan Tanah Air-nyaKetika pemudi bertekad, tekad yang bukan hanya untuk kaumnya, melainkan segenap bangsanya.
Kekar gunung dan lembah, gemetar lautan dan pantaiBergetar jantung dan berdesir darahKetika pemuda pemudi menyebrangi keberagamanKetidaksamaan demi bersama bekerjaAbadi bersumpah untuk Indonesia
Â
2. Puisi Karya W.S Rendra - Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
Tuhanku,
WajahMU membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Mimbar Indonesia
18 Juni 1960
Â
3. Puisi Sumpah Pemuda
Di dalam perjalanan sejarah yang panjang,
Terukir sebuah sumpah, takkan pernah padam.
Pemuda-pemudi bersatu dalam tekad yang kuat,
Bertekad mencapai kemerdekaan, oh begitu mati-mat.
Tanggal dua puluh delapan Oktober,
Tahun sebelas belas empat puluh lima,
Mereka berkumpul, tanpa pandang bulan, tanpa warna,
Untuk Indonesia yang merdeka, bersatu dalam cinta.
Sumpah Pemuda terucap dengan gagah dan bangga,
Janji suci yang mengikat, seperti semangat yang berkobar.
Berbagai suku, agama, budaya, bersatu dalam satu cita,
Membentuk bangsa Indonesia, tanpa terbagi.
Di malam yang bersemangat, mereka berjanji setia,
Bersama-sama berjuang, tanpa pamrih dan kepentingan.
Untuk kemerdekaan yang mereka rindukan,
Sebuah Indonesia yang merdeka, takkan pernah pupuskan.
Kini kita mengenang sumpah yang suci dan mulia,
Menggugah semangat, mengokohkan persatuan kita.
Berkarya dan berjuang, untuk bangsa dan negara tercinta,
Menghidupkan sumpah pemuda, takkan pernah pudar.
Advertisement
4. Puisi Karya Chairil Anwar - Diponegoro
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
Â
5. Puisi Karya Chairil Anwar - Merdeka
Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida
Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah kumamah
Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang
Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang
Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati
Â
6. Puisi Karya Chairil Anwar – Prajurit Jaga Malam
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
7. Puisi Karya Muhammad Yamin – Tanah Air
Pada batasan, bukit Barisan,
Memandang aku, ke bawah memandang;
Tampaklah hutan rimba dan ngarai;
Lagipun sawah, sungai yang permai;
Serta gerangan, lihatlah pula
Langit yang hijau bertukar warna
Oleh pucuk, daun kelapa;
Itulah tanah, tanah airku,
Sumatra namanya, tumpah darahku
O, tanah, wahai pulauku
Tempat bahasa mengikat bangsa,
Kiiingat di hati siang dan malam
Sampai semangatku suiam dan silam;
Jikalau Sumatera tanah mulia
Meminta kurban bagi bersama
Terbukalah hatiku badanku rida
Memberikan kurban segala tenaga,
Berbarang dua kuunjukkan tiga
Dengan lambatnya seperti tak'kan sampai
Menghalirlah ia hendak mencapai
Jauh di Sana teluk yang lampai;
Di mana dataran sudah dibilai
Tinggallah emas tiada ternilai.
Â
8. Puisi Karya Chairil Anwar – Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjan
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
Advertisement