Psikologi Orang yang Banyak Bicara, Ketahui Penyebab dan Cara Menghadapinya

Orang yang banyak bicara seringkali menjadi pusat perhatian dalam interaksi sosial.

oleh Laudia Tysara diperbarui 17 Mar 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 14:00 WIB
Terlalu Banyak Basa-Basi
Dua wanita sedang saling berpandangan dan ngobrol di kafe. Credit: pexels.com/Alexander

Liputan6.com, Jakarta - Orang yang banyak bicara seringkali menjadi pusat perhatian dalam interaksi sosial. Mereka orang yang banyak bicara cenderung mengekspresikan diri dengan antusiasme dan percaya diri yang tinggi, seringkali tanpa memperhatikan waktu atau respons dari orang lain.

Psikologi orang yang banyak bicara sering dikaitkan bahwa mereka tidak banyak ilmunya. Seperti ungkapan pribahasa "Tong kosong nyaring bunyinya" artinya orang yang bodoh biasanya banyak bualannya atau cakapnya. Lalu, "Air beriak tanda tak dalam" artinya orang yang terlalu banyak berbicara adalah orang yang tidak terlalu paham masalah pembicaraannya.

Menurut pandangan psikologi, perilaku ini bisa dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk kepribadian individu, pengalaman hidup, dan kondisi kesehatan mental yang mendasari. Oleh karena itu, penting untuk memahami psikologi orang yang banyak bicara agar dapat menghadapi interaksi sosial dengan lebih efektif dan membangun hubungan yang lebih seimbang.

Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang psikologi orang yang banyak bicara, penyebab, dan cara menghadapinya, Minggu (17/3/2024).

Psikologi Orang yang Banyak Bicara

Ilustrasi ngobrol, komunikasi di kantor, tempat kerja
Tiga wanita dan satu pria sedang ngobrol di kafe membahas sesuatu di laptopnya. (Photo by fauxels from Pexels)

Orang yang banyak bicara sering kali menjadi pusat perhatian dalam interaksi sosial. Ketika berbicara, mereka cenderung mengekspresikan diri dengan mudah, bersemangat, dan penuh percaya diri. Menurut jurnal European Journal of Education Studies, ini dapat dikaitkan dengan kepribadian sanguin, di mana orang tersebut memiliki sifat yang ramah, optimis, dan mudah bergaul.

Namun, ketika berbicara melebihi batas, hal ini dapat menjadi menyebalkan bagi orang lain. Sebuah studi dari Pustaka Universitas Terbuka menunjukkan bahwa berbicara adalah salah satu bentuk ekspresi diri yang penting, tetapi ketika berlebihan, hal itu dapat memiliki dampak negatif terhadap interaksi sosial dan kesehatan mental.

Dari perspektif psikologi, orang yang banyak bicara cenderung memiliki kebutuhan yang kuat untuk diekspresikan. Mereka menggunakan berbicara sebagai cara untuk mengungkapkan diri, berbagi ide, atau bahkan mencari pengakuan. Namun, kecenderungan ini bisa berubah menjadi sifat yang egois dan kurang peka terhadap kebutuhan orang lain.

Menurut psikologi, orang yang banyak bicara perlu belajar untuk lebih mendengarkan dan memperhatikan reaksi orang lain terhadap pembicaraannya, sehingga interaksi sosial menjadi lebih seimbang dan saling menguntungkan.

Hal baik dari psikologi orang yang banyak bicara adalah kemampuan mereka untuk menyampaikan ide-ide dengan jelas dan menarik perhatian orang lain. Mereka sering kali menjadi komunikator yang baik dan dapat mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif. Namun, sisi buruknya adalah kecenderungan untuk mendominasi percakapan dan kurangnya kesadaran terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan interpersonal dan bahkan memicu konflik.

 

Penyebab Orang Banyak Bicara

Memahami psikologi orang yang banyak bicara bisa dari penyebabnya. Merangkum dari jurnal penelitian yang dipublikasikan Universitas Raden Fatah, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya ini sejumlah penyebab orang banyak bicara yang dimaksudkan:

1. Gangguan Kesehatan Mental

Orang yang banyak bicara kadang-kadang dapat mengalami gangguan kesehatan mental yang mendasari perilaku komunikatif mereka. Contohnya, individu yang menderita skizofrenia mungkin mengalami gangguan pemikiran yang menyebabkan mereka berbicara secara tak terkendali dan sulit memahami konteks sosial.

Gangguan kecemasan juga dapat menyebabkan seseorang berbicara terus-menerus sebagai mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan internal mereka.

Gangguan kepribadian seperti kepribadian narsistik atau histrionik sering kali berkaitan dengan kebutuhan akan perhatian dan pengakuan, yang mungkin tercermin dalam perilaku berbicara yang berlebihan. Bagi individu dengan ADHD, impulsivitas sering kali menyebabkan mereka kesulitan mengontrol diri dalam berbicara dan memperhatikan batasan waktu dalam percakapan.

Untuk menghadapi hal ini, penting untuk melakukan evaluasi kesehatan mental oleh profesional terkait dan menyediakan perawatan yang sesuai, seperti terapi perilaku kognitif atau pengelolaan medis yang dibutuhkan.

2. Gangguan Berbicara Psikogenik

Gangguan berbicara psikogenik sebenarnya merupakan ekspresi dari gangguan mental yang mendasarinya. Ini bisa termasuk variasi dalam cara berbicara yang normal, seperti gangguan aliran pikiran yang mempengaruhi struktur atau konten pembicaraan.

Individu dengan gangguan ini mungkin mengekspresikan diri dengan cara yang terkesan tidak biasa atau bermakna ganda, yang sulit dipahami oleh orang lain. Dalam menghadapi gangguan ini, pendekatan terapeutik yang komprehensif perlu memperhatikan kedua aspek gangguan mental dan gangguan berbicara yang muncul.

 

3. Memiliki Kemahiran dalam Bahasa

Ilustrasi ngobrol, kerja di kantor, tertawa
Pria dan wanita sedang bekerja sambil mengobrol. (Photo by Brooke Cagle on Unsplash)

Kemampuan seseorang dalam berbicara dan menggunakan bahasa dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik melibatkan kondisi bawaan sejak lahir, seperti gangguan perkembangan bahasa yang dapat menghasilkan pola bicara yang tidak biasa.

Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan sosial dan pengalaman belajar, seperti kurangnya model berbicara yang baik atau kurangnya kesempatan untuk berlatih keterampilan berbicara. Dalam menghadapi kesulitan ini, intervensi yang melibatkan terapi wicara atau program pelatihan keterampilan komunikasi dapat membantu individu mengatasi hambatan-hambatan dalam kemampuan berbicara mereka.

4. Tidak Mampu Menjadi Pendengar yang Baik

Orang yang banyak bicara mungkin juga mengalami kesulitan menjadi pendengar yang baik. Mereka cenderung mendominasi percakapan dan kurang memperhatikan respons dan kebutuhan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam interaksi sosial dan membuat orang lain merasa diabaikan atau tidak dihargai.

Untuk menghadapi tantangan ini, latihan kesadaran diri dan keterampilan mendengarkan aktif dapat membantu individu memahami pentingnya memberikan ruang bagi orang lain untuk berbicara dan merasa didengar.

Faktor-faktor seperti usia, status gizi, jenis kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan sosial ekonomi juga dapat memengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan stimulus bahasa dan interaksi sosial cenderung mengembangkan kemampuan berbicara yang lebih baik.

Namun, faktor-faktor tersebut juga dapat menjadi hambatan bagi perkembangan bahasa jika tidak dikelola dengan baik. Mendukung anak-anak dalam lingkungan yang kaya akan bahasa dan memberikan interaksi yang memadai dapat membantu memaksimalkan potensi perkembangan bahasa mereka.

 

Cara Menghadapi Orang yang Banyak Bicara

  1. Dengarkan dengan Sabar: Ketika berinteraksi dengan orang yang banyak bicara, penting untuk mendengarkan dengan sabar. Biarkan mereka mengekspresikan diri tanpa mengganggu atau memotong pembicaraan mereka. Ini akan menunjukkan bahwa Anda menghargai apa yang mereka katakan dan memberi mereka kesempatan untuk berbagi.
  2. Berikan Umpan Balik dengan Bijak: Jika Anda merasa pembicaraan menjadi terlalu dominan atau melebihi batas, berikan umpan balik secara bijak. Misalnya, Anda bisa mengatakan dengan sopan bahwa Anda ingin berbagi juga atau ingin mendengarkan pendapat orang lain dalam percakapan tersebut. Hindari memberikan umpan balik yang menyinggung atau mengkritik secara langsung.
  3. Ajukan Pertanyaan yang Mendalam: Bantu orang yang banyak bicara untuk merasa didengar dengan mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang topik yang sedang dibicarakan. Ini tidak hanya akan memperluas wawasan Anda, tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk merasa dihargai dan terlibat dalam percakapan yang lebih mendalam.
  4. Tetap Tenang dan Terbuka: Jangan tergesa-gesa atau terganggu saat berhadapan dengan orang yang banyak bicara. Tetap tenang dan terbuka, bahkan jika Anda merasa terbebani oleh banyaknya informasi yang disampaikan. Tunjukkan sikap yang ramah dan terbuka untuk membangun hubungan yang baik.
  5. Tetapkan Batas yang Jelas: Jika pembicaraan menjadi terlalu dominan atau tidak produktif, penting untuk menetapkan batas yang jelas. Misalnya, Anda bisa mengatakan dengan sopan bahwa Anda memiliki kewajiban atau waktu yang terbatas untuk berbicara saat ini. Tetaplah teguh pada batas-batas tersebut tanpa mengabaikan kebutuhan atau perasaan orang yang banyak bicara.
  6. Latih Keterampilan Komunikasi: Jika Anda merasa kesulitan dalam menghadapi orang yang banyak bicara, Anda dapat mencari bantuan dari profesional atau bergabung dalam program pelatihan keterampilan komunikasi. Ini akan membantu Anda mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam berinteraksi dengan orang yang memiliki gaya komunikasi yang dominan.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya