Liputan6.com, Bantul “Dunia tidak selebar daun kelor” barangkali bukan sekadar peribahasa bagi Siti Haida Hutagaol. Bagi Haida, kelor adalah dunianya. Tumbuhan semak yang sering ditemukan di pekarangan rumah ini ternyata termasuk dalam golongan superfood berkat kandungan nutrisinya.
Baca Juga
Advertisement
Pengembangan produk inovatif menggunakan kelor sebagai bahan utama akhirnya punya potensi bisnis yang menarik. Potensi inilah yang kini dimanfaatkan Haida dengan membuka sebuah UMKM yang ia namai Kelorida. Tak hanya mencari peluang ekonomi, Haida juga menyebarluaskan khasiat kelor ke masyarakat luas.
“Di Afrika, kelor digunakan untuk mengatasi stunting. Anak-anak di Afrika itu mengatakan kalau kelor itu adalah daun dewa, penolong bagi mereka,” ujar Haida saat ditemui di rumahnya di daerah Trirenggo, Bantul, Senin (18/3/2024).
Kombinasi dari ketersediaan yang luas, kandungan nutrisi yang tinggi, sifat-sifat obat, kemampuan lingkungan, dan kemudahan perawatan membuat kelor dianggap sebagai "pohon keajaiban". Haida ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal keajaiban kelor.
Pohon keajaiban
Tanaman kelor atau Moringa oleifera sudah dimanfaatkan 5000 tahun silam di India Utara sebagai obat. Kelor yang termasuk dalam keluarga Moringaceae, termasuk tumbuhan perdu yang tumbuh tinggi dengan ketinggian berkisar antara 7 hingga 12 meter. Ada beberapa spesies kelor, yang paling umum di Indonesia adalah Moringa oleifera Lam.
Kelor punya julukan superfood karena tingginya kandungan nutrisi. F.G. Winarno (2018) menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun kelor kering terdapat kandungan senyawa yang luar biasa. Di dalamnya, terdapat protein dua kali lebih tinggi dari yoghurt, vitamin A tujuh kali lebih tinggi dari wortel, kalium tiga kali lebih tinggi dari pisang, kalsium empat kali lebih tinggi dari susu, dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk.
Daun kelor memiliki khasiat dalam menurunkan tingkat glukosa darah serta meningkatkan kinerja hormon insulin, yang bermanfaat untuk mencegah diabetes dan resistensi insulin. Ekstrak daun kelor diyakini mengandung substansi yang dapat mengurangi proses peradangan.
Tumbuhan ini kaya akan kalium dan antioksidan, sehingga membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah hipertensi. Antioksidan yang terdapat dalam daun kelor juga penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi otak, serta mengurangi risiko penyakit Alzheimer dan Parkinson.
“Saya dulu punya darah rendah. Tapi semenjak, 2016 saya konsumsi kelor, sampai sekarang itu, saya tidak ketemu lagi darah rendah, jadi stabil. Jadi darah rendah dia naikkan, darah tinggi dia turunkan,” ujar Haida.
Ekstrak dari daun dan kulit batang kelor telah terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker, termasuk kanker payudara, pankreas, dan usus besar. Manfaat dari daun kelor ini diyakini berasal dari kandungan antioksidannya yang mampu melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
“Dan selain makanan, ini produk (kelor) bisa untuk kecantikan, sangat luar biasa. Kalau di luar negeri, banyak untuk kecantikan. Jadi serum, hand body, sabun,” tambah Haida.
Advertisement
Potensi ekonomi kelor
Setiap bulan, Kelorida bisa meraup omzet mulai rp18 juta sampai rp20 juta. Jika sedang banyak undangan pameran atau bazar, Haida bisa cuan sampai rp30 juta berkat olahan kelor. Penjualan pun sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan konsumen Haida ada yang membawa produknya sampai Dubai dan Australia.
“Ada konsumen dia beli kapsul kelor, tapi dia kirim lagi ke Dubai. Ada juga yang kirim masker sampai ke Australia,” ujar Haida.
Haida berharap produk-produk Kelorida bisa benar-benar ekspor ke luar negeri. Melihat besarnya permintaan kelor dari berbagai negara. Di pasar Eropa misalnya, permintaan kelor terus meningkat.
Mengutip buku Berjuta Manfaat Kelor yang diterbitkan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian RI menyebutkan, pada 2018, penjualan kelor di pasar Eropa mencapai total sebesar US$903 juta per tahun. Di 2027, diperkirakan potensi perdagangan kelor di Eropa akan meningkat menjadi sekitar U $1,9 milyar. Kelor juga diperdagangkan sebagai suplemen, dengan nilai transaksi yang diproyeksikan mencapai US$20,9 miliar pada tahun 2026.
Permintaan untuk tepung kelor juga telah muncul dari Jepang dan negara lain. Tepung daun kelor dengan kualitas ekspor memiliki harga jual sebesar rp5 juta per kilogram. Sementara itu, harga serbuk daun kelor dengan ukuran 80 mesh adalah rp75.000 per kilogram, dan daun kelor kering dengan kadar air 5 persen dihargai rp65.000 per kilogram.
Potensi pengembangan juga terdapat pada minyak biji kelor, yang memiliki harga per liter mencapai rp2,5 juta. Minyak biji kelor digunakan luas dalam industri makanan, kesehatan, produk kecantikan, dan parfum.
BRI Bantu Kelorida Makin Naik Daun
Untuk mewujudkan mimpi ekspornya, Haida kini mulai menata rencana jangka panjang. Modal menjadi salah satu persiapan awal untuk mengembangkan Kelorida lebih besar lagi.
Dari sisi permodalan, Haida banyak dibantu dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sejak 2016, Haida menjadi debitur KUR BRI. Modal dari KUR inilah yang membantu Kelorida bisa bertahan dan makin naik daun.
“Kemarin misalnya, waktu saya pontang-panting mau pameran ke Jakarta. Saya perbarui pinjamannya (di BRI). Syukur berkat itu, saya bisa produksi banyak produk untuk dipamerkan,” ujar Haida.
Selain permodalan, Kelorida juga beberapa kali diboyong BRI untuk mengikuti pameran dan bazar. Namun, Haida menyebutkan pameran yang ia ikut belum sebanyak UMKM binaan BRI lainnya.
Pameran inilah yang sebenarnya menurut Haida bisa membantu pemasaran. Ke depannya Haida berharap BRI bisa membantu meningkatkan penjualan Kelorida.
“Kalau sudah dibantu permodalan. Ya semoga bonusnya itu di pemasaran. Ya, mungkin ke depannya bisa begitu,” harap Haida.
Christison Tumbur Simanjuntak, Kepala Cabang BRI Bantul menyebutkan, Kelorida merupakan salah satu UMKM binaan BRI yang punya potensi besar untuk berkembang. Ia menjelaskan, BRI saat ini sudah membantu akses permodalan dan kemudahan transaksi keuangan bagi Kelorida.
“Kami tahu Kelorida ini punya potensi. Jadi kami ingin mempermudah kebutuhan mereka akan akses modal dan keuangan,” ujar Tumbur saat ditemui di kantornya, Selasa (19/3/2024).
Dengan memberikan akses keuangan yang mudah, BRI membantu UMKM seperti Kelorida untuk mendapatkan modal usaha, pengembangan produk, dan ekspansi bisnis. Hal ini memberikan dampak positif tidak hanya bagi para pelaku UMKM, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan.
“Kami siap membesarkan UMKM, khususnya di Bantul, supaya mereka bisa naik kelas,” tambah Tumbur.
Terkait pengembangan UMKM, Tumbur juga menjelaskan bahwa BRI tidak hanya memberi akses keuangan, tetapi juga terlibat dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Melalui program-program ini, BRI memberikan pelatihan, pendampingan, dan bimbingan kepada UMKM dalam meningkatkan keterampilan manajerial, pemasaran, dan teknis.
Advertisement