Negara Indonesia Adalah Negara dengan Sejarah Panjang, Ini Ringkasannya

Sejarah singkat negara Indonesia

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 30 Apr 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi Bendera Indonesia
Ilustrasi Bendera Indonesia yang telah melakukan kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan Kemitraan Strategis Komprehensif. (Pixabay/Mufid Majnun)

Liputan6.com, Jakarta Di antara pulau-pulau yang berkilauan di Samudera Hindia terdapat sebuah negara yang menarik, yakni Indonesia. Negara Indonesia adalah suatu misteri yang memukau dengan beragam kekayaan alamnya. Dari gunung-gunung megah hingga lautan biru yang memikat, negara Indonesia adalah tempat yang memikat setiap orang untuk menjelajah. Tapi, apakah Anda benar-benar tahu apa yang membuat negara Indonesia begitu istimewa?

Negara Indonesia adalah rumah bagi ratusan suku yang memiliki kebudayaan yang kaya dan beragam. Setiap sudutnya dipenuhi dengan cerita-cerita lama yang menyentuh hati, membuat negara Indonesia seperti labirin yang tak pernah habis untuk dijelajahi. Namun, di balik semua keindahan itu, negara Indonesia adalah tempat yang menyimpan misteri besar yang belum terpecahkan.

Negara Indonesia adalah tonggak sejarah yang menarik, dengan warisan masa lalu yang menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya. Dari kerajaan-kerajaan kuno hingga perjuangan kemerdekaan yang heroik, Indonesia memiliki banyak rahasia tersembunyi yang menanti untuk diungkapkan. Namun, seberapa dalam kita telah melangkah ke dalam lorong-lorong sejarah negara Indonesia?

Untuk lebih memahami bagaimana Negara Indonesia ada dan berdiri, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber sejarah singkat Indonesia, pada Selasa (30/4).

Era Prasejarah

Ilustrasi peta Indonesia
Ilustrasi peta Indonesia. (Image by Maria from Pixabay )

Selama periode prasejarah di Nusantara, wilayah Indonesia modern terbentuk akibat pertemuan tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Hal ini terjadi setelah berakhirnya Zaman Es sekitar 10.000 tahun yang lalu, yang menyebabkan pembentukan kepulauan Indonesia seperti yang dikenal saat ini.

Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, Nusantara mulai dihuni oleh pemukim pertama. Bukti pertama keberadaan manusia adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa yang berasal dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Temuan fosil "manusia Flores" (Homo floresiensis) di Flores juga menunjukkan kemungkinan keberadaan Homo erectus hingga masa Zaman Es terakhir.

Homo sapiens pertama diduga masuk ke Nusantara sekitar 100.000 tahun yang lalu, mengikuti jalur pantai Asia dari Asia Barat. Mereka telah mencapai Pulau Papua dan Australia sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu. Mereka membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum) dan menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia.

Selanjutnya, gelombang migrasi berbahasa Austronesia datang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina. Mereka membawa kultur Neolitikum, termasuk teknik pertanian, beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, tenun ikat, serta praktik megalitikum. Mereka juga membawa kepercayaan animisme dan dinamisme. Pada abad pertama SM, permukiman dan kerajaan kecil sudah terbentuk, dengan kemungkinan adanya pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perdagangan.

 

Era Kerajaan

Gajah Mada
Gajah Mada, Patih Amangkhubumi Kerajaan Majapahit. Sumpahnya yang terkenal adalah Sumpah Palapa.

Selama era kerajaan di Nusantara, terdapat perkembangan yang signifikan dalam bidang politik, sosial, dan budaya. Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara mencakup beberapa periode penting dalam sejarah Indonesia, yang meliputi:

Awal Mula Sejarah

Catatan awal tentang kerajaan Hindu di Nusantara disebutkan dalam tulisan cendekiawan India tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di Pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal menunjukkan adanya kerajaan Hindu seperti Salakanagara di Jawa Barat pada abad ke-1 dan kerajaan di Sumatra pada abad ke-4 hingga ke-5, seperti Kerajaan Kandis dan Kerajaan Tarumanagara.

Kerajaan Hindu-Buddha

Pada abad ke-4 hingga ke-7, terdapat kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Barat, seperti Kerajaan Tarumanagara yang kemudian dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda hingga abad ke-16. Di Sumatra, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat pada abad ke-7 hingga ke-14. Pada masa ini, juga muncul kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Majapahit, yang mencapai puncak kejayaannya di bawah pimpinan Gajah Mada.

Kerajaan & Kesultanan Islam

Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-7 melalui jalur pelayaran internasional. Pada abad ke-12, kesultanan Islam sudah ada dan membangun peradaban. Meskipun Islam sudah masuk sejak lama, perkembangan kesultanan Islam di Indonesia mencapai puncaknya pada abad ke-16, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama di Jawa dan Sumatra. Kesultanan-kesultanan penting pada masa ini antara lain Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Mataram, Kesultanan Gowa, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Tidore.

Migrasi dan perdagangan menjadi faktor penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, dengan para pedagang dan mubalig sebagai utusan agama yang memainkan peran kunci dalam proses ini. Sementara itu, di Bali, kepercayaan Hindu masih tetap dominan. Selain itu, rohaniawan Kristen dan Islam juga aktif di kepulauan Timur pada abad ke-16 dan 17, menciptakan keragaman agama yang khas di Indonesia.

Era Penjajahan

Penderitaan yang Dialami Rakyat Akibat Penjajahan Belanda
Penderitaan yang Dialami Rakyat Akibat Penjajahan Belanda./Wikimedia Commons

Sejarah penjajahan di Indonesia adalah bagian integral dari perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan. Periode penjajahan dimulai pada awal abad ke-16 dengan kedatangan bangsa Eropa, terutama Portugis, di Nusantara. Portugis datang dengan tujuan menguasai jalur perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai ekonomis pada saat itu. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di beberapa wilayah, termasuk Maluku dan Malaka.

Namun, dominasi Portugis tidak berlangsung lama karena pada pertengahan abad ke-16, Belanda mulai menyaingi kekuasaan Portugis di wilayah ini. Belanda akhirnya menguasai banyak wilayah di Indonesia, terutama di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Mereka menggunakan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang merugikan petani pribumi untuk mengumpulkan hasil bumi secara paksa.

Periode penjajahan Belanda tidak hanya ditandai dengan eksploitasi ekonomi, tetapi juga penindasan budaya dan politik. Perlawanan terhadap penjajah Belanda semakin intens, dengan tokoh-tokoh seperti Diponegoro yang memimpin perlawanan di Jawa, Pangeran Antasari di Kalimantan, dan Pattimura di Maluku.

Selama Perang Dunia II, Indonesia diduduki oleh Jepang setelah mereka berhasil mengalahkan Belanda. Kedatangan Jepang membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia. Namun, kekuasaan Jepang tidak berlangsung lama karena setelah Jepang kalah dalam perang, Indonesia kembali berada di bawah pengaruh Belanda.

Perjuangan untuk meraih kemerdekaan semakin memuncak setelah Perang Dunia II berakhir. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya, meskipun Belanda tidak langsung mengakui kemerdekaan tersebut. Perjuangan melawan penjajah Belanda terus berlanjut hingga Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, di mana Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia.

Periode penjajahan ini bukan hanya tentang perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi juga perjuangan untuk mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai nasional. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan banyak lagi menjadi pilar-pilar perlawanan dan pembangunan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan kedaulatan yang seutuhnya.

Era Kemerdekaan 

20150820-6 Cerita Tersembunyi Seputar Soekarno-Jakarta
Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)

Sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengalami berbagai fase penting dalam sejarah kemerdekaannya. Proklamasi tersebut dipelopori oleh Soekarno dan Mohammad Hatta setelah mendapat informasi bahwa Jepang telah kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan pada tanggal 16 Agustus. Kabar proklamasi menyebar melalui radio, memicu semangat perlawanan dari berbagai elemen masyarakat termasuk Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dan pemuda.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Mereka menggunakan konstitusi yang dirancang sebelumnya dan membentuk pemerintahan baru yang menghendaki Republik Indonesia terdiri dari delapan provinsi.

Periode awal kemerdekaan ditandai dengan perang kemerdekaan melawan upaya Belanda untuk kembali berkuasa. Pasukan Belanda merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, namun para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota perjuangan. Pada 27 Desember 1949, setelah perang dan negosiasi yang berlangsung selama empat tahun, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia.

Setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami fase demokrasi parlementer dengan sistem parlemen yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada MPR. Namun, stabilitas politik sulit dicapai karena perbedaan pandangan mengenai peran Islam dalam negara.

Pada era Soekarno, Indonesia memasuki periode demokrasi terpimpin dengan kekuasaan presidensil yang besar. Soekarno juga mengarahkan kebijakan luar negeri Indonesia ke arah non-blok dan mempererat hubungan dengan negara-negara komunis.

Selama periode tersebut, masalah seperti konflik Papua Barat dan konfrontasi dengan Malaysia juga menjadi sorotan. Konflik Papua Barat mencakup negosiasi sulit antara Indonesia dan Belanda serta perjuangan militer untuk mengamankan wilayah tersebut. Konfrontasi dengan Malaysia dipicu oleh keberatan Soekarno terhadap pembentukan Federasi Malaysia yang dianggapnya sebagai upaya neo-kolonialisme.

Pada akhirnya, gerakan 30 September 1965 yang menimbulkan kudeta dan konflik internal memunculkan masa transisi yang berujung pada pengambilalihan kekuasaan oleh Soeharto. Konflik ini juga mengarah pada tragedi yang melibatkan banyak korban jiwa, terutama di Jawa dan Bali.

 

 

Era Orde Baru 

Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto
Pemilu 2024 yang digelar 14 Februari 2024 membangkitkan kenangan. Salah satunya, Pemilu era orde baru yang diikuti Pak Harto dan sang istri, Tien Soeharto. (Foto: Dok. Instagram @cendana.archives)

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang mengakhiri masa Soekarno, Indonesia memasuki era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Pada 19 September 1966, Indonesia kembali menjadi anggota PBB setelah Soeharto menjadi Presiden. Pemerintahan Soeharto ditandai dengan periode stabil secara politik dan ekonomi yang berfokus pada pembangunan ekonomi melalui kebijakan Pelita.

Selama masa Orde Baru, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, meskipun tidak merata di seluruh wilayah. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah orang kelaparan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Namun, kebijakan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran juga menimbulkan perbedaan yang signifikan dalam distribusi kekayaan.

Dalam konteks politik, Orde Baru juga menghadapi tantangan terutama terkait dengan isu separatisme di daerah-daerah seperti Irian Jaya dan Timor Timur. Pada 1969, Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" di Irian Jaya yang memilih bergabung dengan Indonesia. Sementara itu, pemberontakan di Timor Timur dimulai setelah invasi Indonesia pada 1975, dengan konflik yang berlangsung hingga Timor Timur meraih kemerdekaan penuh sebagai Timor Leste pada tahun 2002.

Pada akhir era Orde Baru, Indonesia menghadapi krisis ekonomi dan keuangan yang melanda Asia pada pertengahan 1997. Krisis ini menyebabkan gejolak sosial dan politik di Indonesia, dengan demonstrasi yang menuntut pengunduran diri Soeharto. Akhirnya, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, dan B.J. Habibie menjadi Presiden ketiga Indonesia.

Selama Orde Baru, Indonesia mengalami perkembangan signifikan dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi dan politik, namun juga diwarnai dengan tantangan dan kontroversi terkait hak asasi manusia serta isu-isu regional seperti separatisme.

 

Era Reformasi

Ilustrasi Jokowi
Ilustrasi Jokowi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Setelah era Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto berakhir, Indonesia memasuki era reformasi yang ditandai oleh perubahan politik, ekonomi, dan sosial yang signifikan.

  1. Pemerintahan Habibie: Setelah Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998, B.J. Habibie menjadi Presiden dan membentuk kabinet untuk mendukung program pemulihan ekonomi dan perbaikan situasi politik. Dia juga mengurangi kontrol terhadap kebebasan berpendapat.
  2. Pemerintahan Gus Dur: Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, terpilih sebagai Presiden pada 1999. Pemerintahannya ditandai oleh proses demokratisasi lanjutan dan konflik antar etnis dan agama di beberapa daerah, seperti Aceh, Maluku, dan Papua.
  3. Pemerintahan Megawati: Megawati Sukarnoputri terpilih sebagai Wakil Presiden dan kemudian mengambil alih jabatan Presiden pada 2001 setelah Gus Dur mengundurkan diri. Pemerintahannya berfokus pada peningkatan manajemen dan koordinasi pemerintahan serta menangani masalah korupsi.
  4. Pemerintahan SBY: Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai Presiden pada 2004 dan memimpin Indonesia melalui berbagai tantangan, termasuk bencana alam seperti gempa bumi di Aceh dan Nias. Pemerintahannya juga berhasil mencapai kesepakatan damai dengan Gerakan Aceh Merdeka.
  5. Pemerintahan Joko Widodo: Joko Widodo, atau Jokowi, terpilih sebagai Presiden pada 2014 dan terus melanjutkan reformasi di berbagai sektor, termasuk ekonomi, infrastruktur, dan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Selama masa reformasi ini, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam hal demokrasi, hak asasi manusia, pertumbuhan ekonomi, dan penyelesaian konflik regional, menunjukkan evolusi yang berkelanjutan dalam pemerintahan dan masyarakatnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya