1 Kalimat Berapa Kata? Simak Syarat Agar Efektif dan Jenis-Jenisnya

Dalam sebuah kalimat, subjek adalah kata yang memberikan informasi tentang siapa atau apa yang sedang diceritakan, sedangkan predikat adalah kata yang memberikan informasi tentang apa yang dilakukan oleh subjek tersebut.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 06 Mei 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2024, 15:15 WIB
Penulisan Kalimat Persuasif
Ilustrasi Menulis Credit: pexels.com/Vlada

Liputan6.com, Jakarta 1 kalimat berapa kata? Satu kalimat seringkali terdiri dari beberapa kata yang mengandung subjek dan predikat. Subjek adalah kata yang menjelaskan orang, hewan, benda, atau konsep yang sedang dibicarakan dalam kalimat. Sedangkan, predikat berfungsi untuk menjelaskan tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subjek.

1 kalimat berapa kata? Dalam bahasa Indonesia, satu kalimat setidaknya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Misalnya, "Ani makan." Kalimat ini terdiri dari dua kata, yaitu "Ani" sebagai subjek dan "makan" sebagai predikat. Subjeknya adalah orang yang sedang melakukan tindakan atau keadaan tertentu, sedangkan predikatnya adalah tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subyek.

1 kalimat berapa kata? Menentukan jumlah kata dalam satu kalimat bisa menjadi penting, karena kadang-kadang kalimat yang terlalu panjang atau rumit, akan sulit dipahami oleh pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, penting untuk mengatur kata-kata dalam satu kalimat agar lebih mudah dipahami dan efektif dalam menyampaikan pesan.

Berikut ini syarat kalimat efektif yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/5/2024). 

 

 

Kata dan Kalimat

Ilustrasi menulis, kalimat opini
Ilustrasi menulis, kalimat opini. (Foto oleh Ketut Subiyanto: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-kopi-cangkir-buku-catatan-4132326/)

Kalimat sebagai unit bahasa yang mendasar, memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalimat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang relatif mandiri, memiliki pola intonasi final, dan dalam aktual atau potensial terdiri dari klausa. Ini menunjukkan bahwa kalimat adalah fondasi utama dalam menyampaikan pesan dan membangun pemahaman.

Menariknya, dalam sebuah jurnal dari Universitas Pendidikan Indonesia, pembelajaran kalimat dalam bahasa Indonesia ditekankan sebagai suatu proses yang memerlukan pendekatan yang cermat. Kalimat dipandang sebagai sebuah entitas lengkap yang mengandung maksud. Ini berarti bahwa setiap kalimat harus dipahami sebagai satu kesatuan utuh yang membawa makna tertentu.

Dalam praktiknya, kalimat harus mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan efektif. Sebagaimana disebutkan dalam karya Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan gagasan sesuai dengan keinginan penulis atau pembicara. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan konsisten oleh para penerima pesan.

Adapun jumlah kata dalam satu kalimat bisa bervariasi, tergantung pada kompleksitas informasi yang ingin disampaikan dan gaya penulisan yang digunakan. Secara umum, sebuah kalimat bisa terdiri dari satu kata saja, seperti kata seru atau kata benda tunggal, atau bisa terdiri dari puluhan kata bahkan lebih. Dalam prakteknya, jumlah kata dalam satu kalimat biasanya berkisar antara satu hingga dua puluh kata. Namun, ada kalimat yang lebih panjang lagi, terutama dalam tulisan ilmiah atau sastra.

Syarat Kalimat Efektif

Ilustrasi menulis, belajar, kalimat majemuk setara
Ilustrasi menulis, belajar, kalimat majemuk setara. (Foto oleh Polina Tankilevitch: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-buku-catatan-pena-penulisan-6929268/)

Kesepadanan Struktur

Kesepadanan struktur adalah salah satu aspek kunci dari kalimat yang efektif. Ini mencakup memiliki subjek dan predikat yang jelas serta penggunaan kata hubung yang tepat untuk menjaga alur dan kohesi kalimat. Mari kita lihat contoh dan penjelasannya:

  1. Contoh Kalimat Salah: "Bagi semua siswa SMA Negeri 47 Jakarta harus mengikuti apel hari Senin."Penjelasan: Dalam kalimat ini, penggunaan kata depan "bagi" sebelum subjek membingungkan alur kalimat.
  2. Contoh Kalimat Benar: "Semua siswa SMA Negeri 47 Jakarta harus mengikuti apel hari Senin."Kesepadanan struktur membantu pembaca atau pendengar dalam mengikuti alur pikiran dan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis atau pembicara.

Keparalelan Bentuk

Keparalelan bentuk adalah tentang menjaga konsistensi dalam kalimat dengan memastikan setiap unsur memiliki bentuk yang sejajar. Ini membantu dalam penyampaian informasi secara terstruktur dan sistematis. Mari kita lihat contoh dan penjelasannya:

  1. Contoh Kalimat Salah: "Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang."Penjelasan: Kalimat ini tidak efektif karena elemen-elemennya tidak memiliki bentuk yang konsisten.
  2. Contoh Kalimat Benar: "Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang."Dengan memastikan keparalelan bentuk, kalimat menjadi lebih mudah dipahami dan mengurangi kebingungan bagi pembaca atau pendengar.

Kehematan Kata

Kehematan kata adalah tentang menggunakan kata secara efisien tanpa mengorbankan kejelasan atau kelengkapan informasi. Ini mencakup menghindari pengulangan yang tidak perlu dan memilih kata dengan cermat untuk menyampaikan maksud dengan singkat dan jelas. Mari kita lihat contoh dan penjelasannya:

  1. Contoh Kalimat Salah: "Karena dia tidak diajak, dia tidak datang ke rumah Nina."Penjelasan: Pengulangan kata "dia" membuat kalimat menjadi kurang padat dan terkesan tidak efisien.
  2. Contoh Kalimat Benar: "Karena tidak diajak, dia tidak datang ke rumah Nina."Dengan menghilangkan pengulangan kata yang tidak perlu, kalimat menjadi lebih fokus dan mudah dipahami.

Kecermatan Penalaran

Kecermatan penalaran adalah tentang menghindari ambiguitas atau makna ganda dalam kalimat dengan memilih kata dengan cermat. Ini memastikan bahwa kalimat dapat diinterpretasikan dengan jelas dan tanpa kebingungan. Mari kita lihat contoh dan penjelasannya:

  1. Contoh Kalimat Salah: "Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah."Penjelasan: Kalimat ini dapat menimbulkan tafsir ganda karena tidak jelas apakah yang terkenal adalah perguruan tinggi atau mahasiswanya.
  2. Contoh Kalimat Benar: "Mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah."Dengan memperhatikan kecermatan penalaran, kalimat dapat menjadi lebih jelas dan tepat dalam menyampaikan maksud.

Kelogisan Bahasa

Terakhir, kelogisan bahasa adalah tentang memastikan kalimat mematuhi aturan tata bahasa dan ejaan yang berlaku untuk menjaga keterbacaan dan profesionalitas. Ini mencakup penggunaan kata dan struktur yang sesuai dengan norma bahasa yang berlaku. Mari kita lihat contoh dan penjelasannya:

  1. Contoh Kalimat Salah: "Waktu dan tempat kami persilakan."Penjelasan: Kalimat ini kurang logis karena tidak jelas apa yang dimaksud dengan "waktu dan tempat" yang dipersilakan.
  2. Contoh Kalimat Benar: "Untuk bapak/ibu Andi kami persilakan."Dengan memastikan kelogisan bahasa, kalimat menjadi lebih profesional dan mudah dipahami.

Jenis Kalimat

Ilustrasi belajar, menulis kalimat denotasi
Ilustrasi belajar, menulis kalimat denotasi. (Photo Copyright by Freepik)

Berdasarkan Jumlah Bagian

Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan berdasarkan jumlah bagian yang membentuknya, yang dalam konteks ini merujuk pada klausa. Ada empat jenis kalimat berdasarkan jumlah bagian yang dimilikinya:

1. Kalimat Tunggal: Ini adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa tunggal. Contohnya, "Saya makan." Kalimat tunggal sering disebut juga sebagai kalimat simpleks.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat: Kalimat ini terdiri dari dua klausa atau lebih yang saling berkaitan secara hierarkis. Contoh: "Saya makan karena lapar." Pada kalimat ini, klausa "saya makan" adalah klausa utama, sedangkan "karena lapar" adalah klausa anak.

3. Kalimat Majemuk Setara: Dalam kalimat ini, dua klausa atau lebih memiliki kedudukan yang setara atau sama pentingnya. Contoh: "Saya makan dan adik belajar." Pada kalimat ini, klausa "saya makan" dan "adik belajar" memiliki kedudukan yang sama sebagai dua pernyataan terpisah yang digabungkan dalam satu kalimat.

4. Kalimat Majemuk Kompleks: Ini adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih, di mana salah satu klausa merupakan klausa induk dan klausa lainnya merupakan klausa anak. Contohnya, "Saya makan karena lapar dan adik belajar."

Dalam kalimat ini, klausa "saya makan karena lapar" adalah klausa induk, sementara "adik belajar" adalah klausa anak.Kalimat majemuk bertingkat juga dapat diatur ulang, dengan klausa anak ditempatkan di depan klausa induk dan dipisahkan oleh tanda baca, seperti koma. Contoh: "Karena lapar, saya makan."

Berdasarkan Predikat

Kalimat juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis predikatnya, yaitu apakah predikat tersebut berbentuk verba (kata kerja) atau frasa verbal, atau predikatnya berupa kata sifat, kata benda, atau kata bilangan. Berikut adalah lima jenis kalimat berdasarkan predikatnya:

1. Kalimat Verbal: Predikatnya berupa verba atau frasa verbal. Contoh: "Dia bekerja."

2. Kalimat Adjektival: Predikatnya berupa kata sifat. Contoh: "Dia pintar."Kalimat Nominal: Predikatnya berupa kata benda. Contoh: "Dia guru."

3. Kalimat Numeral: Predikatnya berupa kata bilangan. Contoh: "Anaknya banyak."

4. Kalimat Preposisional: Predikatnya berupa frasa preposisional, yang terdiri dari gabungan kata yang diawali oleh kata depan atau preposisi. Contoh: "Dia ke pasar."

Berdasarkan Kandungan

Kalimat juga dapat dikelompokkan berdasarkan kandungannya, yaitu apakah kalimat tersebut menyampaikan berita, pertanyaan, perintah, atau seruan. Berikut adalah empat jenis kalimat berdasarkan kandungannya:

1. Kalimat Berita (Deklaratif): Kalimat ini berfungsi untuk menyampaikan berita atau deklarasi. Contoh: "Ia pergi."

2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif): Kalimat ini mengajukan pertanyaan dan memerlukan jawaban. Contoh: "Siapa yang pergi?"

3. Kalimat Perintah (Imperatif): Kalimat ini memberikan perintah atau instruksi. Contoh: "Pergi kau dari sini!"

4. Kalimat Seru (Ekslamatif): Kalimat ini mengekspresikan perasaan kagum, keterkejutan, atau emosi lainnya. Contoh: "Wah, enaknya kau bisa pergi!"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya