Liputan6.com, Jakarta Scarface adalah film kejahatan Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 1983. Film ini disutradarai oleh Brian De Palma dan ditulis oleh Oliver Stone. Film ini merupakan remake dari film tahun 1932 dengan judul yang sama, di mana mengisahkan kehidupan Tony Montana (Al Pacino), seorang imigran Kuba yang datang ke Miami untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Scarface dikenal karena penggambaran yang realistis dan brutal terhadap dunia kejahatan. Film ini menggambarkan kehidupan yang penuh dengan ambisi, kekerasan dan kekuasaan. Cerita yang kuat disertai dengan adegan-adegan action yang mendebarkan, membuat film ini menjadi salah satu karya terbaik dalam genre kejahatan.
Dengan akting fenomenal Al Pacino sebagi Tony Montana dan gaya narasi yang kuat, Scarface telah menjadi salah satu film klasik yang tak terlupakan dalam sejarah perfilman Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Scarface juga menjadi ikonik berkat penggambaran visualnya yang menarik. Kostum-kostum era tahun 80-an dan soundtrack yang menggelegar menjadi ciri khas dari film ini.
Advertisement
Berikut ini alur cerita dari film Scarface yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (22/5/2024).
Sinopsis Film Scarface
Pada Mei 1980, Kuba tengah mengalami krisis ekonomi yang parah. Dalam situasi tersebut, Fidel Castro memutuskan untuk membuka gerbang pelabuhan Mariel agar warganya dapat mengungsi ke negara lain hingga mereka mendapatkan izin tinggal. Akibatnya, sekitar 125.000 penduduk Kuba tiba di Florida, dengan 25.000 di antaranya memiliki catatan kriminal. Jumlah ini cukup signifikan dan berpotensi menimbulkan berbagai masalah keamanan. Tony Montana bersama tiga temannya, Manny Ribera, Ray Angel, dan Chi Chi, mendapat misi dari seorang kriminal kelas atas bernama Frank Lopez. Mereka ditugaskan untuk membunuh seorang jenderal dengan imbalan berupa kartu hijau yang memungkinkan mereka tinggal secara legal di Amerika Serikat. Sementara itu, untuk menyambung hidup, Tony dan teman-temannya bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran kecil di Florida.
Namun, Tony merasa bahwa ia datang ke Amerika dengan tujuan yang lebih besar daripada sekadar bekerja serabutan. Ia pun menerima tugas dari Omar Suarez, tangan kanan Frank, untuk melakukan transaksi kokain dengan pengedar asal Kolombia. Sayangnya, transaksi tersebut berakhir buruk; Angel terbunuh, sementara Manny dan Chi Chi berhasil menyelamatkan Tony setelah membunuh geng Kolombia. Merasa dijebak oleh Omar, Tony mengembalikan uang serta membawa sejumlah kokain kepada Frank. Saat bertemu dengan Frank, Tony tertarik pada Elvira Hancock, wanita simpanan Frank. Frank kemudian merekrut Tony dan Manny sebagai bagian dari organisasinya. Tony kembali ke rumahnya untuk bertemu dengan ibunya dan adiknya, Gina. Namun, ibunya menolak uang haram yang ditawarkan Tony.
Tony dan Omar diberi tugas oleh Frank untuk bertemu dengan anggota kartel kokain bernama Alejandro Sosa. Tony melakukan negosiasi dengan Sosa tanpa sepengetahuan Frank, yang membuat Omar sangat marah. Sosa menuduh Omar sebagai polisi yang menyamar, dan Omar akhirnya tewas digantung dari helikopter. Sosa setuju untuk bekerja sama dengan Tony dengan satu syarat: Tony tidak boleh berkhianat. Di Miami, Frank marah besar karena Omar menghilang, sementara Tony malah mengajukan harga tinggi untuk barang dari Sosa. Tony pun mulai beroperasi secara mandiri. Di sebuah klub malam, Bernstein, seorang polisi korup yang bekerja sama dengan Frank, mencoba memeras Tony. Sebagai gantinya, Bernstein akan melindungi bisnis Frank. Pada saat yang sama, Tony melihat adiknya, Gina, digerayangi oleh seorang pria. Tony menghajar pria tersebut, namun di tengah keributan, ada yang mencoba membunuh Tony. Tony berhasil lolos meski terluka.
Tony kemudian menghadapi Frank dan Bernstein, menuduh mereka sebagai otak di balik upaya pembunuhan tersebut. Setelah ditodong dengan senjata, Frank mengakui perbuatannya. Tony dan Manny pun membunuh Frank dan Bernstein. Setelah kematian Frank, Tony bebas mendekati Elvira dan akhirnya menikahinya. Tony juga menjadi distributor utama kokain buatan Sosa. Bisnis yang semakin berkembang membuat Tony bergelimang harta, dan ia membangun sebuah rumah mewah lengkap dengan sistem keamanan canggih untuk melindungi dirinya dari musuh-musuh potensial. Pada tahun 1983, pemerintah Amerika mencurigai Tony melakukan penggelapan pajak, dan ia terancam hukuman penjara. Sosa menawarkan solusi agar Tony tidak dipenjara dengan syarat Tony harus membunuh seorang aktivis yang berusaha mengungkap bisnis Sosa ke publik. Saat makan malam, Tony menuduh Manny sebagai penyebab utama kecurigaan pemerintah terhadap dirinya.
Tony kemudian pergi ke New York untuk melaksanakan misi pembunuhan tersebut, ditemani oleh Shadow, orang suruhan Sosa. Mereka menempelkan bom di mobil sang aktivis. Namun, ketika sang aktivis datang bersama istri dan anaknya, Tony tidak tega dan malah membunuh Shadow sebelum bom tersebut meledak. Tindakan ini membuat Sosa merasa sangat marah dan menganggap Tony telah berkhianat. Dengan situasi yang semakin rumit, Tony harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya, baik dari pihak pemerintah maupun dari jaringan kriminal yang pernah bekerja sama dengannya
Advertisement
Visualisasi dan Performa Al Pacino
Keberhasilan film Scarface dalam menjadi ikon budaya pop terletak pada kemampuannya, untuk menangkap dan menggambarkan hasrat manusia secara mendalam. Karakter utama Tony Montana, adalah cerminan dari ambisi yang diinginkan banyak orang. Ia menginginkan bisnis yang menghasilkan keuntungan besar, rumah mewah, mobil mahal, serta istri yang cantik. Hal-hal inilah yang mendorongnya menjadi sosok ambisius yang berani melanggar norma dan mengambil risiko besar demi mencapai keinginannya.
Pemilihan Al Pacino sebagai Tony Montana adalah keputusan yang sangat tepat. Pacino mengubah aksennya agar mirip dengan orang Kuba, menunjukkan emosi yang tidak stabil, serta melafalkan dialog dengan meyakinkan sehingga penonton benar-benar percaya bahwa ia adalah seseorang dengan ambisi yang sangat tinggi. Adegan-adegan ketika Tony ketakutan dan frustrasi dirundung masalah adalah beberapa bukti kuat dari kualitas akting aktor kelahiran New York tersebut. Al Pacino berhasil membawa kompleksitas karakter Tony Montana dengan sangat mengesankan.
Scarface juga menyajikan visualisasi yang menawan. Dari segi sinematografi, pengambilan angle kamera dilakukan dengan sangat baik. Ketika adegan kekerasan terjadi, kamera benar-benar menyorot bagaimana para karakter bertarung, sehingga adegan-adegan tersebut terasa sangat intens dan nyata. Penggunaan kamera yang cerdas ini meningkatkan intensitas dan memberikan pengalaman menonton yang mendalam bagi penonton. Scarface dianggap sebagai cult film karena mampu menyajikan cerita yang menarik selama 170 menit, lengkap dengan adegan-adegan khas film mafia yang mendebarkan. Sebagai salah satu karya ikonik dari tahun 80-an, film ini adalah tontonan wajib yang setidaknya harus ditonton sekali seumur hidup.