Negara yang Dijuluki Macan Asia, Indonesia Salah Satunya

Negara Macan Asia berhasil menarik perhatian dunia internasional dengan pencapaian ekonomi mereka yang luar biasa.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 22 Mei 2024, 11:25 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 11:25 WIB
Ilustrasi ekonomi
Ilustrasi ekonomi. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Negara Macan Asia berhasil menarik perhatian dunia internasional dengan pertumbuhan ekonomi sangat pesat pada periode 1980-an hingga awal 1990-an. Negara-negara tersebut adalah Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. Julukan ini menggarisbawahi kemampuan mereka dalam mencapai transformasi ekonomi yang cepat dan signifikan, yang langkah-langkahnya sudah dimulai sejak akhir 1960-an.

Keempat negara Macan Asia berhasil menarik perhatian dunia internasional dengan pencapaian ekonomi mereka yang luar biasa. Mereka berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui industrialisasi yang cepat, adopsi teknologi canggih, dan kebijakan perdagangan yang efektif. Kesuksesan mereka sering dijadikan contoh bagaimana negara berkembang dapat mencapai kemajuan ekonomi yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat.

Selain keempat negara tersebut, Indonesia juga mendapat julukan sebagai 'New Asian Tiger' atau 'Macan Asia Baru' pada awal 1990-an. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut mencerminkan pola yang serupa dengan Macan Asia lainnya, dengan peningkatan dalam berbagai sektor ekonomi dan perindustrian yang cepat. Meskipun keempat negara ini mencapai kesuksesan yang luar biasa, mereka tidak terlepas dari tantangan dan kerentanan. 

Seperti saat Krisis Keuangan Asia 1997-1998 yang mengakibatkan kejatuhan nilai mata uang, melemahkan sektor keuangan, dan menyebabkan resesi ekonomi negara-negara Macan Asia. berikut ulasan lebih lanjut tentang begara-negara yang dijuluki Macan Asia, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (22/5/2024).

Munculnya Julukan Macan Asia

Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)

Istilah Macan Asia merujuk pada sekelompok negara di Asia Timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan signifikan sejak akhir 1960-an hingga 1990-an. Negara-negara yang awalnya mendapatkan julukan ini adalah Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. Istilah ini pertama kali muncul pada dekade 1980-an dan semakin populer pada 1990-an karena prestasi ekonomi yang luar biasa dari keempat negara tersebut. 

Negara Macan Asia menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, tingkat ekspor yang tinggi, serta perkembangan industri yang pesat, sehingga menjadi salah satu perekonomian terkemuka di dunia. Negara-negara Macan Asia fokus pada ekspor barang-barang manufaktur dan komoditas, sering kali memanfaatkan tenaga kerja murah. Mereka mengembangkan industri seperti elektronik, tekstil, dan otomotif. Selain itu, beberapa dari mereka juga menjadi pusat pasar finansial yang penting.

Pemerintah di negara-negara ini juga menerapkan kebijakan strategis untuk mendorong industrialisasi, seperti investasi di bidang infrastruktur, pendidikan, dan teknologi. Mereka memberikan insentif bagi investasi asing dan industri berorientasi ekspor. Dengan tenaga kerja terampil dan etos kerja yang kuat, negara macan asia berhasil berhasil memaksimalkan produktivitas dengan efisien.

Stabilitas politik yang relatif di Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan turut mengambil peran dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perencanaan ekonomi dan investasi jangka panjang. Lokasi geografis yang strategis dari empat negara ini memfasilitasi perdagangan dan investasi, khususnya dengan negara-negara lain yang berkembang pesat di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

Pada awal dekade 1990-an, Indonesia juga mulai dimasukkan dalam kelompok "Macan Asia" dan mendapatkan julukan "New Asian Tiger" atau "Macan Asia Baru". Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan sejak pertengahan dekade 1980-an menjadi alasan utama di balik julukan ini.

Beberapa ekonom dan laporan lembaga internasional mengakui posisi Indonesia dalam kelompok ini. Dalam penelitian berjudul "The Historical Roots of Indonesia’s New Order: Beyond the Colonial Comparison" oleh Robert Cribb dari Australia National University, disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat di bawah pemerintahan Presiden Soeharto mengangkat negara ini dari jajaran negara-negara miskin menjadi Macan Asia yang baru lahir. 

Laporan-laporan dari IMF dan Asian Development Bank (ADB) juga menyebutkan bahwa meskipun laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak secepat empat negara "Macan Asia" lainnya, negara ini layak masuk dalam kelompok tersebut. Laporan IMF berjudul "Realizing Indonesia Economic Potential" dan laporan ADB "The East Asian Miracle" yang dipublikasikan pada 1993, sama-sama menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi dan kinerja ekonomi yang patut disejajarkan dengan Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.

Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Macan Asia

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Negara-negara yang mendapat julukan Macan Asia, yaitu Korea Selatan (Korsel), Taiwan, Singapura, Hong Kong, dan Indonesia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama beberapa dekade. Pertumbuhan ini ditandai dengan industrialisasi, kebijakan berorientasi ekspor, dan pembangunan infrastruktur yang signifikan, yang membawa negara-negara ini ke dalam jajaran negara maju.

1. Korea Selatan

Pada dekade 1980-an dan awal 1990-an, Korea Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) seringkali melebihi 7% per tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh industrialisasi yang cepat, strategi ekspor yang agresif, dan kebijakan pembangunan yang dipimpin pemerintah. 

Pada dekade 1980-an, pertumbuhan PDB tahunan Korsel seringkali melampaui 8% dan terkadang mencapai dua digit. Pencapaian ini mengubah negara ini dari ekonomi agraris menjadi salah satu negara industri terkemuka di dunia. 

Korea Selatan empat mengalami kontraksi ekonomi yang parah dengan penurunan PDB sekitar 6,7% pada 1998. Won Korea mengalami depresiasi tajam, kehilangan lebih dari separuh nilainya terhadap dolar AS, yang menyebabkan inflasi dan kebangkrutan di kalangan bisnis. Namun, negara ini berhasil bangkit dan menunjukkan kemajuan teknologi dan pembangunan yang kuat, menjadikannya sebagai salah satu kekuatan ekonomi global.

2. Hong Kong

Pada dekade 1980-an dan awal 1990-an, Hong Kong mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 5-10% per tahun. Perekonomian Hong Kong didorong oleh sektor keuangan dan jasa yang berkembang pesat, serta perannya sebagai pintu gerbang ke Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. 

Pada 1980-an, ekspor tekstil, elektronik, dan manufaktur lainnya berperan penting dalam perekonomian Hong Kong. Namun, pada awal 1990-an, meskipun masih kuat dengan pertumbuhan sekitar 4-6% per tahun, Hong Kong terkena dampak krisis keuangan Asia 1997 yang menyebabkan kontraksi ekonomi sementara dan penurunan PDB yang tajam.

3. Taiwan

Taiwan juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama dekade 1980-an hingga awal 1990-an, dengan rata-rata pertumbuhan PDB sekitar 6-8% per tahun. Industrialiasi yang pesat, terutama di bidang elektronik, semikonduktor, dan manufaktur mesin, membuat Taiwan menjadi pemimpin global dalam industri teknologi tinggi. 

Meskipun pada awal 1990-an pertumbuhan sedikit melambat menjadi sekitar 5-7%, Taiwan tetap mempertahankan posisinya sebagai salah satu Macan Asia. Kerangka peraturan yang kuat dan pengelolaan keuangan yang prudent membantu Taiwan mempertahankan stabilitas relatif dan pulih lebih cepat dibandingkan negara lain.

4. Singapura

Singapura mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat pada dekade 1980-an dan awal 1990-an dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 5-10% per tahun. Usaha untuk memperkuat posisi sebagai pusat perdagangan, keuangan, dan logistik regional menarik banyak perusahaan multinasional dan menciptakan lingkungan bisnis yang dinamis. 

Pada awal 1990-an, Singapura mengalami kontraksi ekonomi dengan pertumbuhan PDB turun menjadi sekitar 0-1% selama krisis. Penurunan permintaan ekspor dan tantangan di sektor keuangan berdampak signifikan, namun kebijakan pemerintah yang efektif membantu memitigasi beberapa risiko dan mendukung pemulihan yang relatif cepat.

5. Indonesia

Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an dengan rata-rata pertumbuhan PDB sekitar 5-8% per tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh industrialisasi berorientasi ekspor, investasi asing, dan proyek pembangunan yang dipimpin oleh pemerintah. 

Kebijakan pemerintah yang meliberalisasi perekonomian, menarik investasi asing, dan modernisasi infrastruktur berkontribusi terhadap ekspansi ekonomi Indonesia, menjadikannya sebagai "Macan Asia Baru". Namun, Indonesia kemudian menghadapi kesulitan ekonomi selama krisis keuangan Asia pada 1997-1998. Indonesia merupakan negara yang paling parah terdampak krisis, dengan PDB anjlok sekitar 13,1% pada 1998. Krisis menyebabkan kerusuhan sosial, pengangguran massal, dan ketidakstabilan politik, termasuk lengsernya Presiden Soeharto.

Negara-negara Macan Asia Versi IMF 2023

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Dalam laporan World Economic Outlook 2023 edisi April berjudul A Rock Recovery, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi pertumbuhan sejumlah negara emerging market di Asia. Laporan ini menunjukkan bahwa beberapa negara di kawasan ini diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada tahun ini. Berikut ulasan tentang negara-negara yang mendapat julukan Macan Asia versi IMF 2023

1. Filipina

Filipina diproyeksikan memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara-negara emerging market Asia. Ekonomi Filipina diperkirakan tumbuh sebesar 6% pada tahun 2023, meskipun ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 7,6% pada tahun sebelumnya. Revisi ini menunjukkan peningkatan optimisme dibandingkan proyeksi pada Januari 2023, yang memperkirakan pertumbuhan hanya 5%. Kepemimpinan Presiden Bongbong Marcos diharapkan mampu mendorong ekonomi melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi pertumbuhan.

2. India

India, negara dengan ekonomi terbesar kedua di kawasan ini, diperkirakan tumbuh 5,9% pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan 6,8% pada tahun sebelumnya dan juga lebih rendah dari proyeksi IMF pada Januari yang sebesar 6,1%. Perlambatan ini disebabkan oleh melemahnya konsumsi domestik, yang menjadi salah satu pendorong utama ekonomi India.

3. Vietnam

Vietnam diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% pada tahun 2023, turun drastis dari 8% pada tahun sebelumnya. Meski demikian, angka pertumbuhan ini masih menunjukkan potensi kuat Vietnam sebagai salah satu ekonomi paling dinamis di kawasan Asia. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi ekspor dan investasi.

4. China

Ekonomi China diproyeksikan tumbuh 5,8% pada tahun 2023, meningkat signifikan dari 3% pada tahun sebelumnya. Pembukaan kembali perbatasan dan pelonggaran kebijakan Covid diharapkan dapat mendorong konsumsi domestik yang lebih besar, menggantikan investasi sebagai pendorong utama pertumbuhan. China, sebagai motor utama penggerak ekonomi Asia Pasifik, diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi negara-negara yang memiliki hubungan ekspor dan industri pariwisata dengan China.

5. Indonesia

Indonesia diperkirakan tumbuh 5% pada tahun 2023, naik dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,8%. Ini menunjukkan optimisme terhadap perekonomian Indonesia yang didorong oleh kuatnya permintaan domestik dan peningkatan investasi asing. Dengan proyeksi ini, Indonesia tetap menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan Asia Tenggara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya