Pengusaha China, Jepang hingga Korea Selatan Masih Pede Ekonomi Global Tumbuh di 2024

Survei ini diikuti oleh para pemimpin bisnis dari total 275 perusahaan di ketiga negara.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Jan 2024, 16:47 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2024, 16:47 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana Gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan dipengaruhi oleh prospek ekonomi global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kini banyak eksekutif di Jepang, China, dan Korea Selatan yang optimis pada ekonomi global akan mengalami pertumbuhan moderat di tahun 2024 dibandingkan tahun lalu.

Hal itu diungkapkan dalam survei bersama terhadap para pemimpin bisnis yang dilakukan oleh Nikkei, Maeil Business Newspaper, dan Global Times China.

Meskipun terdapat peningkatan risiko geopolitik, para pemimpin perusahaan memperkirakan adanya pertumbuhan mendasar yang kuat.

Dikutip dari laman Nikkei, Jumat (19/1/2024) meski China tengah mengalami perlambatan, 67 persen responden dari negara itu optimis pada pertumbuhan ekonomi. Jumlah tersebut merupakan proporsi tertinggi di antara China dengan Jepang dan Korea Selatan.

Survei ini dilakukan mulai 7 Desember hingga 21 Desember, dan diikuti oleh para pemimpin bisnis dari total 275 perusahaan di ketiga negara.

Didukung oleh ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi global, sejumlah pimpinan perusahaan percaya bahwa lingkungan bisnis akan sedikit membaik pada perusahaan mereka dalam setahun ke depan,menurut survei tersebut.

Survei ketiga media internasional itu menunjukkan, hampir setengah dari ketiga negara tersebut mengatakan rencana belanja investasi modal mereka di 2024 akan sedikit atau bahkan sangat meningkat dari tahun sebelumnya.

Di sisi lain, masih ada kekhawatiran terhadap prospek perekonomian China.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Nikkei, Nikkei Asia, dan Nikkei QUICK News terhadap para ekonom yang berfokus pada China, perkiraan pertumbuhan rata-rata produk domestik bruto riil pada tahun 2024 mencapai 4,6 persen.

Hal itu karena krisis di sektor real estate China dan menurunnya belanja konsumen.

Ketika ditanya bagaimana perlambatan perekonomian China akan berdampak pada perusahaan mereka, 75,8 persen pemimpin bisnis Jepang dan 60,4 persen pemimpin bisnis Korea Selatan mengungkapkan hal ini berisiko "menurunkan keuntungan."

Melambatnya perekonomian China juga dikhawatirkan akan berdampak besar pada perusahaan Jepang dan Korea Selatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pandangan pada Ketegangan AS-China

Serunya Keliling Kota Shenzhen dengan Bus Wisata
uah bus wisata terlihat di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan (22/10/2020). Shenzhen pada Kamis (22/10) meluncurkan tiga jalur bus wisata bagi wisatawan, yang masing-masing menampilkan budaya, teknologi, dan pemandangan malam kota tersebut. (Xinhua/Mao Siqian)

Pada tahun 2024 akan digelar pemilu di sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat dan Rusia, yang akan mempengaruhi urusan global.

Hal ini meningkatkan ketidakpastian, namun survei tersebut mengungkapkan perbedaan antara ketiga negara mengenai dampak ketegangan AS-China.

Sekitar 75 persen pemimpin bisnis di Jepang dan Korea Selatan menyebut pemilihan presiden Amerika Serikat sebagai peristiwa paling penting pada tahun 2024.

Namun hanya 22 persen yang berpandang demikian di China, dengan respons teratas, sebesar 47 persen adalah meningkatnya tren regulasi global terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar, termasuk raksasa Google dan Apple.


Persepsi pada Hubungan AS-China

Momen Joe Biden dan Xi Jinping Bertemu Empat Mata Jelang KTT G20
Presiden AS Joe Biden berfoto dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, di Bali, Senin (14/11/2022). Joe Biden dan Xi Jinping bersama dengan kepala negara yang hadir di G20 akan membahas kondisi global mulai dari isu ekonomi, politik hingga kesehatan dunia. (AP/Alex Brandon)

Ditemukan juga, para pemimpin bisnis Jepang berbeda dengan rekan-rekan mereka di China dan Korea Selatan dalam hal hubungan AS-China di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden.

Di Jepang, 58 persen berpendapat hubungan telah membaik dibandingkan ketika Donald Trump menjadi presiden.

Sementara itu, hanya 33 persen yang berpendapat demikian di China, dan hanya 33,7 persen di Korea Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya