Liputan6.com, Jakarta Beberapa konglomerat asal Indonesia berhasil masuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia versi Forbes, sebuah pencapaian yang membanggakan. Sebagai informasi, Forbes memiliki daftar susunan miliarder dari seluruh dunia yang diperbarui setiap saat sesuai dengan perubahan harta kekayaan mereka, sehingga daftar ini selalu mencerminkan kondisi kekayaan terkini para konglomerat global.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dalam daftar terbaru tersebut, terdapat empat nama konglomerat Indonesia yang berhasil masuk ke jajaran orang paling kaya di seluruh dunia. Menariknya, tiga dari mereka memiliki kekayaan yang bersumber dari industri batu bara, sementara satu orang memperoleh kekayaannya dari industri manufaktur. Hal ini menunjukkan kekuatan sektor-sektor tersebut dalam mendorong individu-individu ini menuju puncak kesuksesan finansial global.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai daftar orang kaya baru di Indonesia versi Forbes yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (21/6/2024).
1. R. Budi & Michael Hartono
Mengutip dari laman resmi Indonesia 50's Richest versi Forbes, kekayaan dua kakak beradik, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono, tetap menempati posisi nomor satu di Tanah Air. Robert Budi Hartono tercatat memiliki total kekayaan sebesar US$25,6 miliar atau setara dengan Rp403,84 triliun (dengan kurs Rp15.775 per US$1). Sementara itu, Michael Hartono memiliki total kekayaan sebesar US$24,5 miliar atau setara dengan Rp386,48 triliun, menjadikan mereka sebagai duo terkaya di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Robert dan Michael Hartono merupakan putra dari Oei Wie Gwan, pendiri perusahaan rokok kretek Djarum. Grup Djarum mulai melebarkan sayapnya pada tahun 1972 dengan melakukan ekspor dan beralih ke produksi menggunakan mesin pada tahun 1981, yang mengantarkan mereka menjadi perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Beberapa produk Djarum yang dikenal luas oleh masyarakat antara lain Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Super, hingga Djarum Black, yang semuanya turut berkontribusi besar pada kekayaan keluarga Hartono.
Namun, sumber kekayaan Duo Hartono tidak hanya berasal dari bisnis rokok. Mereka juga memperoleh pendapatan signifikan dari investasi, terutama sebagai pemegang saham pengendali di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melalui PT Dwimuria Investama Andalan, yang menguasai 54,94% saham BBCA hingga laporan keuangan kuartal IV 2023.
Dwimuria sendiri dimiliki oleh Robert Budi Hartono sebesar 51% dan Michael Bambang Hartono sebesar 49%. Kenaikan harga saham BBCA yang mencapai 27.815,71% hingga perdagangan Rabu, 31 Januari 2024, di level 9.550 per saham, semakin memperkokoh posisi mereka sebagai konglomerat terkemuka di Indonesia.
2. Eddy Sugianto
Eddy Sugianto berada di posisi ke-32 dalam daftar orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$ 1,27 miliar, berkat kontribusinya yang besar dalam industri batu bara. Dia adalah pendiri grup tambang batu bara Mandiri dan menjabat sebagai Presiden Komisaris Prima Andalan Mandiri, perusahaan yang didirikan pada tahun 2005.
Keluarga Eddy memiliki sekitar 70% saham perusahaan ini baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perusahaan induk Edika Agung Mandiri dan Prima Andalan Utama. Pada tahun 2011, Prima Andalan Mandiri mengakuisisi beberapa perusahaan penting, termasuk penambang batubara Mandiri Intiperkasa, kontraktor batubara Mandala Karya Prima, dan perusahaan pelayaran batubara Maritim Prima Mandiri.
Dengan kontrak batu bara yang diperoleh pada tahun 1994 untuk area seluas 50.000 hektar di Kalimantan Utara, Mandiri Intiperkasa mulai berproduksi pada tahun 2004 dan sejak itu menjual batubara dengan merek Mandiri Coal. Prima Andalan Mandiri juga merupakan salah satu pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, mendapatkan keuntungan besar dari melonjaknya harga batu bara di pasar internasional.
Advertisement
3. Dewi Kam
Dewi Kam merupakan wanita terkaya di Indonesia dengan kekayaan yang mencapai US$ 4,2 miliar, menjadikannya tokoh penting dalam industri batu bara nasional. Kekayaannya sebagian besar berasal dari saham minoritas di Bayan Resources, sebuah perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 2022, saham Bayan Resources melonjak hingga tiga kali lipat akibat krisis energi global, yang secara signifikan meningkatkan nilai kekayaan Dewi Kam. Wanita berusia 72 tahun ini menduduki peringkat ke-659 dalam daftar orang terkaya dunia dan peringkat ke-21 di Indonesia.
Selain dari tambang batu bara, Dewi Kam juga memiliki kepentingan dalam pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik, yang menambah diversifikasi sumber kekayaannya. Kepemilikannya yang cerdas dalam sektor energi ini menjadikannya salah satu pengusaha wanita paling berpengaruh di Indonesia dan dunia.
4. Ghan Djoe Hiang
Ghan Djoe Hiang, istri mendiang taipan Indonesia Athanasius Tossin Suharya, dikenal karena kepemimpinannya dalam grup Baramulti, sebuah konglomerat yang bergerak di bidang pertambangan dan perdagangan batu bara. Meskipun harta kekayaannya turun US$ 13 juta, ia masih memiliki kekayaan mencapai US$ 1 miliar.
Suharya, yang meninggal pada tahun 2020 di usia 77 tahun, mendirikan grup Baramulti pada tahun 1971 dengan PT Ensicon Indonesia, sebuah perusahaan kontraktor umum, dan kemudian mendiversifikasi bisnisnya ke perdagangan batu bara pada tahun 1988. Baramulti Group saat ini memiliki 11 konsesi batu bara di Kalimantan dan Sumatera, menjadikannya salah satu pemain utama di industri pertambangan Indonesia.
Ghan Djoe Hiang menduduki peringkat ke-2.540 dalam daftar orang terkaya di dunia dan peringkat ke-41 di Indonesia. Keterlibatannya dalam bisnis keluarga yang terus berkembang menunjukkan dedikasi dan visi yang kuat dalam mengelola dan mempertahankan warisan bisnis yang signifikan.
5. Haryanto Tjiptodihardjo
Haryanto Tjiptodihardjo menjalankan Impack Pratama Industri, sebuah perusahaan terdaftar yang didirikan oleh ayahnya, Handojo, pada tahun 1981. Perusahaan ini, yang berkantor pusat di Jakarta, memproduksi berbagai bahan konstruksi berbasis polimer seperti atap, lantai, dan pipa, serta memiliki lokasi manufaktur di Australia, Malaysia, Selandia Baru, dan Vietnam.
Haryanto bergabung dengan perusahaan pada tahun 1986 setelah menyelesaikan gelar MBA dari Universitas Woodbury di Amerika Serikat. Dengan kekayaan mencapai US$ 1 miliar, ia menempati urutan ke-2.606 orang terkaya di dunia dan ke-45 di Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, Impack Pratama Industri telah berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam industri bahan konstruksi di kawasan Asia-Pasifik. Keberhasilannya dalam memperluas operasi internasional perusahaan mencerminkan kemampuannya dalam strategi bisnis dan manajemen yang efektif.