Liputan6.com, Jakarta Bullying atau perundungan adalah masalah serius yang berdampak besar pada kesehatan mental dan emosional anak-anak. Menurut data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2023 terdapat sekitar 3.800 kasus perundungan di indonesia, dengan hampir separuhnya terjadi di lembaga pendidikan.
Dari data tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa fenomena bullying di kalangan anak-anak telah menjadi masalah yang mendalam dan kompleks. Anak-anak dapat melakukan bullying karena berbagai alasan yang seringkali berkaitan dengan kebutuhan psikologis dan lingkungan mereka.Â
Baca Juga
Nah di artikel iini secara mendalam akan mengulas penyebab utama di balik perilaku bullying serta apa saja solusi efektif untuk mengatasi serta mencegahnya. Temukan tips dan langkah-langkah praktis untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi anak sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis (29/8/2024):
Advertisement
1. Penyebab Anak Membully
1. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh konflik atau kekerasan cenderung lebih mungkin terlibat dalam perilaku bullying. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan bahwa kekurangan kasih sayang dan ketidakstabilan emosional di rumah bisa memicu anak untuk menunjukkan dominasi di luar rumah sebagai bentuk kompensasi.
2. Kebutuhan Akan Kekuasaan dan Kontrol
Bagi beberapa anak, bullying bisa jadi cara untuk mendapatkan perhatian atau merasa berkuasa. American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa perilaku ini sering kali merupakan respons terhadap perasaan rendah diri atau ketidakmampuan dalam aspek lain dari kehidupan mereka.
3. Pengaruh Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh besar dalam perilaku anak. anak-anak mungkin membully untuk mendapatkan penerimaan dari kelompok mereka atau karena tekanan dari teman-teman sebayanya. National Bullying Prevention Center menyatakan bahwa pengaruh kelompok sebaya memainkan peran penting dalam pembentukan perilaku bullying.
4. Eksposur Terhadap Konten Negatif
Paparan terhadap kekerasan melalui media seperti film atau video game dapat memengaruhi perilaku anak. menurut American Academy of Pediatrics, anak-anak yang sering terpapar kekerasan dalam media cenderung lebih mungkin meniru perilaku tersebut dalam kehidupan nyata.
5. Masalah Psikologis dan Emosional
Anak-anak yang mengalami gangguan psikologis atau emosional seperti gangguan kecemasan atau depresi mungkin terlibat dalam perilaku bullying sebagai cara untuk mengatasi perasaan mereka. Child Mind Institute mencatat bahwa bullying bisa menjadi mekanisme pertahanan untuk anak-anak yang merasa tertekan atau tidak aman.
Â
Advertisement
2. Cara Menangani Bullying
1. Pendidikan dan Kesadaran
Pendidikan adalah langkah awal yang sangat penting dalam mengatasi bullying. meningkatkan kesadaran di kalangan anak-anak, orang tua, dan pendidik tentang dampak bullying dan pentingnya empati dapat membantu mencegah perilaku ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendidik siswa dan guru tentang bullying.
2. Penerapan Kebijakan Anti-Bullying di Sekolah
Sekolah harus memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan konsisten. kebijakan ini harus mencakup prosedur pelaporan, investigasi, dan tindakan disipliner untuk menangani kasus bullying. StopBullying.gov merekomendasikan adanya kebijakan yang melibatkan seluruh komunitas sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
3. Dukungan untuk Korban
Korban bullying memerlukan dukungan emosional dan psikologis yang memadai. orang tua, guru, dan konselor sekolah harus bekerja sama untuk memberikan dukungan kepada anak-anak yang menjadi korban bullying. National Institutes of Health (NIH) menyarankan terapi konseling dan dukungan kelompok sebagai cara efektif untuk membantu korban pulih dari dampak bullying.
4. Pelibatan Orang Tua dan Komunitas
Orang tua memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan bullying. komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak serta antara orang tua dan sekolah sangat penting. UNICEF menekankan bahwa komunitas juga memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman untuk anak-anak.
5. Mempromosikan Empati dan Keterampilan Sosial
Mengajarkan keterampilan sosial dan empati sejak usia dini dapat membantu mencegah perilaku bullying. program-program yang fokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional, seperti program pembelajaran sosial dan emosional (SEL), dapat memberikan anak-anak alat untuk berinteraksi dengan cara yang positif. Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) merekomendasikan implementasi program SEL di sekolah untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial anak.
Jadi, menangani bullying memerlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi antara keluarga, sekolah, dan komunitas. dengan memahami penyebabnya dan menerapkan langkah-langkah yang efektif, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung untuk anak-anak. mari kita tingkatkan kesadaran dan dukungan untuk mengatasi masalah bullying, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.Â