Liputan6.com, Jakarta - Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi perhatian serius karena dampaknya yang luas terhadap kesehatan. Banyak faktor berkontribusi, dan salah satu yang sering diabaikan adalah stres.
Baca Juga
Advertisement
Memahami bagaimana stres mempengaruhi tekanan darah tinggi sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, menjalani gaya hidup tidak sehat, atau memiliki kondisi medis tertentu.
Artikel ini akan mengupas tuntas kaitan stres dan tekanan darah tinggi mendadak, serta langkah-langkah pencegahan yang efektif. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (13/2/2025).
Benarkah Tekanan Darah Tinggi karena Stres?
Jawaban singkatnya, ya. Stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak. Namun, penting untuk memahami bahwa hipertensi, atau tekanan darah tinggi kronis, bukan hanya disebabkan oleh stres semata.
Melansir dari berbagai sumber kesehatan, stres memicu pelepasan hormon adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan darah meningkat. Peningkatan ini umumnya sementara dan kembali normal setelah situasi stres berlalu.
Akan tetapi, jika stres berkepanjangan atau sering terjadi, peningkatan tekanan darah berulang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi jangka panjang. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychosomatic Medicine dan Annals of Behavioral Medicine yang menunjukkan hubungan antara menahan emosi dan tekanan darah tinggi, meskipun belum dipastikan hubungan sebab-akibatnya.
Sebuah telaah klinis di jurnal Health Psychologies juga menyimpulkan bahwa individu yang menekan emosi berisiko lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi. Jadi, stres merupakan faktor risiko signifikan, khususnya jika dikombinasikan dengan faktor risiko lain dan respons tubuh yang tidak sehat terhadap stres. Pengelolaan stres yang baik sangat penting untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi karena stres.
Â
Advertisement
Hubungan Menahan Amarah dengan Tekanan Darah Tinggi
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine, terdapat korelasi signifikan antara menahan amarah dengan tekanan darah tinggi pada pria. Namun, korelasi ini belum terlihat jelas pada wanita. Ini menunjukkan bahwa respon tubuh terhadap stres dapat berbeda-beda tergantung pada faktor gender.
Lebih lanjut, penelitian lain yang dipublikasikan di Annals of Behavioral Medicine mendukung temuan ini, meskipun hubungan sebab-akibat masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan metode observasional, sehingga tidak dapat secara definitif membuktikan bahwa menahan amarah menyebabkan tekanan darah tinggi. Namun, temuan ini tetap memberikan indikasi penting tentang hubungan antara emosi tertekan dan tekanan darah.
Meskipun penelitian menunjukkan korelasi antara stres dan tekanan darah tinggi, penting untuk diingat bahwa ini bukan hubungan sebab-akibat yang mutlak. Banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap hipertensi, termasuk genetika, pola makan, dan gaya hidup. Stres dapat menjadi pemicu atau memperburuk kondisi yang sudah ada, tetapi bukan satu-satunya penyebab.
Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mempertimbangkan semua faktor risiko sangat penting dalam pencegahan dan pengelolaan tekanan darah tinggi. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.
Tekanan darah tinggi karena stres seringkali tidak menunjukkan gejala awal yang jelas. Banyak individu baru menyadari kondisi ini ketika sudah mengalami komplikasi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga hipertensi atau gaya hidup tidak sehat.
Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di masa mendatang. Perlu diingat bahwa tekanan darah dapat berfluktuasi sepanjang hari, dan faktor-faktor seperti aktivitas fisik dan emosi dapat memengaruhi angka tersebut.
Kesimpulannya, meskipun stres bukan satu-satunya penyebab tekanan darah tinggi, ia merupakan faktor risiko yang signifikan. Pengelolaan stres yang efektif, melalui teknik relaksasi, olahraga teratur, dan pola hidup sehat, sangat penting untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi karena stres dan komplikasi kesehatan lainnya. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Bagaimana Stres Memengaruhi Tekanan Darah Tinggi
Stres memicu respons fisiologis yang kompleks dalam tubuh. Ketika stres terjadi, tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Efek ini biasanya bersifat sementara, tetapi jika stres berlangsung lama atau sering terjadi, maka peningkatan tekanan darah berulang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi jangka panjang.
Melansir dari heartology.id, hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut "silent killer" karena gejalanya yang seringkali tidak disadari, namun berdampak serius pada kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Respons tubuh terhadap stres juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup. Individu yang merespons stres dengan kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol berlebihan, atau mengonsumsi makanan tidak sehat, meningkatkan risiko hipertensi. Ini karena kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat memperburuk dampak fisiologis stres pada sistem kardiovaskular.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dengan cara yang sehat dan menghindari perilaku yang dapat meningkatkan risiko kesehatan. Menjaga pola makan seimbang, berolahraga teratur, dan cukup istirahat sangat penting untuk mengurangi dampak negatif stres pada tekanan darah.
Dampak Jangka Panjangnya
Dampak jangka panjang tekanan darah tinggi yang dipengaruhi stres sangat serius. Tekanan darah tinggi kronis dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk jantung, otak, dan ginjal. Kerusakan ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan penyakit mata.
Melansir dari p2ptm.kemkes.go.id, tekanan darah tinggi meningkatkan risiko serangan jantung hingga empat kali lipat dan serangan jantung hingga dua kali lipat dibandingkan dengan tekanan darah normal. Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi pula risikonya.
Stres kronis dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam tubuh. Kadar kortisol yang tinggi secara terus-menerus dapat meningkatkan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas.
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk hipertensi. Oleh karena itu, mengelola stres secara efektif dapat membantu mencegah peningkatan berat badan dan mengurangi risiko hipertensi. Menggabungkan teknik relaksasi dengan gaya hidup sehat dapat membantu mengendalikan kadar kortisol dan tekanan darah.
Kesimpulannya, stres memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi tekanan darah tinggi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Respons fisiologis tubuh terhadap stres, dikombinasikan dengan gaya hidup dan faktor risiko lainnya, dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang signifikan, terutama jika stres bersifat kronis. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dengan baik untuk mengurangi risiko hipertensi jangka panjang dan komplikasi kesehatan lainnya.
Advertisement
Cara Mencegah Tekanan Darah Tinggi karena Stres
-
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga tekanan darah tetap normal. Melansir dari heartology.id, setidaknya 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang setiap minggu, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang, direkomendasikan. Olahraga meningkatkan efisiensi jantung dalam memompa darah dan membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, olahraga juga membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati, sehingga memberikan manfaat ganda dalam pencegahan tekanan darah tinggi karena stres.
Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, yang merupakan faktor risiko penting untuk hipertensi. Berat badan berlebih dapat membebani jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dengan menjaga berat badan yang sehat melalui olahraga dan pola makan seimbang, Anda dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi secara signifikan. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kebugaran untuk menentukan jenis dan intensitas olahraga yang tepat untuk kondisi Anda.
-
Pola Makan Sehat: Mengonsumsi makanan sehat sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Kurangi asupan garam, lemak jenuh, dan kolesterol. Perbanyak konsumsi buah, sayuran, dan biji-bijian utuh. Makanan kaya kalium, seperti pisang dan kentang, membantu menurunkan tekanan darah. Melansir dari heartology.id, diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) direkomendasikan karena terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Pola makan sehat juga membantu mengelola berat badan dan mengurangi stres. Makanan olahan, makanan cepat saji, dan minuman manis dapat meningkatkan stres dan risiko tekanan darah tinggi. Memilih makanan segar dan alami dapat membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko hipertensi. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk membuat rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan Anda.
-
Kelola Stres: Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres. Menyisihkan waktu untuk bersantai dan melakukan hobi juga efektif. Komunikasi yang baik juga penting untuk mengurangi stres dan mencegah tekanan darah tinggi. Mengatasi konflik dengan cara yang sehat dan konstruktif dapat membantu mengurangi dampak negatif stres pada kesehatan.
Cari cara sehat untuk mengatasi stres, seperti menghabiskan waktu di alam, mendengarkan musik, atau membaca buku. Hindari mekanisme koping yang tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol berlebihan, atau makan berlebihan. Jika Anda mengalami kesulitan mengelola stres, konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan dukungan dan panduan.
-
Tidur yang Cukup: Kurang tidur dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Usahakan tidur 7-8 jam per malam. Buat jadwal tidur yang teratur dan ciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang. Melansir dari berbagai sumber kesehatan, kualitas tidur sama pentingnya dengan durasi tidur.
Hindari kafein dan alkohol sebelum tidur. Matikan perangkat elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur. Buat rutinitas relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat atau membaca buku. Jika Anda mengalami kesulitan tidur, konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu penyebabnya dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
-
Hindari Merokok dan Alkohol: Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hentikan kebiasaan merokok dan batasi konsumsi alkohol sesuai pedoman kesehatan. Melansir dari heartology.id, nikotin dalam rokok merusak dinding arteri dan mempersempit pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah. Alkohol berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan kerusakan organ.
Cari dukungan untuk berhenti merokok jika Anda kesulitan. Batasi konsumsi alkohol sesuai pedoman kesehatan, yaitu tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas untuk pria. Konsultasikan dengan dokter atau konselor untuk mendapatkan bantuan dalam mengatasi kecanduan.
-
Pemeriksaan Rutin: Periksa tekanan darah secara teratur, setidaknya sekali setahun, atau lebih sering jika Anda memiliki faktor risiko tertentu. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi. Melansir dari berbagai sumber kesehatan, pemeriksaan rutin membantu mendeteksi perubahan tekanan darah sejak dini, sehingga intervensi dapat dilakukan segera.
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala tekanan darah tinggi, seperti sakit kepala, pusing, atau sesak napas. Dokter dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memberikan diagnosis yang tepat. Ikuti saran dokter untuk mengelola tekanan darah dan mencegah komplikasi.
-
Kelola Kondisi Medis: Jika Anda memiliki kondisi medis lain, seperti diabetes atau penyakit ginjal, penting untuk mengelola kondisi tersebut dengan baik. Kondisi-kondisi ini dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Melansir dari heartology.id, penyakit ginjal dan diabetes sering dikaitkan dengan hipertensi. Mengontrol kadar gula darah dan menjaga kesehatan ginjal sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Ikuti rencana perawatan yang diberikan oleh dokter Anda. Konsultasikan dengan dokter secara teratur untuk memantau kondisi Anda dan menyesuaikan rencana perawatan jika diperlukan. Dengan mengelola kondisi medis yang sudah ada, Anda dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan komplikasi lainnya.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)