Kumpulan Hadits tentang Sholat: Keutamaan, Tata Cara, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Muslim

Sholat merupakan tiang agama dalam Islam yang menduduki posisi istimewa dalam kehidupan seorang Muslim. Hadits-hadits Rasulullah SAW memberikan gambaran komprehensif tentang keutamaan, tata cara, dan manfaat sholat yang menjadi pedoman utama dalam pelaksanaan ibadah ini. Mari kita pelajari kumpulan hadits-hadits shahih tentang sholat yang dapat meningkatkan kualitas dan kekhusyukan ibadah kita.

oleh Mabruri Pudyas Salim Diperbarui 21 Mar 2025, 15:20 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 15:20 WIB
tata cara sholat lailatul qadar
tata cara sholat lailatul qadar ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Sholat adalah ibadah yang paling pokok dalam Islam. Sedemikian pentingnya ibadah ini sehingga disebut sebagai tiang agama yang membedakan antara Muslim dan non-Muslim. Dalam berbagai hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa sholat adalah ibadah pertama yang akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat dan merupakan kunci keselamatan bagi seorang Muslim.

Secara bahasa, sholat berarti doa. Sedangkan secara istilah, sholat merupakan serangkaian ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan rukun tertentu. Sholat bukan hanya ritualistik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam yang menghubungkan manusia dengan Penciptanya.

Memahami hadits-hadits tentang sholat sangat penting bagi setiap Muslim karena hadits merupakan sumber kedua setelah Al-Quran dalam ajaran Islam. Hadits tentang sholat memberikan petunjuk praktis dan terperinci mengenai cara melaksanakan sholat sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, serta memberikan motivasi spiritual melalui penjelasan tentang keutamaan dan manfaatnya.

Artikel ini mengumpulkan hadits shahih tentang sholat yang dikelompokkan berdasarkan tema-tema seperti kedudukan sholat dalam Islam, keutamaan sholat, waktu sholat, syarat sah sholat, tata cara sholat, dan perbedaan sholat laki-laki dan perempuan. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (21/3/2025).

Promosi 1

Hadits tentang Kedudukan Sholat dalam Islam

Sholat menduduki posisi tertinggi dalam ibadah Islam. Kedudukan istimewa ini dijelaskan dalam banyak hadits yang menunjukkan betapa pentingnya sholat bagi setiap Muslim.

Sholat sebagai Tiang Agama

Salah satu hadits yang paling terkenal tentang kedudukan sholat adalah hadits yang menyebutkan bahwa sholat adalah tiang agama. Rasulullah SAW bersabda:

الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّينَ، وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّينَ

"Sholat adalah tiang agama, barangsiapa mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu."

Hadits ini menggambarkan dengan jelas bahwa sholat ibarat tiang yang menopang sebuah bangunan. Tanpa adanya tiang yang kokoh, bangunan tersebut akan runtuh. Demikian pula dengan agama Islam, tanpa sholat, keimanan seseorang akan mudah goyah dan runtuh.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa sholat adalah pembeda antara Muslim dan kafir. Beliau bersabda:

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

"Pembeda antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan sholat." (HR. Muslim)

Sholat sebagai Amalan yang Paling Utama

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sholat adalah amalan yang paling utama. Beliau bersabda:

سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ: الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا. قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ: الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Apakah amalan yang paling afdhal (terbaik)?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Sholat pada waktunya.' Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu mengatakan, 'Lalu aku bertanya lagi, 'Lalu apa?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu mengatakan lagi, 'Lalu aku bertanya lagi, 'Lalu apa?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Jihad di jalan Allah.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa di antara semua amalan kebaikan, sholat pada waktunya menempati posisi tertinggi. Ini menegaskan betapa pentingnya sholat dalam kehidupan seorang Muslim.

Selain itu, sholat juga merupakan amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

"Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal hamba adalah sholat. Jika shalatnya baik ia benar-benar telah beruntung dan sukses. Dan jika shalatnya rusak benar-benar telah celaka dan merugi." (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa'i)

Sholat sebagai Kewajiban yang Tidak Boleh Ditinggalkan

Islam dengan tegas melarang meninggalkan sholat dengan sengaja. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW memberikan peringatan keras:

عَنْ أُمِّ أَيْمَنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَتْرُكِي الصَّلَاةَ مُتَعَمِّداً، فَإِنَّهُ مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّداً فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَهُ اللهِ وَرَسُولِهِ"

"Janganlah engkau meninggalkan sholat dengan sengaja, karena bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, maka berarti ia meninggalkan diri dari lindungan Allah dan Rasul-Nya." (HR. Ahmad)

Hadits ini menunjukkan bahwa meninggalkan sholat dengan sengaja bisa membuat seseorang terlepas dari lindungan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang merupakan ancaman yang sangat serius.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengaitkan meninggalkan sholat dengan kekufuran:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

"Perjanjian yang membedakan antara kita dan mereka (orang kafir) adalah sholat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir." (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah)

Hadits tentang Keutamaan Sholat

Ilustrasi sholat tasbih
Ilustrasi sholat tasbih (dok.Freepik)... Selengkapnya

Islam memberikan perhatian khusus terhadap ibadah sholat dengan menjelaskan berbagai keutamaannya yang luar biasa. Hadits-hadits berikut menunjukkan betapa besarnya nilai sholat di sisi Allah SWT.

Sholat sebagai Penghapus Dosa

Salah satu keutamaan sholat yang paling besar adalah kemampuannya menghapus dosa-dosa. Rasulullah SAW bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Sholat yang lima waktu, Jumat yang satu ke Jumat lainnya, Ramadhan yang satu ke Ramadhan lainnya, itu bisa menjadi penghapus dosa di antara keduanya selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa sholat lima waktu memiliki kemampuan untuk menghapus dosa-dosa kecil yang dilakukan di antara waktu sholat, dengan syarat pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menggunakan perumpamaan yang sangat indah untuk menggambarkan bagaimana sholat membersihkan dosa-dosa:

مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ

"Sholat (fardhu) yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir melimpah di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali." (HR. Muslim)

Ini menggambarkan bagaimana sholat lima waktu secara konsisten akan membersihkan dosa-dosa seseorang, seperti air sungai yang mengalir membersihkan kotoran dari tubuh.

Sholat sebagai Penyejuk Hati

Sholat bukan hanya ibadah ritualistik, tetapi juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi hati orang yang melaksanakannya. Rasulullah SAW bersabda:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

"Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam ibadah sholat." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

Hadits ini menunjukkan bahwa meskipun Rasulullah SAW mencintai hal-hal duniawi yang halal seperti wanita dan wewangian, namun kebahagiaan dan ketenangan sejati beliau dapatkan dalam sholat.

Dalam kondisi kesulitan, sholat juga menjadi sarana untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah: 45)

Menguatkan ayat ini, Rasulullah SAW ketika menghadapi kesulitan selalu berlindung kepada sholat. Hudzaifah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى

"Dahulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau mendirikan sholat." (HR. Abu Dawud)

Sholat sebagai Cahaya dan Perlindungan

Sholat akan menjadi cahaya bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

"Barangsiapa yang menjaga sholat lima waktu, maka sholat itu akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Dan pada hari kiamat, orang yang tidak menjaga sholatnya itu akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR. Ahmad)

Hadits ini menekankan pentingnya menjaga sholat lima waktu, yang akan menjadi cahaya dan penyelamat pada hari kiamat. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga sholatnya akan dikumpulkan bersama orang-orang zalim pada hari kiamat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menyebutkan:

وَالصَّلاَةُ نُورٌ

"Sholat itu adalah cahaya." (HR. Muslim)

Sholat menjadi cahaya yang menerangi kehidupan seorang Muslim, membimbingnya ke jalan yang benar, dan memberikan kejelasan dalam menjalani kehidupan.

Sholat sebagai Pencegah Perbuatan Keji dan Mungkar

Sholat yang dilakukan dengan baik dan benar akan berdampak pada perilaku seseorang, mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut: 45)

Ayat ini dikuatkan oleh praktik Rasulullah SAW dan para sahabat yang menunjukkan bahwa sholat yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan akan membentuk kepribadian yang terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk.

Sholat yang dilakukan dengan baik akan menanamkan nilai-nilai ketaatan, ketertiban, kebersihan, kedisiplinan, dan kepedulian kepada sesama. Nilai-nilai ini secara alamiah akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar.

Hadits tentang Waktu Sholat

niat dan tata cara sholat tahajud
niat dan tata cara sholat tahajud ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Waktu pelaksanaan sholat memiliki aturan tersendiri yang telah ditetapkan melalui hadits-hadits Rasulullah SAW. Memahami waktu-waktu sholat merupakan hal yang sangat penting bagi setiap Muslim.

Penentuan Waktu Sholat

Rasulullah SAW telah menjelaskan secara detail tentang waktu-waktu sholat lima waktu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr:

وَقْتُ اَلظُّهْرِ إِذَا زَالَتْ اَلشَّمْسُ, وَكَانَ ظِلُّ اَلرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرْ اَلْعَصْرُ, وَوَقْتُ اَلْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ اَلشَّمْسُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبْ اَلشَّفَقُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اَللَّيْلِ اَلْأَوْسَطِ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ اَلْفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعْ اَلشَّمْسُ

"Waktu Dhuhur ialah jika matahari telah condong (ke barat) dan bayangan seseorang sama dengan tingginya selama waktu Ashar belum tiba, waktu Ashar masuk selama matahari belum menguning, waktu sholat Maghrib selama awan merah belum menghilang, waktu sholat Isya hingga tengah malam, dan waktu sholat Shubuh semenjak terbitnya fajar hingga matahari belum terbit." (HR. Muslim)

Hadits ini memberikan penjelasan lengkap tentang awal dan akhir waktu masing-masing sholat wajib. Seorang Muslim wajib memperhatikan waktu-waktu ini untuk memastikan sholatnya dilakukan pada waktunya.

Selain itu, terdapat juga hadits tentang larangan sholat di waktu-waktu terlarang. Rasulullah SAW bersabda:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ

"Tidak ada sholat setelah sholat Shubuh sampai matahari terbit, dan tidak ada sholat setelah sholat Ashar sampai matahari terbenam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menetapkan waktu-waktu tertentu di mana sholat nafilah (sunnah) tidak dianjurkan untuk dilakukan.

Keutamaan Sholat di Awal Waktu

Melaksanakan sholat di awal waktu memiliki keutamaan yang besar. Rasulullah SAW bersabda:

أَفْضَلُ اَلْأَعْمَالِ اَلصَّلَاةُ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا

"Perbuatan yang paling mulia ialah sholat pada awal waktunya." (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang bersegera dalam melaksanakan sholat ketika waktunya telah tiba, tidak menunda-nunda.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menegaskan bahwa sholat tepat waktu lebih disukai Allah daripada amalan-amalan lainnya:

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تعجيلُ الصَّلَاةِ لِأَوَّلِ وَقْتِهَا

"Sesungguhnya amal perbuatan yang paling disukai Allah ialah menyegerakan sholat pada awal waktunya." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya bersegera dalam melaksanakan sholat, yang merupakan tanda ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT.

Fleksibilitas Waktu Sholat dalam Kondisi Tertentu

Meskipun Islam menganjurkan sholat di awal waktu, namun tetap memberikan fleksibilitas dalam kondisi-kondisi tertentu. Dalam sebuah hadits, diriwayatkan:

وَالْعِشَاءَ أَحْيَانًا وَأَحْيَانًا: إِذَا رَآهُمْ اِجْتَمَعُوا عَجَّلَ, وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَئُوا أَخَّرَ, وَالصُّبْحَ: كَانَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّيهَا بِغَلَس

"Adakalanya beliau melakukan sholat Isya' pada awal waktunya dan adakalanya beliau melakukannya pada akhir waktunya. Jika melihat mereka telah berkumpul beliau segera melakukannya dan jika melihat mereka terlambat beliau mengakhirkannya, sedang mengenai sholat Shubuh biasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menunaikannya pada saat masih gelap." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan fleksibilitas waktu sholat, terutama untuk sholat Isya', yang bisa dilakukan di awal atau akhir waktu, tergantung pada kondisi jamaah.

Islam juga memberikan ketentuan tentang batas akhir untuk mendapatkan waktu sholat. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَدْرَكَ مِنْ اَلصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلِ أَنْ تَطْلُعَ اَلشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ اَلصُّبْحَ, وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ اَلْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ اَلشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ اَلْعَصْرَ

"Barangsiapa yang telah mengerjakan satu rakaat sholat Shubuh sebelum matahari terbit maka ia telah mendapatkan sholat Shubuh dan barangsiapa yang telah mengerjakan satu rakaat sholat Ashar sebelum matahari terbenam maka ia telah mendapatkan sholat Ashar." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa seseorang masih dianggap mendapatkan waktu sholat jika telah melaksanakan setidaknya satu rakaat sebelum waktu sholat berakhir.

Hadits tentang Syarat Sah Sholat

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows:... Selengkapnya

Sholat memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut dianggap sah. Hadits-hadits berikut menjelaskan tentang syarat-syarat tersebut.

Bersuci (Thaharah)

Thaharah atau bersuci merupakan syarat utama dalam sholat. Tanpa bersuci, sholat seseorang tidak diterima. Rasulullah SAW bersabda:

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

"Allah tidak menerima sholat salah seorang di antara kalian apabila dia berhadats hingga dia berwudhu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa bersuci dengan wudhu adalah syarat mutlak agar sholat diterima oleh Allah SWT.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang harus dilakukan jika seseorang berhadats saat sholat:

إِذَا فَسَا أَحَدُكُمْ فِي اَلصَّلَاةِ فَلْيَنْصَرِفْ , وَلْيَتَوَضَّأْ , وَلْيُعِدْ اَلصَّلَاةَ

"Apabila seseorang di antara kamu kentut dalam sholat, maka hendaknya ia membatalkan sholat, berwudlu, dan mengulangi sholatnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan bahwa jika seseorang berhadats (seperti kentut) saat sholat, maka ia harus membatalkan sholatnya, berwudhu kembali, dan mengulangi sholatnya dari awal.

Menutup aurat juga merupakan syarat sah sholat. Aurat laki-laki dalam sholat adalah dari pusar hingga lutut, sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Rasulullah SAW bersabda:

لَا يَقْبَلُ اَللَّهُ صَلَاةَ حَائِضٍ إِلَّا بِخِمَارٍ

"Allah tidak akan menerima sholat seorang perempuan yang telah haid (telah baligh) kecuali dengan memakai kudung." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa wanita yang sudah baligh wajib memakai kerudung saat melaksanakan sholat. Tanpa kerudung, sholat tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Untuk laki-laki, Rasulullah SAW memberikan petunjuk tentang bagaimana menggunakan pakaian saat sholat:

إِنْ كَانَ اَلثَّوْبُ وَاسِعًا فَالْتَحِفْ بِهِ فَخَالِفْ بَيْنَ طَرَفَيْهِ وَإِنْ كَانَ ضَيِّقًا فَاتَّزِرْ بِهِ

"Apabila kain itu lebar maka berkudunglah dengannya (dalam sholat). Maka selempangkanlah di antara dua ujungnya dan apabila sempit maka bersarunglah dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat (Ka'bah) merupakan syarat sah sholat. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَلَّى صَلَاتَنَا وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا فَذَلِكُمْ الْمُسْلِمُ

"Barang siapa salat seperti salat kami dan menghadap ke kiblat kami (ka'bah) dan makan sembelihan kami, maka dia adalah Muslim" (HR An-Nasai)

Hadits ini menunjukkan bahwa menghadap kiblat (Ka'bah) merupakan bagian dari identitas seorang Muslim dalam sholatnya. Dalam kondisi normal, sholat tidak sah jika tidak menghadap kiblat.

Namun, terdapat pengecualian dalam kondisi tertentu, seperti saat seseorang dalam perjalanan atau dalam keadaan takut (perang). Allah berfirman:

فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا

"Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka sholatlah sambil berjalan atau berkendaraan." (QS. Al-Baqarah: 239)

Menjauhi Najis dan Tempat-tempat Terlarang

Sholat harus dilakukan di tempat yang suci dari najis dan tidak pada tempat-tempat yang dilarang. Rasulullah SAW bersabda:

نَهَى اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُصَلَّى فِي سَبْعِ مَوَاطِنَ: اَلْمَزْبَلَةِ, وَالْمَجْزَرَةِ, وَالْمَقْبَرَةِ, وَقَارِعَةِ اَلطَّرِيقِ, وَالْحَمَّامِ, وَمَعَاطِنِ اَلْإِبِلِ, وَفَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ اَللَّهِ

"Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang untuk sholat di tujuh tempat: tempat sampah, tempat penyembelihan hewan, pekuburan, tengah jalan, kamar mandi/WC, kandang unta, dan di atas Ka'bah." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa ada tempat-tempat tertentu di mana sholat tidak boleh dilakukan, seperti di tempat sampah, rumah potong hewan, kuburan, di tengah jalan, kamar mandi, kandang unta, dan di atas Ka'bah.

Selain tempat, kebersihan dari najis juga sangat penting dalam sholat. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya kebersihan dari najis pada pakaian, tempat sholat, dan tubuh orang yang sholat. Beliau bersabda:

تَنَزَّهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ

"Bersihkanlah diri kalian dari air kencing, karena kebanyakan siksa kubur berasal darinya." (HR. Ad-Daraquthni)

Hadits tentang Tata Cara Sholat

Ilustrasi Sholat. ©2021 Merdeka.com/pexels-michael-burrows
Ilustrasi Sholat. ©2021 Merdeka.com/pexels-michael-burrows... Selengkapnya

Tata cara sholat harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan petunjuk yang sangat jelas dan lengkap tentang bagaimana melaksanakan sholat dengan benar.

Niat dan Takbiratul Ihram

Sholat dimulai dengan niat di dalam hati dan mengucapkan takbiratul ihram. Imam Syafi'i, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, berkata:

كَانَ الشَّافِعِي إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْخُلَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ: بِسْمِ اللهِ مُوَجِّهًا لِبَيْتِ اللهِ مُؤَدِّيًا لِفَرْضِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ

"Imam Syafi'i ketika akan masuk dalam Shalat beliau mengucapkan: 'Bismillah Aku menghadap ke Baitullah, menunaikkan kewajiban kepada Allah. Allahu Akbar.'" (Ibnu Al-Muqri, Al-Mu'jam: 317)

Hadits yang menunjukkan pentingnya niat dalam segala amal termasuk sholat adalah:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Sesungguhnya semua amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan tentang takbiratul ihram, Rasulullah SAW bersabda:

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

"Kunci sholat adalah bersuci, pembuka (haramnya hal-hal di luar sholat) adalah takbir, dan penutupnya (menghalalkan kembali hal-hal di luar sholat) adalah salam." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Posisi Tangan dan Bacaan saat Berdiri

Setelah takbiratul ihram, tangan diletakkan dalam posisi sedekap. Wail bin Hujr meriwayatkan:

صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، ووضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره

"Aku shalat bersama Nabi. Nabi meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya, di dadanya." (HR Ibnu Khuzaimah)

Setelah itu, dibaca doa iftitah. Salah satu doa iftitah yang diajarkan Rasulullah SAW adalah:

وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَّرَ اَلسَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ، اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَلْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ...

"Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikian itu yang diperintahkan kepadaku dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah Engkaulah raja, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah Tuhanku dan aku hamba-Mu..." (HR. Muslim)

Kemudian membaca surat Al-Fatihah yang merupakan rukun sholat. Rasulullah SAW bersabda:

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

"Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam membaca Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca basmallah di awalnya, sebagaimana diriwayatkan:

صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ: بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ

"Aku pernah sembahyang di belakang Abu Hurairah r.a. Dia membaca bismillaahir-rahmaanirrahiim, kemudian membaca al-fatihah." (HR. Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah)

Ruku' dan I'tidal

Setelah membaca Al-Fatihah dan surat lainnya, dilanjutkan dengan ruku'. Rasulullah SAW mengajarkan cara ruku' yang benar:

إِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرِهِ

"Bila ruku' beliau menekankan kedua tangannya pada kedua lututnya kemudian meratakan punggungnya." (HR. Bukhari)

Saat ruku', dianjurkan membaca tasbih:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya." (HR. Abu Dawud)

Tasbih ini dibaca minimal satu kali, dan lebih baik jika dibaca tiga kali atau lebih.

Setelah ruku', dilanjutkan dengan i'tidal (berdiri tegak). Saat i'tidal, dianjurkan membaca:

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اَلْحَمْدُ مِلْءَ اَلسَّمَوَاتِ وَمِلْءَ اَلْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ اَلثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ اَلْعَبْدُ - وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ - اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا اَلْجَدِّ مِنْكَ اَلْجَدُّ

"Ya Allah Tuhan kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik puji dan kemuliaan segala yang diucapkan oleh hamba. Kami semua menghambakan diri pada-Mu. Ya Allah tidak ada yang kuasa menolak apa yang Engkau cegah dan tidak bermanfaat keagungan bagi yang memiliki keagungan karena keagungan itu dari Engkau juga." (HR. Muslim)

Sujud dan Duduk antara Dua Sujud

Setelah i'tidal, dilanjutkan dengan sujud. Dalam sujud, terdapat tujuh anggota tubuh yang menyentuh lantai. Rasulullah SAW bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى اَلْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ، وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ اَلْقَدَمَيْنِ

"Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang pada dahi. Beliau menunjuk dengan tangannya pada hidungnya, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki." (HR. Bukhari dan Muslim)

Saat sujud, dianjurkan membaca tasbih:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya." (HR. Abu Dawud)

Setelah sujud pertama, dilanjutkan dengan duduk di antara dua sujud. Saat duduk di antara dua sujud, dianjurkan membaca:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

"Ya Allah ampuni saya, kasihani saya, tutup aib saya, berilah saya hidayah, berilah saya rezeki." (HR. Tirmidzi)

Atau bisa juga membaca doa:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي

"Ya Allah ampuni saya, kasihani saya, tutup aib saya, berilah saya hidayah, berilah saya rezeki, angkatlah derajat saya." (HR. Ahmad)

Tasyahud dan Salam

Setelah menyelesaikan raka'at pertama, kedua, ketiga, dan keempat (tergantung jumlah raka'at sholat), dilanjutkan dengan tasyahud. Tasyahud dibagi menjadi dua, yaitu tasyahud awal (dilakukan setelah duduk pada raka'at kedua) dan tasyahud akhir (dilakukan pada raka'at terakhir).

Bacaan tasyahud yang diajarkan Rasulullah SAW adalah:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ للهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

"Segala penghormatan yang diberkahi, shalawat yang baik adalah bagi Allah. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR. Muslim)

Setelah tasyahud, dianjurkan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

"Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim, dan berilah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada keluarga Ibrahim di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung." (HR. Muslim)

Setelah tasyahud dan shalawat, dianjurkan untuk berdoa sebelum salam. Rasulullah SAW mengajarkan beberapa doa yang bisa dibaca sebelum salam, seperti:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." (HR. Muslim)

Sholat diakhiri dengan salam ke kanan dan ke kiri:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

"Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepada kalian." (HR. Muslim)

Hadits tentang Perbedaan Sholat Laki-laki dan Perempuan

Islam mengajarkan adanya beberapa perbedaan antara sholat laki-laki dan perempuan, terutama dalam hal posisi dan gerakan tertentu.

Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah dalam posisi sujud. Bagi laki-laki, dianjurkan untuk merenggangkan kedua lengan, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Buhainah:

أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ، حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبِطَيْهِ

"Bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila sholat dan sujud merenggangkan kedua tangannya sehingga tampak putih kedua ketiaknya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan bagi wanita, dianjurkan untuk merapatkan anggota tubuh ketika sujud. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا سَجَدْتُمَا فَضُمَّا بَعْضَ اللَّحْمِ إِلَى الأَرْضِ، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ لَيْسَتْ فِى ذَلِكَ كَالرَّجُلِ

"Jika kalian sujud maka rapatkan tubuh. Sebab wanita tidak sama dengan laki-laki." (HR. al-Baihaqi)

Hadits ini menunjukkan bahwa wanita sebaiknya merapatkan anggota tubuhnya saat sujud, berbeda dengan laki-laki yang merenggangkan lengannya.

Selain dalam posisi sujud, terdapat juga perbedaan dalam gerakan-gerakan lainnya. Misalnya, dalam takbiratul ihram, laki-laki mengangkat tangan hingga sejajar dengan pundak atau telinga, sedangkan wanita cukup mengangkat tangan sejajar dengan dada. Demikian juga dalam posisi duduk, wanita dianjurkan untuk duduk dengan menarik kedua kaki ke arah samping kanan, berbeda dengan laki-laki yang menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri.

Perbedaan-perbedaan ini tidak mengurangi nilai ibadah, tetapi justru menunjukkan keindahan ajaran Islam yang memperhatikan perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan.

Hadits-hadits tentang sholat memberikan gambaran komprehensif tentang keistimewaan, tata cara, dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam ibadah paling utama ini. Dari kedudukan sholat sebagai tiang agama, keutamaannya sebagai penghapus dosa, hingga petunjuk detail mengenai pelaksanaannya, seluruh aspek sholat telah dijelaskan dengan sempurna oleh Rasulullah SAW. Memahami dan mengamalkan hadits-hadits ini akan membantu kita menyempurnakan sholat, sehingga tidak hanya sekedar ritual fisik, tetapi juga menjadi sarana penghubung spiritual dengan Allah SWT.

Menjaga sholat lima waktu merupakan kunci keselamatan di dunia dan akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits, sholat akan menjadi cahaya, bukti, dan penyelamat bagi pelakunya pada hari kiamat. Oleh karena itu, marilah kita terus memperbaiki kualitas sholat kita dengan mempelajari dan mengamalkan hadits-hadits Rasulullah SAW, sehingga sholat yang kita lakukan benar-benar dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, memurnikan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya