Dino Patti Djalal Kritisi Minimnya Kereta Api Antar-Daerah

Ini kata mantan Duta Besar RI untuk AS itu mengkritisi minimnya kereta api di Indonesia.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 01 Apr 2014, 07:45 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2014, 07:45 WIB
 Dino Patti Djalal Kritisi Minimnya Kereta Api di Indonesia
Dino Patti Djalal (BlackBerry/Silvanus Alvin)

Liputan6.com, Jakarta - Dino Patti Djalal dijadwalkan untuk memberikan kuliah umum di depan pemilih muda, di SMA Al-Irsyad dan Universitas Padjajaran, Bandung. Dari Jakarta menuju Bandung, Dino yang sekaligus dalam rangka kampanye itu, berangkat naik kereta api pagi.

Pada kesempatan tersebut, pria mantan Duta Besar RI untuk AS itu mengkritisi minimnya kereta api di Indonesia.

"Saya heran tidak adanya kereta antar-provinsi, kecuali jalur Palembang-Lampung. Setelah sekian tahun merdeka, ini kurang baik," ujar Capres Konvensi Partai Demokrat Dino Patti Djalal, di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (1/4/2014).

Menurut Dino, agak lebih banyak kereta untuk dimiliki pula di daerah-daerah lain di Indonesia. Sebab, salah satu kegunaannya adalah mampu meningkatkan ekonomi.

"Salah satu faktor melambungnya harga-harga barang, karena kurangnya distribusi. Coba dari tahun 1950 sampai 1960 dicicil jalur keretanya, maka di Sumatera dan Sulawesi sudah lengkap dan penuh, bisa berdampak ke distribusi. Dampak kereta api luar biasa," imbuhnya.

Dampak sederhana yang paling terasa, sambungnya, adalah dampak kereta api ke industri pariwisata. Masyarakat saat ini, lanjut Dino, ingin transportasi ke tempat pariwisata dengan waktu tempuh yang tak terlalu lama.

"Tourism bisa tinggi kalau jalannya baik. Kalau mulus pasti dari Jakarta banyak yang mau traveling keliling Jawa Barat naik kereta," jelas Dino.

Atas dasar itu, mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat ini pun menjanjikan pembangunan kereta di Sulawesi dan Sumatera bila dirinya terpilih jadi presiden.

"Karena di sana belum ada transportasi kereta inter provinsi," pungkas Dino.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya