Salami Rakyat dan Tebar Senyum, Prabowo Bisa Kalahkan Jokowi?

Menurut pakar komunikasi politik Hendri Satrio, peluang mengalahkan capres yang katanya paling populer pun masih sangat mungkin terjadi.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 16 Apr 2014, 17:53 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2014, 17:53 WIB
Prabowo Subianto_20140404

Liputan6.com, Jakarta - Semua calon presiden (capres) pasca-Pemilu Legislatif 9 April 2014 kembali ke titik nol. Beberapa kandidat presiden yang diusung dianggap masih belum ada yang bisa dipastikan menang. Peluang mengalahkan capres yang katanya paling populer pun masih sangat mungkin terjadi.

Hal tersebut disampaikan pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio saat diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (16/4/2014).

Menurut Hendri, fenomena pemimpin yang sedang disukai saat ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan sifat kerakyatan. Mau turun ke lapangan, terlihat bekerja di tengah masyarakat, tebar senyum dan mau foto bersama sudah cukup mengambil hati masyarakat kita. Masyarakat, imbuh Hendri, sudah mengesampingkan visi misi dan isi otak si pemimpin.

"Nah itu ada di sosok capres PDIP Jokowi (Joko Widodo), dia melakukan itu. Isi kepala dan visi misi nomor kesekian," urai Hendri.

Lantaran itulah, menurut Hendri, semua capres sangat mudah melakukan hal tersebut. Apalagi Jokowi, sambung Hendri, sudah kembali dari titik nol. Gaya Jokowi tersebut, imbuh Hendri, bisa dipakai oleh capres lain untuk bisa mengalahkan Gubernur DKI Jakarta itu, termasuk capres dari Gerindra, Prabowo Subianto. Menurutnya, saat ini, tren Prabowo semakin hari semakin meningkat.

"Jadi Prabowo cukup turun dari kuda, terus mau salaman ke rakyat dan mau foto bersama bisa kalahkan Jokowi. Prabowo kurang senyum aja. Nah, cukup sering tebar senyum itu bisa lebih populer dari Jokowi," ujar Hendri.

Hendri menyebutkan, cara seperti itu juga pernah dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat akhir-akhir kampanye terbuka Partai Demokrat. Saat itu SBY mau turun dari panggung dan menyalami semua masyarakat yang hadir.

"Kalau dulu kan isi kepala (capres) nomor satu, makanya dipakai isu SBY itu doktor, sedangkan Megawati (Soekarnoputri) hanya lulusan SMA. Sekarang tidak laku," tandas Hendri. (Yus Ariyanto)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya