Sayap Partai Desak PPP Keluar dari Koalisi Prabowo-Hatta

Mereka menilai, sebagai partai yang kurang mendapat suara pada Pileg lalu, sebaiknya PPP tak menjadi oposisi pemerintahan Jokowi-JK.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 22 Agu 2014, 16:43 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2014, 16:43 WIB
Profil PPP

Liputan6.com, Jakarta - Sayap Partai Pembangunan dan Persatuan (PPP), Gerakan Pemuda Kabah meminta agar partai pimpinan Suryadharma Ali itu keluar dari Koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta.

Mereka menilai, sebagai partai yang kurang mendapat suara pada Pileg lalu, sebaiknya PPP tak menjadi oposisi pemerintahan Jokowi-JK. Menyusul keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta pada 21 Agustus 2014 kemarin.

"Sekarang saja PPP dalam pemerintahan suaranya tidak memuaskan. Bagaimana kalau jadi oposisi, masya Allah, maka silakan PPP merapat ke presiden terpilih," ujar Ketua Umum Gerakan Pemuda Kabah Syahril Agamas di Jakarta, Jumat (22/8/2014).

"Kami selaku sayap partai, dari awal sebelum pencoblosan Jokowi-JK, kami sudah deklarasi dukung Jokowi-JK. Alhamdulillah sudah diumumkan MK menang," tambah dia.

Syahril menilai, masuknya PPP dalam koalisi permanen Merah Putih dinilai kurang wajar. Padahal, menurut dia, politik itu dinamis dan bisa berubah-ubah tergantung situasi serta kondisinya.

"Kami sayap partai imbau soal koalisi permanen, itu sebetulnya bisa berubah-ubah, ini politik. Permanen apanya yang permanen. Ini politik, jadi kalau Gerakan Pemuda Kabah imbau PPP silakan mencairkan permanen koalisi dengan Prabowo dan merapat ke Jokowi," ucap dia.

"Pintu Jokowi tetap tetap terbuka. Jokowi juga akan menerima dengan lapang dada," imbuh Syahril.

Syahril juga melihat saat Pileg lalu saja, suara PPP kurang signifikan. Posisinya kala itu menjadi bagian dalam pemerintahan Presiden SBY. Ia pun mempertanyakan peluang PPP di masa datang bila jadi oposisi. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya