Liputan6.com, Cilegon - Ada banyak cara dan tradisi untuk melewatkan malam Ramadan. Seperti yang dilakukan anak-anak di Banten ini. Mereka memiliki tradisi sendiri dengan permainannya.
Menjelang malam, puluhan bocah dari dua desa di Banten, beramai-ramai memainkan petasan bambu. Petasan tradisional anak kampung, yang biasanya dimainkan saat malam Ramadan ini lebih murah daripada membeli petasan yang banyak dijual di pinggir jalan.
Bocah-bocah ini berasal dari Kampung Kroweng, Desa Kebondalem dan Kampung Wates Telu, Desa Kotabumi. Mereka memainkan petasan bambu di halaman belakang Masjid Safinatul Mutaqqin.
"Bikin sendiri, rame-rame sama temen-temen ini saja," kata Irul (8), saat sedang bermain petasan bambu kepada Liputan6.com, di Serang.
Petasan ini dibuat dari bambu yang dilubangi di bagian dalamnya, dengan panjang sekitar satu meter atau lebih. Di bagian ujung bambu terdapat lubang, sebagai penyulut sumbu.
"Ada yang pakai minyak tanah, ada yang pakai karbit. Kalau karbit, dibungkus sama kain, terus dikasih air," kata Ijat, sambil menyulut sumbu.
Sebelum disulut di lubang kecil itu, di bagian ujung bawah bambu ditutup, untuk menampung uap karbit atau minyak tanah. Bahan bakar karbit tentu suaranya lebih nyaring ketimbang minyak tanah.
"Suaranya yang kenceng dari karbit nya ini. Kalau lama di pampet (tutup) nya, makin kenceng suaranya," jelas bocah 15 tahun itu. Begitulah keceriaan anak-anak di Banten menghabiskan malam Ramadan. (Rmn/Nrm)