Rumah, Ruang Kebersamaan Saat Ramadan

Simak cerita salah satu pemenang lomba blog Ramadan di rumah yang unik ini.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 16 Jul 2015, 05:26 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2015, 05:26 WIB
Rumah, Ruang Kebersamaan Saat Ramadhan
Simak cerita salah satu pemenang lomba blog Ramadhan di Rumah yang unik ini

Citizen6, Jakarta - Rumah adalah tempat untuk pulang, jauh darinya membuatnya rindu
Teringat kisah yang terjalin menjadi satu
Rumah tak sekedar bangunan fisik belaka
Di dalamnya ada cinta, tatapan hangat dari orang-orang terdekat yang menerima kita apa adanya

Tulisan tersebut pernah saya posting di sosial media. Ketika haru menerpa ketika kami akan segera pindah ke rumah baru yang lebih nyaman. Rumah sebelumnya langganan banjir setiap musim hujan dan air laut pasang. Syukur kami panjatkan delapan tahun kemudian Tuhan memberi kesempatan agar kami sekeluarga mampu menikmati kebersamaan tanpa takut kebanjiran.

Ketika pindah di rumah yang kami tinggali saat ini lima tahun lalu Radit masih belajar berjalan, Rafi baru masuk SD tak terasa kini Radit sudah masuk MI (SD Islam) dan Rafi harus naik ke kelas enam. Banyak hal terjadi, kenangan manis maupun pahit. Tentang kata-kata pertama yang diucapkan Radit, tentang Rafi yang pernah terpaksa tinggal di rumah sendirian hingga Maghrib menjelang meski masih duduk di kelas dua SD karena mamanya masih bekerja.

Ah ya, sebelum resign hampir tiga tahun lalu saya adalah seorang karyawan swasta yang pontang-panting terutama saat Ramadan tiba. Tidak punya pembantu, jarak rumah-kantor 40 kilometer belum lagi jika terjebak kemacetan maka tak sempatlah memasak, menu berbuka puasa pun tergantung warung nasi andalan. Sahur? mie instan atau rawon murah meriah adalah menu utama. Sedih? Tidak juga karena hidup adalah pilihan dan pilihan saya saat itu adalah bekerja demi melunasi tagihan KPR.

Usai KPR lunas saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Menemani anak-anak di rumah adalah prioritas utama. Lagipula saya sudah terlalu lelah mengejar bus kota, terjebak kemacetan terutama selama Ramadan menambah kuatnya tekad untuk menjadi ibu rumahan 24 jam. Terasa sekali bedanya.

Kini saya bisa memantau anak-anak hampir 24 jam. Kebersamaan terutama saat Ramadan memberikan kesan campur-campur antara asem, manis, kecut dan asin. Asem kalau harus bersabar mendengarkan keluhan Rafi dan Raditya selama berpuasa. Oh ya, Radit kini enam tahun dan mulai belajar berpuasa hingga Maghrib.

Cerita selengkapnya, baca langsung di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya