Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang juga dokter yang mendalami neurosains Taruna Ikrar mengatakan manfaat puasa ternyata bermanfaat untuk kesehatan otak. Taruna mengungkapkan bahwa puasa bisa membuat neurotransmiter otak menjadi baik.
“Puasa dapat membuat otak mampu bekerja lebih prima, meningkatkan ketahanan mental, serta mengoptimalkan fungsi kognitif,” kata Taruna.
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa saat seseorang puasa maka akan memengaruhi otak dalam tiga aspek yakni:
Advertisement
1. Neurosinaptik, suatu kondisi ketika otak terlibat pembelajaran baru.
“Jika sebulan penuh berpuasa, struktur otak kita diarahkan untuk berlatih berpikiran positif, maka ini akan terbentuk, yang dulunya suka marah jadi sabar, itu baru sinaptik,” kata Taruna.
2. Neurogenesis, suatu proses regenerasi sel-sel saraf di otak untuk menggantikan sel-sel yang rusak/mati.
“Pada saat kita puasa, maka sel-sel otak yang jelek akan terjadi proses otofagi, melahirkan sel-sel baru, dan regenerasi sel lebih muda, maka otak kita lebih fresh dan lebih mudah ingat,” lanjut Taruna dalam Kultum Harian Ramadan (KURMA) di Masjid As-Salam Kantor BPOM, Jakarta (3/3/2025) dalam pernyataan tertulis.
3. Neurokompensasi
Saat seseorang makin tua maka plasitisitas otak akan menurun tapi dengan puasa maka akan melatih otak bekerja lebih baik.
“Saat puasa, kemampuan kompensasi otak kita semakin bagus. Dengan latihan [puasa], maka dia [otak] akan berupaya lebih baik melatih dirinya,” ujarnya.
Manfaat Psikologis Puasa Ramadhan
Dari sisi psikologis, Taruna mengungkapkan puasa dapat membentuk kepribadian yang lebih baik, memperkuat disiplin diri. Selain itu, puasa menjauhkan seseorang dari perbuatan yang bisa mencederai nilai ibadahnya.
Advertisement
Memaknai Ayat di Al-Baqarah
Dalam Kultum tersebut, Taruna menyinggung soal QS. Al-Baqarah:183. Tertulis bahwa kewajiban bagi orang-orang yang beriman untuk menunaikan ibadah puasa agar menjadi insan yang bertakwa.
Menurut Taruna, ayat ini sebagai panggilan untuk berpuasa dan menunjukkan bahwa puasa bukan sekadar ibadah. Puasa, kata Taruna, juga sarana untuk meningkatkan kualitas diri secara spiritual, mental, dan fisik.
"Berpuasalah untuk menjadi lebih sehat, lebih bagus, dan lebih terhormat. Tapi ending-nya, niat kita melakukan puasa Ramadan dalam persepsi kesehatan dan dalam persepsi neurosains memiliki manfaat yang sangat besar untuk terbentuknya pribadi-pribadi yang mulia, cerdas, dan bertaqwa, seperti tercantum dalam Al-Quran,” kata Taruna.
