Cuaca Panas Jadi Tantangan Petugas Layanan Transportasi Haji

Penyelenggaraan haji 1440H/2019M bertepatan dengan musim panas, dengan perkiraan suhu berkisar 40 sampai 50 derajat.

oleh Nurmayanti diperbarui 27 Jun 2019, 12:27 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2019, 12:27 WIB
Muhammad Ali/Liputan6.com
Cuaca panas hingga mencapai 41 derajat celcius membuat jemaah haji banyak minum (Muhammad Ali/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi cuaca di Arab Saudi akan menjadi tantangan bagi para jemaah haji Indonesia. Penyelenggaraan haji 1440H/2019M bertepatan dengan musim panas, dengan perkiraan suhu berkisar 40 sampai 50 derajat. 

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas layanan transportasi haji, utamanya layanan bus shalawat (bus pengantar jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram.

Para petugas harus bertugas di titik-titik pemberhentian bus yang tidak dilengkapi tempat berteduh, demi memberikan layanan kepada jemaah haji.

Berbeda dengan halte di Jakarta, tempat pemberhentian layanan transportasi di Makkah hanya berupa bendera Merah Putih. Panitia Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan 56 halte dan tiga terminal bus shalawat di Makkah.

“Mental petugas layanan transportasi haji tahun ini harus lebih kuat. Cuaca yang sangat panas, serta jumlah jemaah yang bertambah, menjadi tantangan petugas untuk memberikan layanan terbaik. Apalagi, jumlah petugas sama dengan tahun lalu,” jelas Sri Ilham, seperti dikutip Kamis (27/6/2019).

“Layanan bus shalawat akan diberikan kepada semua jemaah. Tahun sebelumnya, hanya 91 persen jemaah,” tambah dia.

Sri Ilham menambahkan, layanan bus ini akan dilakukan selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir akan tidak adanya bus. Hanya saja, untuk menghindari kepadatan, jemaah diimbau untuk berangkat ke Masjidil Haram lebih awal satu sampai dua jam sebelum waktu shalat.

“Begitu juga saat akan kembali ke hotel, diharapkan tidak bersamaan, tapi menunggu satu atau dua jam usai salat jemaah,” lanjutnya.

Selain shalawat, jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi juga mendapat layanan transportasi antar kota perhajian (Madinah – Makkah – Jeddah atau Jeddah – Makkah - Madinah) dan masyair (Arafah-Muszdalifah-Mina).

Sebagaimana shalawat, layanan antarkota perhajian dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sedang layanan transportasi Masyair dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi.

“Sebagai panduan petugas dan jemaah, PPIH Arab Saudi telah menerbitkan Buku Saku Layanan Transportasi,” ujarnya.

 

Langkah Kemenag Perbaiki Layanan Bimbingan Ibadah Jemaah Haji

Jemaah Haji Indonesia
Jemaah haji diperiksa barang bawaannya saat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. (MCH Indonesia/www.kemenag.go.id)

Kementerian Agama (Kemenag) terus memperbaiki layanan penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019H demi kenyamanan jemaah haji Indonesia. Perbaikan dan peningkatan  tidak hanya sebatas pada segi layanan fisik seperti fasilitas akomodasi, transportasi maupun konsumsi.

Pada tahun ini, Kemenag menerapkan sejumlah langkah guna melakukan peningkatan kualitas layanan bimbingan ibadah bagi jemaah haji. 

Kasubdit Bimbingan Jemaah Kemenag Arsyad Hidayat, mengatakan jika saat ini ironi di masyarakat banyak yang berasumsi kenaikan angka jemaah haji tidak sebanding dengan peningkatan kesalehan sosial.

Fakta juga menunjukkan kecenderungan jemaah haji yang masih mengabaikan hal-hal ibadah ketika berada di tanah suci. “Ini yang kemudian menjadi perhatian Kemenag sehingga kita melakukan beberapa langkah dalam perbaikan bimbingan jemaah,” ujar Arsyad, Rabu (26/6/2019).

Pertama, pada tahun ini Kemenag akan melakukan optimalisasi fungsi Ketua Rombongan (Karom) dan Kepala Regu (Karu) dalam satu kelompok terbang.

Dia mengakui saat ini kuota pembimbing ibadah haji yang dimiliki Kemenag masih sangat terbatas, sehingga tidak sedikit jemaah haji yang tidak dapat menyempurnakan ibadah hajinya karena keterbatasan pengetahuan dan takut tertinggal rombongannya.

“Dalam satu kelompok terbang, dengan jumlah jemaah sekitar empat ratus orang, hanya ada satu orang Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI),” ujarnya.

Melihat kondisi saat ini, pihaknya berharap akan meningkatkan pelayanan bimbingan dengan pemantapan manasik haji kepada jemaah yang berjumlah 12 – 45 orang dengan memberdayakan perangkat Regu dan Rombongan.

Dengan mengoptimalkan fungsi Karu dan Karom, pelaksanaan ibadah masing-masing jemaah haji dapat dimonitoring secara melekat. Selain itu untuk jemaah lansia, sakit dan risiko tinggi (risti) juga akan diberikan kemudahan dalam beribadah hajinya.

“Monitoring secara melekat terhadap pelaksanaan ibadah masing-masing jemaah haji serta pengenalan dan ajakan kepada jemaah lansia, sakit dan risti untuk menggunakan kemudahan dalam beribadah haji,” jelasnya.

Arsyad meminta, Karu dan karom dapat menjadi perpajang tangan dari petugas kloter dengan meneruskan informasi yang didapatkan dari petugas kloter agar langsung disampaikan kepada jemaah hajinya.

“Meneruskan Informasi dari Petugas Kloter untuk disampaikan kepada Jemaahnya,” tuturnya.

Saat berada di hotel, Arsyad juga meminta agar Karu dan Karom dapat membuka layanan konsultasi manasik yang bekerjasama dengan ketua rombongan atau pembimbing ibadah haji (TPIHI).

Tonton Video Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya