Liputan6.com, Jakarta Selama wabah Corona, banyak kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan umat muslim di dunia saat Ramadan, hilang.
Tak hanya kegiatan peribadatan seperti salat tarawih di masjid, bazar makanan cepat saji yang identik digelar ketika Ramadan pun kini harus ditiadakan.
Baca Juga
Hal ini sesuai dengan imbauan pemerintah terkait social distancing dan menghidari keramaian agar dapat memutus penyebaran Covid-19.Â
Advertisement
Namun, ada cara unik yang dilakukan masyarakat Malaysia untuk menjajakan dagangannya di tengah pandemi Covid-19.Â
Dilansir dari Reuters, Kamis, 30 April 2020, Pemerintah Malaysia telah memutuskan untuk menutup bazar Ramadan. Namun, hal itu tak membuat para penjual pasrah. Mereka mencari cara agar tetap berjualan meski bazar Ramadan ditutup.
Salah satu cerita didapatkan dari seorang penjual martabak daging yang sudah 15 tahun setiap bulan Ramadan selalu berjualan. Ketika bazar tersebut ditiadakan, Siti Zubaedah harus berjualan martabaknya secara online kepada pelanggan.
"Ini adalah pertama kalinya kami menjajakannya secara online. Oleh sebab itu, kami ingin memulai lebih awal agar para pelanggan bisa menghubungi kami," ungkapnya.
Sistem tersebut didukung oleh beberapa pihak penyedia layanan pemesanan makanan online.
Karena terbiasa menjajakan langsung kepada pelanggan, beberapa penjual mengaku kesulitan untuk menggunakan sistem baru tersebut
"Saat ini kita harus melakukan sedikit penyesuaian karena sebagian besar pedagang terbiasa berjualan di pinggir jalan. Beralih ke sistem online atau bertransaksi non-tunai akan menjadi sesuatu yang baru bagi mereka," jelas Rosli Sulaiman selaku Presiden Asosiasi Pedagang Melayu dan Pedagang Melayu Malaysia.
Tidak hanya andalkan pihak penyedia layanan pemesanan online saja, banyak penjual makanan yang langsung menjajakan makanannya di media sosial.Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Banyak Kerugian
Banyak penjual makanan yang merugi karena ditutupnya bazar Ramadan tersebut. Diperkirakan kerugian yang harus diterima para penjual adalah sekitar 50 juta ringgit atau Rp 176 miliar. Perhitungan tersebut dari sekitar 100.000 penjual.
"Ini akan menjadi pengalaman baru karena kondisi saat ini cukup sulit. Tetapi kita tidak punya pilihan," tambah Rosli.
Rencananya Pemerintah Malaysia tidak akan membuka bazar Ramadan tersebut sampai selesainya bulan Ramadan. Hal itu berkaitan dengan peraturan lockdown di Malaysia sampai pertengahan bulan Mei.
Â
Reporter:Â Denny Marhendri
Sumber: MerdekaÂ
Advertisement