Baju Muslim hingga Alat Pancing Paling Dicari Selama Ramadhan 2021

Dalam rangka bulan Ramadhan, produk fesyen muslim menjadi banyak yang cari dan dibeli masyarakat saat belanja onlie

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2021, 12:30 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2021, 12:30 WIB
Bulan Ramadhan, Perlengakapan Ibadah Mulai Ramai Diburu
Calon pembeli memilih perlengkapan ibadah di pasar Tanah Abang Jakarta, Sabtu (17/4/2021). Saat bulan Ramadhan, umat muslim ramai berbelanja perlengkapan ibadah seperti, tasbih, sajadah, peci dan baju muslim untuk dipergunakan saat beribadah di bulan suci. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Head of Business Development Akulaku Silvrr Indonesia, Yudhistira Luntungan mengatakan dalam rangka bulan Ramadhan, produk fesyen muslim menjadi banyak yang cari dan dibeli masyarakat saat belanja onlie, khususnya di platform digital Akulaku. Mulai dari pakaian, hijab hingga aksesoris pendukung seperti tasbih, jam tangan dan sepatu.

"Semua tahu, udah pasti fesyen menjadi yang paling tinggi penjualannya seperti baju muslim, baju koko, hijab dan yang pasti dilanjutkan dengan aksesoris muslim seperti tasbih dan lain-lain," kata Yudhistira dalam Webinar Liteasi Keuangan & Wirausaha Akulaku, Jakarta, seperti ditulis, Minggu (2/5/2021).

Setelah produk fesyen, penjualan banyang elektronik juga menunjukkan peningkatan. Ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat yang konsumtif saat menerima uang Tunjangan Hari raya (THR).

"Yang pasti di lebaran ini ada THR dan biasanya mereka lebih konsumtif seperti elektronik atau yang lainnya," kata dia.

Selain produk kategori fesyen, produk kategori hobi juga menjadi penjualan yang tinggi seperti alat pancing, helm dan yang lainnya.

"Ini juga kuda hitam yang bisa naik selain fesyen," ujarnya.

Saat ini, Yudhistira mengatakan sudah ada 120 ribu merchant yang bergabung di platform digital Akulaku. Pihaknya juga masih terus berupaya menambah merchant dengan merangkul pelaku UMKM dan para pemilik brand.

"Kita juga enggak menunggu, kita sentuh umkm buat join dan brand besar," kata dia.

Tujuannya untuk menghubungkan pelaku UMKM dengan pemilik brand dan menghasilkan kerja sama antar keduanya. Sehingga memudahkan konsumen untuk belanja online. "Menghubungkan UMKM dengan pemilik brand untuk jadi resller atau yang lainnya," kata dia mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Alasan Pelaku UMKM Perlu Jualan di E-Commerce

Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Pandemi Covid-19 menjadi momentum yang baik untuk pelaku usaha baru memulai bisnisnya. Caranya dengan membuka toko online di e-commece.

Alasannya, Head of Business Development Akulaku Silvrr Indonesia, Yudhistira Luntungan menilai memulai bisnis di masa pandemi bisa menekan belanja modal. Pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan dana untuk menyewa tempat dan biaya promosi untuk mendatangkan pelanggan.

"Kalau jualan offline ini bisa overheat cost untuk sewa tempat, biaya promosi untuk mendatangkan pelanggan," kata Yudhistira dalam Webinar Literasi Keuangan & Wirausaha Akulaku, Jakarta, Jumat (30/4).

Lewat membuka toko online, pedagang tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk sewa toko dan sebagainya. Sebaliknya dengan melapak online, pedagang sudah bisa menjangkau semua konsumen tak terbatas tempat.

Pelanggan yang berbelanja tidak hanya orang yang datang atau melintas di toko fisik. "Jadi bukan sekitaran toko mereka saja, sehingga membuat mereka lebih dikenal dan menjadi pemenang dalam menghadapi pandemi ini," kata dia.

Hal yang sama juga berlaku bagi pelaku UMKM yang sudah memiliki toko fisik. Kehadiran toko online di platform digital bisa menjadi akses lain mendatangkan pelanggan.

"Toko online ini bisa datangkan pelanggan luar jangkauan. Saya enggak bisa bilang tinggalkan toko offline tapi jadikan ini sebagai salah satu keuntungan tambahan merchant tersebut," kata dia.

Yudhistira mengatakan para pelapak online baru yang bergabung dengan Akulaku kerap mengalami peningkatan penjualan. Setidaknya hampir 30 persen per bulan ketika sudah berjualan di platform digital.

"Pengalaman saya pedagang di Akulaku ini bisa tambah pendapatan 20 persen hingga 30 persen per bulan di awal-awal join dengan kami," kata dia.

Terlebih, hasil riset United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menunjukkan terjadi peningkatan volume belanja di platform digital hingga 65 persen dalam satu tahun terakhir. Tren baru kebiasaan masyarakat ini harus ditangkap sebagai peluang.

Apalagi berbagai platform digital sudah banyak yang menawarkan pembelian produk dengan sistem bayar nanti atau payleter. Ini memungkinkan pembeli untuk mendapatkan barang yang diinginkan meskipun sedang tidak memiliki uang.

Fitur ini sangat membantu pedagang online karena produknya tetap bisa dibeli dan mendapatkan uangnya karena pembayaran ditanggung penyedia layanan. "Sudah ada fitur pay later jadi beli barang tanpa ditunda, jadi merchant ini tetap bisa laku cepat," kata dia.

Belum lagi platform digital memiliki banyak program promosi yang bisa mendatangkan pelanggan. Mulai dari promo bulanan, tahunan hingga akhir tahun.

"Selain itu kita punya promo bulanan, fitur-fitur lain yang bisa menambah penjualan merchant tersebut untuk menambah pelanggan," kata dia mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya