Ada Keberkahan Dalam Makan Sahur, Jika Dilewatkan Berisiko bagi Kesehatan

Melewatkan makan sahur ternyata berisiko bagi kesehatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2022, 06:15 WIB
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur. (Photo by Michael Burrows from Pexels)

 

Liputan6.com, Jakarta - Para ulama sepakat, makan sahur merupakan sunnah, sebagaimana disebutkan oleh Mimam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).

Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat, mengutip laman Muslim.or.id.

Sementara itu, melewatkan makan sahur ternyata berisiko bagi kesehatan. Ahli gizi masyarakat, Dr dr Tan Shot Yen mengungkapkan bahwa ketika orang tidak sahur atau melewatkan sahur, maka asupan kalorinya akan menjadi begitu kecil dan berisiko mengalami masalah metabolisme glukoneogenesis.

"Enggak sahur nih, baru makan lagi jam enam sore. Anda puasa 22 jam. Itu setengah mati perut enggak dapat makanan," ujar Tan dalam live streaming bersama Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.

Dalam kondisi tersebut, tubuh bisa masuk dalam masalah metabolisme glukoneogenesis dimana tubuh akan membutuhkan atau craving untuk gula darah.

Sementara gula darah sendiri dapat diperoleh dari makanan pokok yang mengandung karbohidrat. Seperti nasi putih, nasi merah, ubi, jagung, dan lain-lain.

Maka ketika asupan makanan tidak cukup atau puasa terlalu lama, tubuh akan mengambil cadangan gula darah dari organ lain seperti hati.

"Gula darah itu mesti didapatkan dari karbo ya, makanan pokok. Tapi kalau kita enggak cukup makan atau berpuasa terlalu lama, kelaparan," kata Tan.

"Maka supaya kita tetap waras, minimal bisa jalan maka gula darahnya diambil dari cadangan. Cadangannya dari mana? Cadangan pertama itu dari liver,"

"Liver-nya digaruk tuh. Lama-lama kalau dari liver sudah mulai susut, diambil dari organ-organ lain," tambahnya.

Itulah mengapa Tan menjelaskan, ada beberapa orang yang saat puasa justru berat badannya mengalami kenaikan. Mengingat seringkali ketika tidak sahur, seseorang malah menggantinya ketika berbuka puasa. 

 

Jangan Hilangkan Karbohidrat

Makanan pokok seperti nasi, kata Tan, merupakan komponen yang penting. Sehingga jangan menghilangkannya dari daftar makanan.

"Biasanya orang yang senang diet-diet itu kemudian menghilangkan makanan pokok. Nah ini yang enggak benar, makanan pokok itu enggak boleh dihilangin," ujar Tan.

Tan menjelaskan, saat menghilangkan makanan pokok dan hanya mengonsumsi lauk pauk serta sayur dan buah, hal tersebut bisa menjurus pada diet keto.

Kondisi tersebut juga mirip seperti orang yang tidak sahur. Ketika tidak sahur, kalori yang dikonsumsi menjadi begitu kecil dan tidak cukup untuk mendukung fungsi kerja tubuh.

"Jadi kalau sahur usahakan itu menunya lengkap. Ada makanan pokok, lauk. Jangan lupa sayur dan buah," kata Tan.

"Orang kalau sahurnya komplit itu insyaallah sampai dzuhur itu enggak bakalan lapar. Justru enggak bakal lapar, jadi jangan berpikir (makan) sayur dan buah itu rugi," Tan menuturkan.

Terlebih, sayur dan buah juga mengandung serat tinggi. Asupan yang kaya serat akan membantu pencernaan menjadi lebih baik dan melambat. 

Jenis Karbohidrat Selain Nasi

Makanan pokok berupa karbohidrat, menurut Tan, tak selalu harus berupa nasi. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, seseorang dapat mengonsumsi pengganti nasi seperti singkong, ubi, kentang, atau jagung. 

"Jangan lupa kamu harus punya makanan pokok. Makanan pokok itu tidak selalu nasi. Ada namanya jagung, kentang, singkong, ubi. Orang Indonesia Timur kita punya papeda," kata Tan.

Jika pun memilih mengonsumsi nasi, boleh menggunakan jenis nasi lain seperti nasi merah atau cokelat.

"Nasi juga tidak harus selalu nasi putih. Kalau kamu lagi nge-julid sama nasi putih, kita punya nasi merah, masih punya nasi coklat," tambahnya.

 

Hindari Gorengan

Tan mengungkapkan, usahakan juga lauk pauk yang dikonsumsi tidak merupakan goreng-gorengan. Namun, hal ini tidak berkaitan dengan harga minyak goreng yang sedang tinggi.

Proses menggoreng makanan akan membuat kandung lemak jadi tinggi. Makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat berpotensi menimbulkan masalah pencernaan sehingga mengganggu puasa.

"Usahakan lauknya itu tidak digoreng. Bukan karena minyak goreng lagi mahal. Tapi justru karena gorengan itu membuat pencernaan kamu jadi bermasalah," ujar Tan.

Terutama bagi pasien GERD, Tan menyarankan untuk tidak mengonsumsi goreng-gorengan. Serta, tidak langsung berbaring sesudah sahur karena dapat membuat GERD kambuh. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya