Sosok Raden Saleh, Cucu Rasulullah Pelukis Legendaris yang Enggan Disebut Habib

Raden Saleh populer dengan panggilan raden, sebagai tanda ningrat Jawa, dibanding menggunakan julukan sayid atau habib, yang menunjukkan bahwa dia masih keturunan atau cucu Rasulullah SAW

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2022, 10:30 WIB
20160510-Buku Raden Saleh-Jakarta-Gempur M Surya
Salah satu lukisan yang terdapat dalam Buku Raden Saleh: Awal Seni Lukis Modern Indonesia, Jakarta, Selasa (10/5/2016). (Liputan6.com/gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir-akhir ini, nama Raden Saleh cukup mengemuka, seturut ditayangkannya film 'Mencuri Raden Saleh', sebuah film bergenre 'heist'.

Bagi bangsa Indonesia, Raden Saleh bukan nama asing. Dia adalah maestro lukis masa kolonial, yang sukar dicari tandingannya, bahkan hingga hari ini.

Lahir di 1807, pemilik nama lengkap Raden Saleh Sjarif Bustaman adalah pelukis Indonesia keturunan Arab-Jawa pioner lukis seni modern Indonesia.

Ada yang janggal kenapa Raden Saleh lebih memilih gelar Raden. Pasalnya, pelukis ini merupakan keturunan Hadramaut, Yaman dan sosok sayid.

Sayid, dalam khazanah Islam nusantara merujuk pada keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan syarif, merupakan keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Lazimnya, seorang sayid, atau habib menonjolkan sisi sebagai cucu Rasulullah. Namun, berbeda, Raden Saleh memilih gelar Jawa, yakni Raden.

Meski terkesan menyembunyikan silsilahnya, Raden Saleh sejak muda sudah dihormati karena bakatnya. Pada masa dewasanya, dia adalah pelukis yang sangat disegani.

Beberapa lukisannya sangat legendaris. Di antaranya, Perburuan Banteng atau La Chasse au Taureau Sauvage (1855, The Wounded Lion (1839)3, The Lion Hunt (1840), dan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857).

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Menerima Gelar Ksatria Belanda, Austria dan Prusia

Penangkapan Pangeran Diponegoro versi Raden Saleh
Pangeran Diponegoro dalam lukisan Raden Saleh tampak menunjukkan air muka penuh amarah dan sikap menghina (Istimewa).

Raden Saleh dilahirkan di keluarga Jawa ningrat. Dia cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab.

Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia.

Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School). Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda.

Dikutip dari Jakarta.go.id, Raden Saleh mendapat beasiswa untuk belajar di negeri Belanda tahun 1829. Di sana ia berkenalan dengan kalangan ningrat dari banyak istana di Eropa, khususnya dengan Grojbherzog von Sachsen-Corburg-Gotha.

Raden Saleh juga menerima gelar ksatria Belanda, Austria dan Prusia.

Dialah pelukis Indonesia yang paling berbakat dan berhasil pada abad ke 19. Raden Saleh adalah pelukis Jawa pertama yang secara sistematis menggunakan cat minyak dan mengambil teknik-teknik Barat: realisme pada potret, pencarian gerak, perspektif dan komposisi berbentuk piramid dan sebagainya. Kini ia dikenal sebagai "bapak" ilmu seni lukis Indonesia.

Pada Jumat pagi 23 April 1880, dia jatuh sakit. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena pengendapan yang terjadi dekat jatungnya.

Pelukis ini meninggal di Bogor tahun 1880 dan dimakamkan di Jalan Bondongan (kini Jalan Pahlawan). Bersebelahan dengan makam istrinya RA Danurejo, putri dari Kesultanan Mataram.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya