Kisah Anak Kristiani Belajar Al-Qur’an di Kampung Kristen Bojonegoro

Perbedaan agama sejatinya bukan untuk memecah belah bangsa. Justru antarumat beragama harus hidup rukun, saling menghargai dan menghormati.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 17 Okt 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2022, 08:30 WIB
[Bintang] Ilustrasi umat beragama
Ilustrasi umat beragama. Foto: via penumbramag.com

Liputan6.com, Bojonegoro - Ada sejumlah agama dan kepercayaan yang diakui pemerintah Indonesia. Di antaranya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu.

Sejatinya kehidupan antarumat beragama di Indonesia begitu harmonis. Namun jika menengok ke belakang, banyak konflik yang terjadi bermula dari perbedaan agama.

Biarlah konflik yang bersumber karena beda agama itu berlalu. Ambil hikmah dan pelajarannya saja agar tidak terjadi di hari-hari kemudian.

Perbedaan agama sejatinya bukan untuk memecah belah bangsa. Justru antarumat beragama harus hidup rukun, saling menghargai dan menghormati atau toleransi.

Belajar kerukunan antarumat beragama bisa ke Dusun Kwangenrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Dusun ini dikenal dengan nama “Kampung Kristen”, sebab mayoritas penduduknya menganut agama Kristen.

Mengutip penelitian Ibnu Habibi dengan judul Implementasi Moderasi Beragama dalam Mencegah Faham Radikalisme dan Intoleran di Kampung Kristen Bojonegoro dari STIT Muhammadiyah Bojonegoro, di Kampung Kristen ini ada tiga agama yang hidup berdampingan, yakni Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Islam.

“Dalam  kampung  tersebut,  mereka bertempat tinggal dalam satu lingkup dan hidup  bersama dalam satu keluarga, bahkan dalam beberapa kepala keluarga memiliki   agama yang berbeda-beda,” tulisnya dikutip Minggu (16/10/2022).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Satu Atap Meski Beda Agama

[Bintang] Ilustrasi umat beragama
Ilustrasi pentingnya toleransi beragama. Foto: via tolerance.org

Mengutip NU Online, Rasmin merupakan tokoh agama Islam di Kwangenrejo yang telah menetap sejak tahun 1980. Ia memiliki istri yang awalnya beragama Kristen lalu pindah memeluk agama Islam. Sementara orangtuanya (mertua Rasmin) tetap Kristen, tapi mereka bisa tinggal satu atap dan hidup rukun meski beda agama.

“Ibu mertua saya Kristen, kami tinggal satu rumah ya tidak apa-apa,” cerita Rasmin.

Hal menarik lain ada anak yang orangtuanya Kristen tapi belajar membaca Al-Qur’an di musala. Kendati demikian, orangtua itu tetap mendukung anaknya belajar membaca Al-Qur’an.

Sebagai dukungannya, orangtua anak itu membelikan perangkat pembelajarannya.

Sikap tasamuh atau toleransi di Kampung Kristen Bojonegoro telah diterapkan oleh masyarakatnya. Meski berbeda keyakinan, tapi nyaris tidak ada konflik fisik antar pemeluknya.

Ini dapat menjadi contoh bagi kampung lain yang ada di Indonesia agar hidup berdampingan di tengah keragaman agama, termasuk juga suku dan budaya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya