Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes RS Pondok Indah – Puri Indah, M Ikhsan Mokoagow mengatakan, pasien diabetes boleh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Namun, tentunya ada syarat yang harus dipenuhi. Pasien diabetes harus memastikan kadar gula darahnya terkontrol sebelum melaksanakan puasa.
Baca Juga
Puasa juga diketahui mendatangkan sejumlah manfaat bagi pasien diabetes, diantaranya
Advertisement
1. Membantu menstabilkan kadar glukosa dalam darah
Diabetesi akan seperti 'dipaksa' menjalani pola makan yang lebih teratur dan terjaga dengan asupan kalori yang relatif sama ketika berpuasa Ramadhan. Hal ini akan membantu mengatur peningkatan kadar glukosa dan insulin tubuh.
2. Mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh
Ikhsan mengatakan, kadar kolesterol dapat terkontrol asalkan pasien diabetes bijak memilih makanan.
"Asalkan ketika sahur dan berbuka, pasien diabetes memilih makanan dengan bijak. Hindari makanan sahur dan takjil yang dimasak dengan teknik deep fried atau digoreng dengan minyak yang banyak," jelasnya.
3. Menurunkan tekanan darah
Manfaat puasa lainnya yang bisa dirasakan pasien diabates yakni tubuh akan mengurangi hormon tertentu seperti hormon adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Tubuh bakal mendaur ulang sel imun yang tidak diperlukan, utamanya sel-sel yang sudah rusak ketika seseorang menjalankan puasa Ramadhan. Dengan demikian sistem kekebalan tubuh akan diperbarui kembali.
Kelompok Risiko Diabetes
Selain memastikan kadar gula darah stabil, Ikhsan juga menyarankan pasien diabetes yang hendak berpuasa untuk mengetahui kondisinya ada pada kategori yang mana. Kategori ini akan menentukan apakah pasien diabetes aman jika menjalani puasa.Â
"Jika Anda penyandang diabetes dan ingin berpuasa, sebaiknya cek dulu apakah Anda termasuk dalam kategori pengelompokkan/stratifikasi risiko. Stratifikasi risiko merupakan aspek penting dari semua rekomendasi diabetes dan Ramadan," kata Ikhsan.
International Diabetes Federation dan Diabetes and Ramadan International Alliance (IDF-DAR) tahun 2021 membagi stratifikasi risiko berpuasa Ramadhan pada pengidap diabetes menjadi tiga tingkatan kategori, yaitu:
- Risiko tinggi, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi tidak aman
- Risiko sedang, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi kurang aman
- Risiko rendah, di mana ada kemungkinan berpuasa aman
Sistem penilaian ini dirancang dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap memengaruhi puasa.
Advertisement
Pasien Diabetes yang Sebaiknya Tidak Berpuasa
Pedoman stratifikasi risiko itu menunjukan perhitungan elemen risiko yang harus dinilai dan dihitung skornya. Skor yang didapatkan akan menentukan tingkat risiko keseluruhan bagi individu yang ingin berpuasa selama Ramadhan.
Pasien diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya jika:
- Kadar gula darah : 70 mg/dL
- Kadar gula darah : 300 mg/dL
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lainnya.
Ikhsan menyebut, pengalaman puasa seseorang bervariasi dan berpengaruh terhadap stratifikasi risiko.
"Pengalaman berpuasa Ramadhan seseorang dapat bervariasi setiap tahun, karena itu, stratifikasi risiko perlu diperbarui setiap tahunnya supaya dapat menjalani puasa dengan aman," kata Ikhsan.
"Jadi, apabila Anda termasuk dalam kategori yang tidak direkomendasikan dan tidak dianjurkan untuk berpuasa, ada baiknya untuk tidak memaksakan diri," dia menambahkan.
Â
Penulis: Ade NasihudinÂ
Â