Karomah Gus Dur, Sudah Wafat tapi Masih Bisa Santuni Anak Yatim Rp300 Juta per Bulan

Pendakwah muda nyentrik asal Kota Patria, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menyatakan kekagumannya akan sosok cucu KH Hasyim Asy’ari yakni Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2024, 14:20 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2024, 14:20 WIB
Gus Iqdam (SS: YT ABRI Media)
Gus Iqdam (SS: YT ABRI Media)

Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah muda nyentrik asal Kota Patria, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menyatakan kekagumannya akan sosok cucu KH Hasyim Asy’ari yakni Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Di sela-sela tausiyahnya di hadapan ribuan jemaah ST Nyell, pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah ini mengaku keinginannya untuk diakui sebagai salah satu santri pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan kakek Gus Dur ini.

Alumnus Ponpes Al-Falah Ploso, Kediri ini mengungkapkan bahwa sosok pendiri NU ini merupakan sosok waliyullah. Namun dalam tausiyahnya ia tidak mengulas lebih dalam perihal karomah-karomahnya.

“Mbah Hasyim itu waliyullah, tidak perlu membahas ampuhnya Mbah Hasyim, banyak sekali nanti pusing kamu,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Short @dakwahislami128, Senin (11/03/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Santunan Anak Yatim Rp300 Juta per Bulan

Gu Iqdam berpeci putih
Gus Iqdam Pendiri Majelis Sabilu Taubah Blitar, Jawa Timur. (TikTok)

Dalam ceramahnya kali ini ia mengulas perihal kelebihan-kelebihan (karomah) yang dimiliki sang cucu yakni KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Meski Gus Dur memiliki kekurangan dari segi fisiknya, namun ia bisa menjadi Presiden RI.

“Bicara cucunya saja, sekarang cucunya Mbah Hasyim itu luh, santri, memang Gus Dur tidak sempurna secara fisik, tapi bisa jadi presiden,” terangnya.

Kelebihan lain Gus Dur yang ia ungkap ialah bahwa Gus Dur banyak bermanfaat untuk orang banyak. Bahkan ketika telah meninggal dunia saja, kemanfaatannya masih bisa dirasakan.

Bahkan Gus Dur mampu menyantuni anak-anak yatim dengan nominal yang sangat fantastis. “Sudah meninggal luh Yai, masih bisa menyantuni yatim piatu sebulan Rp300 juta,” terangnya.

“Lah kamu masih hidup juga tidak menguntungkan kok,” sambungnya sembari berkelakar kepada para jemaah.

“Ha…ha…ha…,” sahut para jemaah.

“Gus Dur itu sudah meninggal, bisa menyantuni anak yatim sebulan Rp300 juta,” tandasnya, kembalil mengulang nominal fantastis yang diberikan Gus Dur untuk santunan anak-anak yatim.

“Dari mana? itu luh kotak amal yang ada di makamnya Gus Dur itu, tidak pernah untuk pembangunan, semuanya untuk santunan anak yatim,” terangnya.

Sekilas tentang Gus Dur

Guyonan Gus Dur yang Bisa Bikin Ceria Puasa 2015-mu
Gus Dur, dikenal dengan rasa humornya yang tinggi.

Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal sebagai Gus Dur, merupakan cendekiawan, reformis, politikus asal Indonesia, pemimpin agama Islam di Indonesia sekaligus menjabat sebagai Presiden RI yang ke 4. Beliau ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 September.

Beliau lahir dari pasangan Wahid Hasyid dan Solichah. Ia adalah anak tertua dari lima bersaudara, dan lahir dari keluarga yang sangat terpandang di komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari pihak ayah, Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sedangkan kakek dari pihak ibu, Bisri Syansuri adalah pendidik muslim pertama yang memperkenalkan kelas untuk perempuan. 

Setelah proklamasi kemerdekaan Gusdur kembali ke Jombang. Akhir perang tahun 1949,  pindah ke Jakarta karena ayahnya diangkat menjadi menteri agama. Pada tahun 1954, Wahid mulai sekolah menengah pertama, namun ia gagal lulus dan ibunya memindahkan nya ke Yogyakarta. Tahun 1957 ia lulus dan melanjutkan ke sekolah muslim di pesantren Tegalrejo. Dan pada tahun 1959 beliau pindah ke pondok pesantren Tambakberas di Jombang.

Sejatinya karena latar belakang nya yang bersangkutan dengan NU, maka beliau tak akan luput dari tugas kepemimpinan NU. Hal ini bertentangan dengan cita-cita nya untuk menjadi intelektual publik dan dia sudah dua kali menolak tawaran untuk bergabung dengan Dewan Penasihat Agama NU.

Menjelang Pemilihan Legislatif 1982, Gus Dur berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil penggabungan empat partai Islam termasuk NU.

Belakangan, pada masa reformasi, Gus Dur menjadi tokoh kunci. Lantas, pascareformasi Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang kemudian mengantarnya menjadi Presiden ke-4 RI.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya