Liputan6.com, Jakarta - Setelah alam semesta beserta isinya hancur, seluruh manusia yang hidup di zaman Nabi Adam hingga yang terakhir akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Peristiwa ini disebut Yaumul Ba’ats.
Setelah dibangkitkan dari alam kubur, manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Manusia akan digiring sesuai golongannya.
Mengutip NU Online, golongan pertama adalah yang menaiki kendaraan lengkap dengan fasilitasnya seperti makanan dan pakaian. Yang termasuk golongan ini adalah para nabi, rasul, hingga wali.
Advertisement
Baca Juga
Golongan kedua berjalan kaki tanpa alas dan tidak memakai pakaian alias telanjang. Meski demikian, mereka tidak akan sempat melihat aurat orang lain karena sibuk dengan urusan sendiri. Mereka adalah orang yang muslim tapi menjadi pelaku dosa-dosa besar.
Adapun golongan ketiga adalah mereka yang berjalan ke Padang Mahsyar dengan kaki di atas dan kepalanya di bawah. Golongan terakhir ini kepalanya akam diseret oleh malaikat. Mereka adalah orang-orang kafir.
Saat di Padang Masyhar akan ada umat Rasulullah yang diusir malaikat dari telaga Nabi. Siapakah mereka? Mengapa mereka diusir? Simak penjelasannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hadis Nabi
Terkait umat nabi yang diusir dari telaga pernah dikisahkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Pada suatu hari Rasulullah SAW mendatangi kuburan dan mengucapkan salam.
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insyaAllah pasti akan menyusul kalian,” ucapnya seperti dimuat Muslim.or.id, Jumat (17/5/2024).
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku.”
Ucapan nabi tersebut membuat para sahabat keheranan. Sahabat bertanya, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak,” jawab Rasulullah SAW.
Advertisement
Penyebab Diusir
Para sahabat kembali bertanya, “Wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum terlahir?”
Beliau berkata, “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”
Para sahabat menjawab, “Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya.”
Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda, “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudhu semasa hidupnya di dunia.”
“Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat. Sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga ia pun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudhu, maka aku memanggil mereka, “Kemarilah.”
Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata, “Sejatinya mereka sepeninggalmu telah mengubah-ubah ajaranmu.”
Mendapat penjelasan semacam ini, maka Rasulullah berkata, “Menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku mengubah-ubah ajaranku.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).
Hikmahnya
Diusirnya di Padang Mahsyar tentu bukan keinginan umat Islam. Pada hari itu justru umatnya sangat mengharapkan keselamatan dari Nabi Muhammad SAW.
Agar tidak termasuk golongan umat Nabi Muhammad SAW yang diusir di Padang Mahsyar, Ustadz Muhammad Arifin Baderi berpesan agar menjaga kemurnian ajaran Rasulullah SAW dan mengamalkan dengan seutuhnya tanpa ditambahi atau dikurangi.
“Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak. Amiin,” tulisnya sebagaimana dimuat dalam laman Muslim.or.id. Wallahu a'lam.
Advertisement