Liputan6.com, Jakarta - Mengalami kesulitan dalam mencintai seseorang karena dijodohkan adalah hal yang wajar dan sering terjadi.
Di jaman sekarang, di mana pemilihan pasangan hidup menjadi semakin kompleks, dijodohkan bisa menjadi pengalaman yang menantang secara emosional. Bak jaman Siti Nurbaya saja.
Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa perasaan anda adalah hal yang sah.
Advertisement
Rasakan dan identifikasi apa yang sebenarnya Anda rasakan. Ini bisa menjadi waktu yang bermanfaat untuk lebih memahami diri sendiri, keinginan Anda, dan bagaimana Anda ingin menjalani hubungan yang sehat dan bermakna.
Selanjutnya, komunikasi terbuka dengan keluarga atau orang yang bertanggung jawab atas proses penjodohan bisa menjadi langkah yang membantu.
Jelaskan dengan jujur perasaan Anda dan berbagi perspektif Anda mengenai keadaan tersebut. Ini dapat membantu memperjelas harapan dan memungkinkan diskusi yang produktif.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Soal Cinta dari Nabi Muhammad SAW
Tetaplah menghormati proses dan pandangan keluarga, namun juga penting untuk memastikan bahwa Anda tidak mengabaikan kebahagiaan dan kebutuhan pribadi Anda sendiri.
Jika Anda merasa bahwa hubungan yang dijodohkan tidak cocok bagi Anda, penting untuk menjaga batas-batas yang sehat dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi situasi tersebut.
Mengutip islami.co, menyoal rasa cinta dalam hubungan rumah tangga, Nabi Muhammad pernah mengadu kepada Allah perihal rasa cintanya. Dalam sebuah riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah;
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ، فَيَعْدِلُ، وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ، فَلاَ تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلاَ أَمْلِكُ
Dari Aisyah, ‘Sesungguhnya Nabi SAW menggilir para isterinya dengan adil, dan berkata, ‘Ya Allah, Inilah batas kemampuan yang kumiliki, maka janganlah kecam aku menyangkut apa yang Engkau miliki tapi tidak kumiliki’”. (HR. At-Tirmidzi)
Dari hadis di atas, dapat kita ketahui bahwa seorang Nabi pun, memiliki masalah dalam soal rasa cinta. Beliau mengadu kepada Allah tentang sulitnya berbuat adil dalam hal cinta kepada istri-istrinya.
Advertisement
Serahkan Kepada Pembolak Balik Rasa
Namun demikian, bukan berarti ini menjadi pembenaran ketidakcintaan kepada suami untuk menyerah, atau bahkan menjadikan alasan bercerai.
Oleh karena Allah adalah pemilik hati, yang membolak-balikkan hati. Maka seyogyanya seorang istri terus berusaha untuk mencintai pasangan sah-nya. Seraya terus berdoa kepada Sang Pemilik dan Pembolak-balik hati.
Kalaupun ini sudah dilakukan tapi masih tidak bisa mencintai suami sepenuh hati, maka hendaklah tetap berusaha dan berhusnudzan dengan Allah atas ketentuannya, dan bermu’asyarah dengan baik kepada pasangannya.
Karena sejatinya kita tidaklah tahu apa yang akan terjadi di depan, maka teruslah berprasangka baik, beroda, dan berusah. Allah SWT berfirman
……وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya:
“Bergaullah dengan mereka secara patut. Bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” . (QS. An-Nisa’ [4]: 19).
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul