Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, menggambarkan pentingnya mengingat Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui analogi utang.
Dalam ceramahnya Gus Baha menyampaikan pesan tentang bagaimana manusia sering kali hanya mengingat Allah saat berada dalam kesulitan, seperti memiliki hutang yang banyak setelah membeli rumah.
"Saya ingin punya rumah bagus. Terus setelah punya rumah, kredit saya hutangnya banyak. Sebetulnya saya tuh gak pernah ingat Allah gara-gara utang banyak, kredit jatuh tempo terus berdoa," kata Gus Baha,dikutip dari Youtube kanal @ngajigusbaha..
Advertisement
Ia menekankan bahwa seringkali manusia baru sadar akan keberadaan Allah saat menghadapi kesulitan finansial atau masalah utang yang menumpuk.
"Ya Allah utang saya banyak mohon dilunasi ya Allah," ujar Gus Baha mencontohkan doa yang umum dipanjatkan oleh orang yang memiliki utang.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Orang Berdoa Seperti Ini Dikritik Habis oleh Gus Baha
Oleh Gus Baha, hal ini dikritik habis-habisan, Itu bukan kangen Allah saat berdoa. Melainkan karena susah, baru ingat Allah.
Bagi Gus Baha seharusnya kangen Allah dulu, baru meminta.
Gus Baha juga menyoroti betapa pentingnya melibatkan Allah dalam setiap langkah hidup, termasuk dalam memilih profesi atau merencanakan masa depan.
"Saya ingin jadi dosen. Melibatkan siapa ya enaknya? Melibatkan Allah terus. Malam-malam bangun ingatkan Allah itu artinya apa? Kita lebih menginginkan yang kita minta daripada menginginkan Allah," tambahnya.
Menurut Gus Baha, menjadi Wali Allah bukanlah tentang mengingat-Nya hanya ketika ada kebutuhan, tetapi tentang mengenali-Nya sebagai zat yang memberi segala sesuatu.
Advertisement
Sosok Wali Allah
"Ketika kita tahu Allah itu zat pemberi, maka yang kita rindukan adalah Allah-Nya," paparnya.
Seorang Wali Allah adalah orang yang selalu menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya, baik dalam keadaan senang maupun susah.
Kesadaran ini tidak hanya terwujud dalam doa dan ibadah, tetapi juga dalam setiap tindakan sehari-hari yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur.
Gus Baha menekankan pentingnya memiliki hati yang bersih dari kedengkian dan perasaan negatif lainnya untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
Menurutnya, seorang Wali Allah harus mampu melihat kebaikan dalam setiap takdir yang diberikan oleh-Nya dan menjauhkan diri dari perasaan iri atau benci terhadap sesama.
Dengan memiliki hati yang bersih, seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih damai, bahagia, dan selalu berada dalam lindungan serta kasih sayang Tuhan.
Lebih dari sekadar ritual ibadah, menjadi Wali Allah adalah tentang membangun hubungan yang dalam dan penuh makna dengan Tuhan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul