Prinsip Dasar Iman dan Doa yang Benar, Gus Baha: Allah itu Yaf'alu Maa Yasyaa

Jangan terjebak dalam perdebatan teknis yang bisa membuat kita lupa pada esensi iman dan ibadah.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Agu 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 22:30 WIB
gus baha 23
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) memberikan penjelasan yang udah dimengerti mengenai hubungan antara iman dan doa dalam Islam dalam video yang dikutip dari kanal YouTube @ngajimushola.

Gus Baha menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam, doa harus dilakukan setelah iman yang benar, dan menguraikan perbedaan pandangan antara mazhab Hasan as-Shadhili dan Imam Sanusi mengenai urutan dzikir dan istighfar.

Dalam video tersebut, Gus Baha mengawali penjelasannya dengan menegaskan bahwa iman yang benar adalah dasar utama sebelum seseorang dapat melakukan doa dengan efektif.

"Dalam Islam, doa itu harus datang setelah iman. Aturan iman harus benar terlebih dahulu. Ini penting karena iman yang benar mencakup keyakinan bahwa Allah SWT memiliki kuasa penuh untuk melakukan apa yang Dia kehendaki," ujar Gus Baha.

Ia menjelaskan bahwa pemahaman tentang kekuasaan Allah sangat krusial dalam ajaran Islam. "Allah itu yaf'alu maa yasyaa, artinya Allah bisa melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Allah tidak boleh terdikte oleh doa kita. Ini adalah prinsip dasar yang harus dipahami," lanjut Gus Baha.

Gus Baha kemudian menguraikan pandangan mazhab Hasan as-Shadhili mengenai urutan dzikir. Menurut mazhab ini, kalimat tauhid "Lailahaillallah" didahulukan sebelum istighfar.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kalimat Lailahaillallah yang Sakral Membutuhkan Kesucian Hati

Amalan Ramadhan
Dzikir, Doa, dan Istighfar / Sumber: iStockphoto

"Mazhab Hasan as-Shadhili mengajarkan bahwa Lailahaillallah didahulukan sebelum istighfar. Ini adalah ajaran yang khas dari mazhab ini," jelasnya.

Sebaliknya, Gus Baha juga menjelaskan pandangan mazhab Imam Sanusi yang menempatkan istighfar sebelum melafazkan Lailahaillallah.

"Dalam mazhab Imam Sanusi, istighfar dilakukan terlebih dahulu. Hal ini karena kalimat Lailahaillallah dianggap sangat sakral, sehingga pelafazannya harus dilakukan setelah seseorang benar-benar bersih dan steril," tambah Gus Baha.

Gus Baha menyebutkan bahwa perbedaan ini menunjukkan kekayaan pemahaman dalam tradisi Islam mengenai tata cara beribadah. "Kalimat Lailahaillallah yang sakral membutuhkan kesucian hati. Oleh karena itu, dalam mazhab Sanusi, istighfar dilakukan terlebih dahulu untuk mempersiapkan hati sebelum melafazkan kalimat tauhid," ujarnya.

Gus Baha menegaskan bahwa memilih antara mazhab Hasan as-Shadhili atau Imam Sanusi tergantung pada keyakinan dan pemahaman masing-masing individu.

"Terserah kepada kamu untuk mengikuti mazhab yang mana. Yang penting adalah memahami esensi dari iman dan doa itu sendiri," kata Gus Baha.

Jangan Terjebak dalam Perdebatan Teknis

Kalimat Istighfar: Astaghfirullahal'adiim. (Foto: NU Online)
Kalimat Istighfar: Astaghfirullahal'adiim. (Foto: NU Online)

Ia juga mengingatkan pentingnya tidak hanya fokus pada urutan teknis, tetapi juga pada kualitas iman dan doa.

"Jangan terjebak dalam perdebatan teknis yang bisa membuat kita lupa pada esensi iman dan ibadah. Yang terpenting adalah niat dan keyakinan kita dalam beribadah," pesan Gus Baha.

Dalam video tersebut, Gus Baha juga memberikan wawasan mengenai bagaimana istighfar dan tauhid saling melengkapi dalam praktek ibadah sehari-hari.

"Istighfar dan tauhid bukanlah hal yang terpisah, melainkan saling melengkapi. Memahami urutan ini membantu kita untuk beribadah dengan lebih baik," jelasnya.

Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengaplikasikan pemahaman ini dalam praktik ibadah mereka. "Penting untuk tidak hanya tahu teori, tetapi juga bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya