Liputan6.com, Jakarta - Gonjang-ganjing nasab keturunan Nabi atau dzurriyah Nabi Muhammad SAW akhir-akhir ini berdengung di Indonesia.
Ada sebagian kalangan yang meragukan bahkan menolak klaim satu klan yang selama ini dipercaya sebagai dzurriyah Nabi, Ba'alawi. Di Indonesia, klan Ba'alawi dikenal dengan sebutan habib atau habaib.
Advertisement
Baca Juga
Kelompok ini berpendapat nasab itu terputus dan tak sampai Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Berbagai bukti ilmiah argumen dikemukakan untuk memperkuat pendapat tersebut. Misalnya, tes DNA.
Tentu saja Ba'alawi dan pecintanya menolak hal itu. Menurut mereka, fakta bahwa mereka keturunan Rasulullah tak perlu dipertanyakan lagi.
Terlepas dari hal itu, ulama alim alamah KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) juga pernah membahas soal nasab. Namun, ini bukan soal keturunan Nabi atau bukan, melainkan perilakunya.
Gus Baha menyentil segolongan orang yang mengklaim sebagai keturunan Nabi lantas gemar menggunakan hadis pasti masuk surga.
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Kaum Gede Rumongso
Gus Baha membahas Dzurriyat Rasul saat membaca kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozal di juz 3. Gus Baha membahas golongan Allawiyin di Syiria yang mengklaim sebagai Dzurriyat Rasul.
“Seperti Al Lawiyin di Syiria itu, mengklaim sebagai Dzurriyat Rasul tapi nakal-nakal, menggunakan hadist-hadist pasti mereka masuk surga. Kan ada hadist ahlul bait, terutama yang versi syiah lebih ekstrem,” kata Gus Baha dikutip dari Santreh Kopengan via laman Suara Merdeka, Senin (19/08/2024).
Gus Baha menyitir kata Imam Ghazali, “Laha ma kasabat walahum wa kasabat,” artinya, pada akhirnya yang penting di hadapan Allah itu amalmu, kerjamu.
“Tapi karena orang itu tidak adil. Barang yang abstrak, kadang kita itu yakin tapi sama barang yang riil kamu tidak yakin. Ini bodohnya manusia,” katanya.
Gus Baha mencontohkan, misal begini. Anda punya hizib tolak santet. Semisal Anda disantetnya Zaed (misalnya), Anda punya asumsi disantet Zaed, dan ini tidak kelihatan, santet beneran atau tidak, tidak kelihatan.
“Tapi kamu GR (gede rumongso) kalau gak mempan itu karena punya tolak santet,".
“Surga itu juga sama. Surga itu tidak kelihatan, kita tahu-tahu gede rumongso karena ikut toriqoh perasannya pasti masuk surga,” ucapnya.
Advertisement
Analogi Gus Baha
Dikatakan GR karena Dzurriyat Rasul pasti masuk surga. Tapi kata Imam Ghazali, ketika abstrak itu difisikkan, kamu tidak punya keyakinan begitu.
“Contoh begini. Ketika amalnya ayahmu memberi manfaat pada kamu, amal kan tidak kelihatan. Sekali bapakmu makan, kamu tidak usah makan. Berani kamu?,” tanya Gus Baha.
“Yang fisik, yang kasat mata gak berani? makanya kata Imam Ghazali apa mereka berani merasa kenyang tidak usah makan, cukup bapaknya saja yang makan,” bebernya.
“Kenapa kalau amal tidak berani, karena sama-sama tidak bisa dibuktikan. Paham ya maksud saya. Bapakmu makan, kamu percaya kalau amalnya sampai ke kamu, kamu tidak usah makan, berani?,” ucapnya.
“Jangan-jangan kita ini tertipu,karena gak kelihatan. Memang mungkin sering begitu. Bapakku wali, alim alammah. Kita malah bodoh. Nyatanya memang benar bodoh beneran kalau tidak mau belajar, itu gak dipikir,” tegasnya.
“Karena apa? gak kelihatan. Semisal saya kiai gede, masyarakat mengira yang paling layak memimpin pondok anak turun saya. Sebetulnya bagus saja jika menetapi syariat, kalau tidak?,” ucapnya. .
“Orang Yahudi itu punya keyakinan karena mereka keturunan Nabi Yaqub sehingga agama mereka itu benar dan kastanya paling tinggi,” pungkasnya.